Birthday

7.3K 438 20
                                    

Cerita ini hanya khayalan belaka, bila ada kesamaan kejadian, nama, tempat mohon dimaafkan karena tidak sengaja.

Saya tidak plagiat, jika ada yang merasa cerita saya mirip dengan cerita lain, mohon maaf juga. Mungkin saya terinspirasi secara tidak langsung tapi tidak ingat judul.

Ga ada hubungannya sama SARA.

Warning! Typo!

Terima kasih.

.

"Siapa orang paling pintar menurutmu?"

"Kau."

"Orang paling baik?"

"Kau."

"Paling ramah?"

"Kau lagi."

"Kalau yang paling menarik?"

"Tentu saja kauuuu."

Yoongi menepis kedua tangan Jimin yang mencubit kedua pipinya, pipi yang sedikit lebih tirus karena akhir-akhir ini Yoongi hanya makan sekenyangnya saja, tanpa cemilan atau makanan sampingan seperti roti. Porsi makannya pun berkurang lumayan spesifik menjadi setengah mangkuk, Jimin sempat protes karena khawatir ia akan mudah sakit dan cepat lelah, tapi Yoongi meyakinkan kalau nafsu makannya akan kembali seperti semula tak lama lagi, dirinya memang bukan tipe orang penggila makan seperti kekasihnya, Jimin.

"Kau bilang begitu karena aku ini kekasihmu kan?!" sungut Yoongi, menyesal ia bertanya pada raja gombal seperti Park Jimin.

"Memang apa salahnya coba memuji kekasih sendiri?" Jimin menempatkan kedua tangannya di pinggang Yoongi. Mereka dalam keadaan saling berhadapan, tetapi Yoongi lebih tinggi karena pemuda itu duduk dimeja sedangkan Jimin berdiri diantara kedua pahanya. Dan tentu saja untuk dapat melihat wajah Yoongi, Jimin harus sedikit mendongak.

"Mereka bilang aku biasa-biasa saja."

"Lalu?"

"Tidak cocok menjadi kekasihnya Park Jimin."

"Itu tidak benar. Aku tidak masalah seperti apa pun penampilanmu."

"Tapi aku peduli. Izinkan aku mewarnai rambut."

Helaan nafas terdengar dari kedua belah bibir Jimin. Ia tidak ingin segera menjawab atau menyetujui permintaan Yoongi, ia juga tidak berpikir akan luluh dengan wajah memelas kekasihnya itu yang sungguh demi apa pun sangat manis, membuat hatinya tersentuh ─meski terdengar berlebihan tapi Jimin jujur─

"Kenapa harus mewarnai rambut?" merapikan helaian poni hitam sang kekasih yang panjangnya hampir menutupi mata, beradu dengan bulu mata Yoongi yang lentik seperti perempuan.

"Biar mencolok...?" Yoongi menjawab ragu, tapi Jimin nampak tidak puas dengan jawabannya, lalu menambahkan "Aku ingin merubah sedikit penampilanku, lagipula sejak dulu aku memang ingin mencoba mewarnai rambut."

"Bagaimana kalau rambutmu rontok?"

"Taehyung setiap bulan mengganti warna rambut dan dia tidak botak sama sekali."

Jimin tertawa "Maksudku hanya rontok, tidak sampai botak."

"Jadi boleh 'kan?"

"Tidak." Jawab Jimin singkat dan cepat sambil memakaikan sebuah kacamata frame penuh pada kekasihnya dan Yoongi membiarkannya.

Yoongi menghela nafas, bahunya lemas karena lelah membujuk Jimin, lelah dengan semua aturan Jimin. Tidak boleh ini tidak boleh itu.

"Kalau mengganti kacamataku dengan soflens bagaimana?"

Vitamin and Sugar Story (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang