17. Balasan

4.5K 228 1
                                    

Kevin telah berada di pintu rumah Aleeyah yang terlihat tak berpenghuni.

"Ando pasti dikantor. Apa Ale kuliah ya?" tanya kevin pada dirinya sendiri.

Dan akhirnya dia memutuskan untuk mengecek rumah keponakannya itu. Bagaimana Kevin bisa masuk?  Tentu saja karna dia punya kunci sendiri.

Rumah itu masih tetap sama tak ada yang berubah dan bersih, dia yakin Aleeyah telah mengurus rumah dan Ando dengan baik.

Kevin beranjak ke kamar Ando dan terlihat baik-baik saja hanya terasa dingin. Kemudian beralih ke kamar Aleeyah.

Cklek...

"Hisk, Papa.. I ne-ed you right now hisk.. hisk,."

"Aleeyaahh!!"

Kevin terkejut bukan main mendapati kondisi gadis itu. Terbaring di ranjang dengan wajah merah dan penuh air mata.
Di lengannya dan kakinya terlihat banyak tanda biru memar, bahkan di pundaknya terdapat luka yang sekilas membentuk deretan gigi dan mengeluarkan darah.

"Aleeyah!! Ale kenapa, Sayang? Apa yang terjadi?" tanya Kevin panik sembari memeriksa tubuh gadis dihadapannya.

"Hisk, It hurts s-so much Uncle hisk.."

"Armando brengsek!!! Argghh!!" Kevin mengumpat karena frustasi terhadap situasi yang terjadi. Kevin menyesal, bila saja dia datang lebih cepat maka Aleeyah tak akan seperti ini.

Segera diangkat Aleeyah dan dibawa pergi menggunakan mobilnya.  Tujuan pertamanya tentu saja rumah sakit. Kevin menuju ke rumah sakit milik sahabat SMA nya. Menyentuh Aleeyah saat ini sama saja menyakiti tubuh Ale tapi mau bagaimana lagi,  gadis itu bisa mati bila tak diberi pertolongan. Dia sungguh tak habis pikir, kakak macam apa Ando membiarkan adik kandungnya tersiksa seperti ini.

"Tolong!! Tolong anak saya cepat!" Baru saja memasuki pintu utama rumah sakit, Kevin sudah berteriak seperti orang gila dengan Aleeyah digendonganya yang sudah menutup mata.

Beberapa perawat dengan sigap menyambutnya.

Kevin menghubungi sesorang,

"Halo! Rey tolong tangani anakku dia sekarat baru saja dibawa ke UGD aku mau Kau yang menangani."

Setelah mendapat persetujuan dari orang disebrang telfon itu Kevin berlari menuju ruangan dimana Aleeyah berada. Di waktu yang bersamaan, Kevin dan Rey sampai di depan pintu UGD.

"Tolong! Tolong selamatkan putriku, lakukan apa saja dia harus selamat." pinta Kevin dihadapan Roy, sahabatnya.

"Baiklah. Tenangkan dirimu dulu, biarkan aku menanganinya. Berdoalah semoga dia baik-aik saja." balasnya.

Kevin beringsut ke bangku dibelakanganya setelah Roy menghilang dibalik pintu besar dihadapannya.

Dia berfikir bagaimana bisa dan sejak kapan Aleeyah mendapat luka sebanyak itu. Kevin masih ragu semua ini perbuatan Ando, pasalnya Aleeyah adalah adik kandungnya, setega itukah Ando?

"Lihat saja apa yang aku lakukan pada Aleeyah. Kalian harus mendapatkan balasan atas semua yang terjadi pada Aleeyah." gumamnya geram.

Pintu UGD terbuka setelah 3 jam berlalu menampilkan sahabatnya yang menangani Aleeyah sontak membuat Kevin menegakkan tubuhnya.

"Bagaimana keadaan putriku?"

"Hahh.." hanya helaan nafas yang keluar dari mulut sang dokter sebelum menanyakan tentang pasiennya.

"Kau bisa saja masuk penjara. Apa yang kau lakukan pada gadis itu Kevin? Kau menculiknya dan menyiksanya?" tanya sang dokter

Kevin mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Aku tak ingat menerima undangan pernikahanmu dan sekarang tiba-tiba Kau membawa seorang gadis remaja cantik jelita yang dikenal oleh semua orang sebagai Aleyaah Zach anak dari Bryan Zach, saudari dari Armando Zach dalam keadaan tubuh dan mental yang sekarat dan Kau bilang gadis itu putrimu?"

"Ceritanya panjang Rey. Sekarang aku harus tau bagaimana kondisinya!" teriaknya frustasi. Dokter itu bisa melihat kekhawatiran dan amarah pada raut wajah sahabatnya, dia sangat hafal.

"Cerita kondisi Aleeyah panjang pula Kevin. Mari kita ke ruangan ku agar mendapat privasi." ajak Roy agar Kevin sedikit tenang,  tak tega rasanya melihat Kevin seperti itu.

Tak lama kemudian mereka telah duduk di sofa panjang dalam ruangan roy.

"Aleeyah baik-baik saja kan?"

"Tidak,  Kevin. Aleeyah tak baik-baik saja. Ditubuhnya banyak luka memar dan luka berdarah. Tulang keringnya retak ringan. Dia juga sangat kelelahan, tuubuhnya sempat mengalami hipotermia ketika pertama kali kuperiksa. Dan aku heran bagaimana gadis seperti dia menunjukkan gejala depresi dan stress dalam waktu bersamaan. Dia juga memiliki trauma. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Setetes airmata berhasil melewati pelupuk mata Kevin. Dia merasa sangat geram. Marah dan kesedihan bercampur menjadi satu setelah mendengar penuturan Rey.

"Akan kuceritakan bagaimana hidupnya selama ini... "

Kevin pun mulai bercerita sejak Aleeyah berada dalam kandungan hingga berbaring di rumah sakit ini. Tak ada yang dikurangi atau di lebih-lebihkan. Semua sesuai fakta yang dilihat oleh matanya sendiri dan didengar oleh telinganya sendiri.

Pria di hadapannya pun tercengang, sulit percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Seorang Aleeyah Zach yang sempurna dan menjadi idola semua kalangan ternyata harus menjalani hidup berkebalikan dari apa yang selama ini orang kira.

"Bisakah Kau menolongnya Roy?"

"Aku akan berusaha semampuku Kevin."

"Aku ingin membawanya pergi darisini, bisakah Kau menolongku?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Hapus ingatan Aleeyah. Aku akan membawanya menetap di luar negeri,  menjadikan dia sebagai putriku dan memulai kehidupan baru yang lebih baik untuknya."

"Hmm.. Seharusnya aku tidak boleh melakukan hal seperti ini tanpa persetujuan pasien atau keluarganya namun aku tak bisa membiarkan gadis itu menderita seumur hidupnya. Akan kulakukan malam ini bila keadaannya lebih stabil."

"Terimakasih banyak, Rey. Tolong rahasiakan tentang Aleeyah dari semua orang."

"As you wish, Brother."

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang