KEIRORA ✨ 13

2.4K 141 11
                                    

Hari ini Keira bisa pulang bersama Keiro. Sebenarnya Keira khawatir, takut kalau-kalau sampai ada siswa siswi yang melihat mereka dan curiga dengan hubungan keduanya. Akan tetapi, Keiro terus membujuk Keira dan terus berusaha menghilangkan kekhawatiran saudara kembarnya itu. Cukup lama keduanya berdebat lewat salah satu aplikasi chat. Sampai akhirnya Keira luluh dan mau pulang bersama Keiro, dengan catatan ia akan berjalan dulu menjauhi area sekolah, baru nanti Keiro menjemput di tempat yang sekiranya aman.

"Udah lama ya, Ra, kita nggak pulang bareng," ujar Keiro di sela-sela perjalanan.

Keira terkekeh. "Baru seminggu, alay lo," cibirnya.

"Seminggu kerasa seabad," tukas Keiro.

Keira lagi-lagi tertawa kecil. Memang benar, tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Keira juga rindu pulang bersama Keiro. Meskipun pulang bersama Allen rasanya baik-baik saja, tapi ia merasa lebih nyaman jika pulang bersama kakaknya itu.

"Lo terlalu sibuk, Ro, kasihan gue liatnya," celetuk Keira sembari membenarkan posisi duduknya.

Keiro terdiam sesaat. "Maksud lo? Sibuk di OSIS?"

Keira mengangguk dan Keiro menatapnya lewat kaca spion.

"Yahhh lo tau sendiri kan, Ra, gue ikut OSIS juga ada maksud terselubung," kekeh Keiro.

Keira mengerutkan kening. "Astaga, Ro, nggak nyangka kalau masih pakai alasan lama!" pekik Keira.

Kali ini Keiro sukses tertawa bertepatan dengan motornya yang berhenti karena lampu merah yang menyala. "Lo tahu sendiri kan, Ra, gue paling muak kalau di suruh di kelas terus seharian. Rasanya otak gue nggak mampu mencerna semua itu. Yahhh, kalau ikutan OSIS kan jadi ada alasan buat keluar. Guru-guru juga lebih gampang ngasih izin keluar buat anak-anak OSIS dibandingin anak-anak biasa macam lo. Hahahahha."

"Heran gue, kok siswa macam lo bisa keterima OSIS, ya!" tutur Keira sembari mengeratkan jaketnya karena suasana yang mulai dingin.

"Lo yang terlalu naif, Ra. Keterima di OSIS itu bukan masalah nilai akademik lo bagus atau buruk, gimana pinternya lo di pelajaran matematika atau gimana bodohnya lo di bidang kimia. Jelas bukan masalah itu. Buat masuk OSIS itu dibutuhkan skill diluar kepandaian akademik. Cara bergaul lo, sopan santun lo, pikiran lo yang out of the box, kreatifitas dan kepandaian lo dalam menghandel suatu kegiatan, itu semua yang kriteria yang dibutuhin buat jadi pengurus OSIS, dan menurut gue semua itu menyenangkan. Gue merasa punya pengalaman baru yang nggak bakal gue dapet kalau gue cuma berdiam diri di kelas. Capek sih pasti, tapi tertutup sama semua kesenangan gue di OSIS, belum lagi alumninya cantik-cantik. Hahahahha," tawa Keiro menguar di akhir kalimat.

Keira memukul bahu Keiro pelan. "Dasar lo. Ternyata ada lobster di balik batu!"

"Dih, kok lobster?" bingung Keiro.

"Lobster karena maksud tersembunyi lo terlalu kecil kalau cuma diibaratkan seekor udang!" cetus Keira.

"Eittt... Tapi tunggu dulu, lo jangan remehin kemampuan gue di OSIS," sergah Keiro.

Keira menyerngit. "Maksud lo?"

"Sekitar seminggu yang lalu, sebelum pengumuman penerimaan OSIS, gue ditanya soal program kerja yang bakal diadain kalau gue masuk OSIS. Dan how lucky, setelah gue nyebutin dan jelasin progja itu, semua alumni dan kakak kelas langsung bertepuk tangan. Sebentar lagi program kerja itu bakal diwujudin karena nggak memakan banyak biaya dan waktu persiapan. Hahaha, gue rasa karena jawaban itu gue jadi keterima di OSIS," jelas Keiro panjang lebar.

"Program kerja apaan, Ro?" tanya Keira penasaran.

Keiro terdiam sejenak. "Rahasia! Lo bakal tahu sendiri nantinya."

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang