Vanilla - Part 2

3.6K 276 28
                                    

AWAS TYPO

.

"Jimin, Prof. Lee sudah mengirimkan contoh grafik yang harus kita ikuti untuk menyusun makalah. Boleh minta alamat email-mu? Akan kukirimkan agar kau dapat melihatnya."

Yoongi bertanya, beberapa detik berlalu tapi tak terdengar jawaban dari Jimin. Sang tuan rumah hanya terdiam dengan tatapan kosong, blank, saat Yoongi akhirnya menoleh.

"Jimin." Yoongi kembali bertanya, Jimin masih belum bereaksi.

Kening Yoongi berkerut, heran melihat Jimin yang sepertinya baru saja melihat hantu. Ia mencoba melambaikan tangan dihadapan wajah Jimin, tapi tetap...pemuda itu tidak bergeming, menoleh pun tidak. Duh, Yoongi jadi takut...apa sakit Jimin kambuh dan saat ini temannya itu merasa sangat pusing. Sedikit banyak, Yoongi jadi merasa bersalah...kalau bukan demi nilai akhir semester, Yoongi tidak akan tega menganggu Jimin yang sedang sakit.

"Jimin, kau sakit?" mencoba menyentuh pundak Jimin, lalu beralih menyentuh leher untuk mengetahui suhu tubuhnya.

Tapi...

"Arrgh! Jangan sentuh!"

Terkejut, lehernya terasa hangat─ panas. Jimin sadar, obatnya mulai bereaksi, dan sentuhan Yoongi adalah awal semuanya. Gerakan yang salah, Jimin diam-diam menahan geramannya.

Keduanya saling bertatapan dalam diam, Jimin panik apalagi Yoongi.

"A-aku..." Jimin mencoba memecah suasana, namun saat matanya mengamati tubuh Yoongi dan menemukan celana temannya itu basah, pada bagian paha.

Jimin baru ingat kalau ia sangat kaget dan tak sengaja menyenggol cangkir teh hingga terjatuh dan membasahi celana jeans yang Yoongi kenakan, untung saja sudah tidak panas.

"Astaga, maafkan aku Yoongi." Jimin berusaha menggapai Yoongi untuk menyentuh bagian yang basah, tapi urung karena bagian itu sangat dekat dengan privasi Yoongi.

Jimin menggeleng rusuh. Tidak, tidak. Tubuhnya tidak panas. Celananya tidak sempit.

"Ah, ya. Tidak apa." Yoongi yang sepertinya juga baru sadar kalau celananya basah mencoba menguranginya dengan tisu agar tidak lengket "Boleh aku pinjam celana? Ini sangat tidak nyaman, Jimin."

Yoongi menatapnya dengan mata berbinar polos. Membuat celana Jimin semakin terasa ketat─ tidak!!

"T-tentu saja. Sungguh maafkan aku."

"Tidak masalah. Maaf juga sudah menyentuhmu seenaknya, kau pasti kaget." Yoongi tersenyum tulus.

Manis sekali! Tanpa sadar Jimin meneguk liur. Tidak ingin berpikiran ngawur lebih lama, ia segera membongkar lemari guna menemukan celana yang pas untuk Yoongi. Membayangkan kaki kecil Yoongi untuk menemukan ukuran yang tepat, Jimin sadar kalau tangannya sedikit gemetar, tubuhnya mulai panas. Ia tak bisa mencegah pikiran kotornya terhadap Yoongi disaat tubuhnya mulai dikuasai oleh reaksi obat perangsang.

"Ini, pakailah." Jimin menyerahkan celana hitam pendek milik Chanhee, keponakannya yang sering menginap.

Yoongi mengangguk dan menerimanya. Keduanya lalu terdiam, Yoongi menunduk dengan wajah merona.

"A-aku keluar dulu." Gugup Jimin sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia melihat bagian selangkangannya saat mendekati pintu, ada yang mengembung disana. Ah, sialan. Masa Jimin harus ketoilet dan bermain solo, yang benar saja.

"Eh?" mencoba membuka pintu.

Eh?

Eh?

Terkunci! Tidak bisa terbuka! God! Apa yang kau pikirkan wahai ibunda ratu jelmaan maleficent!!

Vitamin and Sugar Story (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang