Dua jam tiga puluh menit kedepan adalah penentuan hidup dan mati seorang Min Yoongi, dalam perjalaan menuju Busan dirinya hanya mampu merapalkan doa dalam hati sebanyak mungkin, dengan harapan kedua orang tua Jimin dapat menerimanya sebagai menantu keluarga Park.
"Namaku Min Yoongi. Pekerjaanku adalah guru Tk. Aku bertemu Jimin sekitar enam bulan yang lalu.Makanan kesukaan...hobiku...hal yang Jimin sukai...kebiasaan Jimin..." racaunya tak karuan. Ceritanya sedang berlatih mengucapkan salam pada calon mertua tapi malah terkesan seperti orang gila.
"Sayang, tenanglah..." kata Jimin yang saat ini tengah mengemudikan mobil "Kedua orang tuaku tidak seperti yang kau pikirkan. Terutama ibuku, dia bukan ibu tiri, dia tidak sekejam itu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aish! Tiba-tiba saja aku merasa pakaianku kurang layak, apa kau yakin tidak apa-apa aku memakai warna hitam? Tidak terlihat suram, Jimin?"
Jimin melirik sang kekasih yang duduk disebelahnya. Suram katanya, dari sebelah mana coba...imut kuadrat begitu, kalau ditinggal ditengah jalan, Yoongi pasti sudah diculik atau diantar ke kantor polisi dengan laporan seorang anak smp yang kehilangan orang tuanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Penampilanmu sudah oke, sayang. Percaya padaku..." Jimin meyakinkan.
"Aku pikir, aku harus ganti pakaian dengan warna yang lebih cerah."
Tawa kecil terlepas dari kedua belah bibir JImin, inginnya focus menyetir tapi makhluk imut yang ada bersamanya ini terlalu sulit untuk diabaikan. Jarang-jarang melihat Yoongi panic dan kalut karena biasanya kekasihnya itu selalu kalem, selalu berkepala dingin dan bertindak sesuai nalar, tak peduli apa pun kata orang, yang terpenting Kumamon for Life.
"Tidak biasanya kau seperti ini, sayang. Kemana perginya Swag yang selalu kau banggakan itu?"
"Kau tahu sendiri Jimin, aku paling tidak bisa tenang kalau menyangkut gadis yang kusukai, aku selalu gugup."
