18. Daddy

5.5K 237 0
                                    

Sudah sebulan lebih 3 hari semenjak Kevin pertama kali membawa Aleeyah ke rumah sakit, baru hari ini gadis itu membuka matanya.

Selama itu hanya Kevin yang berada disisinya tanpa memberitahu Bryan ataupun Ando tentang keadaan dan keberadaan Ale meskipun dia tahu mereka sedang kalang kabut atas hilangnya sang Putri keluarga Zach.

Kevin dengan sabar menunggu dan merawat Aleeyah, perasaannya senang tak terlukiskan setelah Aleeyah membuka mata. Saatnya mewujudkan masa depan baru untuk Aleeyah, masa depan yang akan membuat gadis itu merasakan bahagia dan sempurna setiap harinya dan Kevin pastikan tanpa ada sakit sedikit pun.

"Aleeyah syukurlah kau sudah bangun. Daddy sangat mengkhawatirkanmu, Sayang. Apakah Ale haus atau ingin sesuatu?" tanya Kevin selembut mungkin.

"..." Gadis dihadapannya hanya menunjukkan raut wajah bingung. Memandangi Kevin kemudian memindai ruangan dan kembali memandang Kevin.

"Ada apa, Sayang? Kau tak menginginkan sesuatu? Oke tidurlah kembali." perintahnya.

"S-siapa? A-le?" cicit gadis itu. Ya, upaya yang dilakukan Roy berhasil, semua akan berjalan lancar.

"Kau. Kau adalah putriku, Aleeyah Sabrina Moore. Dan aku adalah Daddy mu, Kevin Moore."

Gadis itu nampak berpikir mengingat sesuatu namun tak ada satupun yang bisa diingat sehingga membuat kepalanya didera sakit yang teramat sangat.

"Arghh.. S-sa-kit. Akh!!" teriaknya sambil menjambak rambut. Dengan cekatan Kevin menekan sebuah tombol di dekat Aleeyah.

"Hey Sweetie tenangkan dirimu dan jauhkan tanganmu dari rambut nanti sakitnya akan bertambah."

Pintu ruangan terbuka beberpaa perawat dan dokter masuk, "Apa yang terjadi Kevin?" tanya Roy.

"Dia baru saja membuka mata dan aku menjelaskan siapa dia dan diriku lalu dia bilang kepalanya sakit." jelasnya.

"Baiklah Kau tunggulah diluar biar aku memeriksa keadaan putrimu."

Kevin mengangguk dan berjalan keluar, duduk di kursi tunggu. Dia sangat mempercayai Roy, berdoa agar putrinya baik-baik saja.

"Jangan membuat atau membiarkan dia berusaha mengingat masa lalu. Itu akan membuatnya kesakitan seperti tadi. Satu hal yang penting Kevin, jangan biarkan dia sendirian, dia memiliki ketakutan berlebihan dengan orang asing. Sewaktu aku dan perawat memeriksa, dia sangat ketakutan dan hanya memanggilmu. Aleeyah butuh perhatian dan kasih sayang penuh Kevin apa Kau sanggup?"

"Apapun untuk putriku, Roy."

Keesokan paginya baru Aleeyah kembali membuka mata, menggeliat di tempat tidur melemaskan badannya yang tertidur sebulan lebih, "Umh.."

"Morning, Baby.."

Aleeyah menoleh ke arah suara itu. Dia ingat, orang itu yang kemarin dilihatnya ketika membuka mata.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Aleeyah.

"Kau mengalami penculikan kemudian hilang ingatan." kata Kevin, membuat Aleeyah dengan tak sadar berpikir dan berusaha mengingat tragedi itu.

Kening sang gadis mengernyit berusaha mengingat peristiwa yang membuatnya seperti ini,

"Akh!!"

"Hey hey! Jangan berpikir terlalu banyak, kata dokter itu akan membuat kepalamu sakit Sayang."

"Sa-kit Daddy... " rintihnya sambil mencengkram kepalanya.

Kevin berdiri lantas duduk disamping Aleeyah, berusaha melepaskan cengkraman tangan gadis itu di kepalanya sendiri mengantikannya dengan sebuah usapan lembut.

"Aleeyah dengarkan Daddy.." Kevin menatap matanya dalam-dalam, "tak ada yang perlu kau cari di masa lalu karena itu tak pantas untuk diingat. Sekarang dan seterusnya hanya ada Aleeyah dan Daddy serta keluarga Daddy oke, kau tak boleh memikirkan yang lain..."

Aleeyah mengangguk perlahan, dia lelah memikirkan apa yang terjadi padanya.

"I love you, Baby.." Kevin mencium kening Aleeyah, seulas senyum timbul di bibir si cantik.

"I love you too, Dad."

"Good girl. Sekarang biarkan Daddy menyuapimu tidakkah perutmu itu terasa kosong setelah sebulan tidak makan."

"Tentu saja Aleeyah lapar.."

----------

"Arrggggh!!! Bukankah kalian semua profesional?? Ini sudah satu bulan lebih dan bagaimana kalian belum menemukan putriku!!! " teriak Bryan dihadapan beberapa orang berpakaian serba hitam.

Ando hanya bisa diam menyaksikan kemurkaan papanya yang seperti sesosok monster. Orang yang dikirim Ando untuk mencari Aleeyah pun belum mampu mengendus keberadaan adik kecilnya itu.

"Maafkan kami Tuan. Jejak nona tak terlihat sama sekali seperti ada yang sengaja menghapusnya." jelas salah satu dari mereka.

Bryan mengerutkan dahi, "Maksudmu Aleeyah diambil oleh seseorang?" tanya Ando.

"Dugaan terkuat seperti itu Tuan."

"Temukan siapa yang berani menculik putriku dan aku akan membunuh orang itu dengan tanganku sendiri." desis Bryan dengan tatapan membunuhnya.

"Baik, Tuan." orang-orang itu membungkuk kemudian meninggalkan ruangan pribadi Bryan di kantor Ando.

Drrtt... Drrttt..

"Halo, Kevin."

"Halo, Bryan. Bagaimana perkembangan pencarian Aleeyah?"

"Orang-orangku belum bisa menerka dimana Aleeyah. Mereka bilang ada yang meculiknya."

"Siapa orang yang berani meculik keponakanku?! Aku akan mengirim orang-orangku untuk melacak Aleeyah."

"Terimakasih, Kevin. Biskah besok kau datang ke kantor kita? Hilangnya Aleeyah membuatku tak bisa fokus dan tak bisa teliti dalam pekerjaan. Aku sekarang ada dirumah nanti malam aku kembali ke Perancis."

'Baiklah. See you in France Dude!'

"Hmm.. See you."

Bryan sama sekali tak mencurigai Kevin sebab dia berpikir hilangnya Aleeyah ini berhubungan dengan dunia bisnisnya. Ya, dunia bisnis memang kejam. Selain itu Kevin selalu ada untuk Bryan selama ini, memberinya semangat dan membabtu pencarian Aleeyah dengan mengirim orang kepercayaannya beberapa kali.

"Papa." panggil Ando.

"Ya, Sayang?"

"Tidakkah Papa lelah bila malam ini kembali ke Perancis?"

"Tentu saja, apalagi Aleeyah belum ditemukan membuat papa semakin pusing. Namun itu harus dilakukan."

"Ando nggak mau Papa sakit. Kita hentikan saja pencarian Aleeyah, mungkin saja Ale sudah tidak lagi di dunia ini."

Sontak pria dewasa itu bangkit, "Jaga bicaramu Armando! Bagaimana bisa Kau bicara seperti itu? Dia itu adik kandungmu!"

Ando menghela nafas, "Papa, relakan Aleeyah! Dia hanya membuat Papa semakin sedih dan lelah."

"Tidak bisa, Ando.. Mama akan sangat marah kepada papa karena tak bisa menjaga Aleeyah dengan baik."

"Mama akan mengerti kita, Pa."

"Biarkan tetap seperti ini dulu, Ando. Biarkan mereka mancari putriku dulu." Bryan mengakhiri perdebatan itu. Menyandarkan kepalanya dikedua telapak tangan.

Dia menyayangi Aleeyah meskipun sempat memiliki sedikit rasa yang menyalahkan putrinya atas kematian Alysia.

Namun sekarang dia menyesal, tak sepantasnya Aleeyah diperlakukan seperti itu. Bryan tak ingin kehilangan wanita dalam hidupnya kembali. Dia berjanji akan menyayangi Aleeyah sepenuh hati.

"Maaf. Papa mohon kembalilah Aleeyah.." gumamanya.

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang