KEIRORA ✨ 11

2.4K 159 7
                                    

Siang ini Keira terpaksa pulang bersama Allen. Lagi-lagi, Keiro harus mengikuti kumpul rutin sebagai calon pengurus OSIS. Bagi Keira ini tak masalah, dia malah senang karena orang-orang tidak akan curiga akan hubungan mereka.

"Mau langsung pulang, Ra?" tanya Allen di sela-sela perjalanan.

"Iya," singkat Keira.

"Lo nggak laper?" tanya Allen lagi.

Keira terdiam sejenak. "Em... Laper sih," jawab Keira ragu.

"Makan dulu, yuk," ajak Allen spontan.

Keira menyerngit. "Mau makan kemana, Len?"

"Gue tahu rumah makan di tepi jalan yang baru aja buka. Kelihatannya enak di sana, harganya juga sesuai sama kantong pelajar," balas Allen.

"Wah boleh juga tuh!" Keira langsung menyetujui usulan Allen dengan semangat.

"Jadi mau makan dulu, kan?" ulang Allen memastikan.

"Iya, Allen."

Motor Allen berhenti di salah satu rumah makan dengan bangunan yang terbuat dari bambu. Sederhana tapi terasa nyaman. Kursi dan mejanya terbuat dari kayu jati dengan pernis yang membuatnya mengkilat. Lampu yang menyala menampakkan cahaya berwarna kuning redup membuat suasana semakin terasa cozy. Tidak ada kipas angin maupun ac, tapi dengan banyaknya tanaman kecil di setiap sudut rumah makan membuat suasana menjadi sejuk.

"Ayo, Ra," ajak Allen ketika melihat Keira yang masih berdiri di samping motornya.
Keira hanya terdiam, tangannya sibuk melakukan sesuatu. Tak berapa lama, Allen terkekeh melihat tingkah Keira.

"Astaga, Ra, kenapa nggak bilang sih," geli Allen sembari mendekat ke arah Keira.

"Ngg... Gue kan malu, Len," gugup Keira.

Allen tersenyum kecil. "Sini gue lepasin," ucapnya lalu segera menyentuh pengunci pada helm.

Astaga wangi ini...

Jarak keduanya memang sangat dekat saat ini. Jujur saja Keira gugup sekaligus malu. Keira yang tak terlalu tinggi tepat menghadap pada dada Allen. Sementara Allen masih sibuk mencoba melepaskan helm dari kepala Keira, Keira malah sibuk menetralkan jantungnya agar berdetak normal.

"Udah, Ra," tukas Allen lalu segera melepaskan helm itu dari Keira.

"M-makasih, Len," jawab Keira terbata-bata.

Allen hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tanpa disangka-sangka, Allen menggamit tangan Keira yang langsung menimbulkan sengatan kecil yang terasa sangat aneh bagi Keira. Keira sendiri tak bisa melakukan apa-apa. Hingga sengatan kecil itu menimbulkan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar semakin kencang dan tanpa dirinya sadari, mulut Keira sudah tersungging sejak tadi.

"Mau makan apa, Ra?" Suara Allen memecah keheningan.

Keira sedikit kaget, lalu segera mengambil menu yang sudah disodorkan Allen.

"Gue ayam bakar sama teh anget aja," ujar Keira.

Allen menganggukkan kepala tanda mengerti lalu segera menyebutkan pesanan pada sang pelayan. Tak butuh waktu lama, pesanan keduanya siap. Keira langsung menyesap minumannya sedikit, lalu beralih menatap makanannya yang terlihat sangat menggiurkan ditambah wangi khas ayam bakar yang menggugah selera. Setelah bercuci tangan, Keira mencuil sedikit daging ayam bakarnya dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Hm... Enak banget, Len!" puji Keira penuh semangat.

Allen terkekeh. "Iya, enak banget," dukungnya setelah mencicipi makanannya. "dihabisin ya, Ra," titah Allen.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang