KEIRORA ✨ 36

1.9K 130 4
                                    

Pagi ini begitu cerah. Langit biru berselimutkan awan putih ditambah burung-burung yang beterbangan menambah keindahan angkasa. Keira sudah selesai mandi meski jam belum juga menunjukkan pukul enam. Hal yang bahkan tidak pernah ia lakukan sebelumnya setiap hari minggu.

"Keirooo..." panggil Keira sembari mengetuk pintu kamar saudara kembarnya.

Di dalam kamar, Keiro menggeliatkan badan begitu mendengar suara Keira. Ia baru saja bermimpi bertemu Luna Lovegood dalam serial film Harry Potter favoritnya dan Keira menghancurkan mimpi tersebut hanya dengan suara cemprengnya. Keiro bersumpah seandainya bukan Keira yang mengganggu, ia pasti akan menghajar habis-habisan orang itu.

"Apaan sih?!" tanya Keiro dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Keira menyengir mendengar suara saudara kembarnya. "Anterin gue ke rumah Allen yuk!"

Keiro mendengus. Ia memang menyuruh Keira menyelesaikan masalahnya dengan Allen dengan cara mendatangi rumah laki-laki itu. Akan tetapi Keiro tak menyangka kalau Keira akan sesemangat ini. "Sama papa aja sana! Gue masih ngantuk!"

Keira bersungut-sungut, ia bahkan masih berada di luar kamar Keiro karena saudara kembarnya itu tak juga menyuruhnya masuk. Dengan kasar, Keira membuka pintu kamar Keiro tanpa seizin pemiliknya.

"Woy, kebiasaan banget sih! Gue lagi nggak pakai baju nih!" protes Keiro sembari menutupi badannya dengan selimut.

Keira berdecak. "Yaelah lebay banget sih. Lo juga kenapa tidur nggak pake baju? Kan udah dilarang sama mama. Masuk angin baru tau rasa lo!" Keira berusaha menarik selimut yang membungkus tubuh saudara kembarnya.

"Dih suka-suka gue donk! Toh semalem udaranya panas banget. Daripada ribet, gue lepas aja kaos gue," jawab Keiro dengan tetap mempertahankan selimutnya agar tak berpindah posisi.

"Udaranya yang panas atau hati lo yang panas gara-gara kemaren Belda disorak-sorakin sama anak-anak cowok pas lagi tampil," goda Keira sembari menatap Keiro dengan tersenyum kecil.

Wajah Keiro merah padam. Buru-buru ia menenggelamkan wajahnya pada guling dan tak lupa ia lemparkan sebuah bantal ke arah Keira meskipun saudari kembarnya itu berhasil menghindar. "Apaan sih?!"

Keira tertawa melihat reaksi Keiro. Tak disangka, menggoda kakaknya semudah itu. "Udah ah, ayo anter gue ke rumah Allen!" paksa Keira sembari menggoncang-goncangkan badan Keiro.

"Nggak mau! Pergi aja sama papa!" tolak Keiro keras.

"Papa sama mama udah pergi dari setelah subuh. Katanya mau cari sunrise di daerah pegunungan."

Keiro mendengus. "Main mulu sih mereka. Nggak ajak-ajak kita lagi," kesal Keiro.

"Yeee... Makanya punya kuping tuh dipakai, semalem papa sama mama udah ajak kita. Tapi gue tolak karena gue mau ke rumah Allen, lo juga ditanyain gitu kan sama mama?"

Keiro mengendikkan bahu seolah tak tahu apa-apa. Padahal, semalam ia memang ditanyai soal keikutsertaannya untuk menikmati sunrise di daerah pegunungan. Akan tetapi, Keiro tak terlalu menanggapi serius ucapan mama karena ia pikir ajakan tersebut hanya guyonan yang mama buat. Keiro melengos, ia cukup menyesal karena telah menganggap sepele ajakan mama. Jujur saja, kalau ditanya sekali lagi oleh mama dengan pertanyaan yang sama, Keiro akan langsung menerima dengan senang hati tanpa perlu memikirkan jawabannya dua kali. Ia tidak akan bisa menolak pesona sang surya yang masih mengintip dengan malu-malu diantara samudra awan.

"Limabelas menit lo belum siap, gue aduin ke mama biar uang jajan lo dipotong!" ancam Keira dengan senyum miring.

Keiro melotot. "Kok gitu sih?!" ujarnya tak terima. Jelas saja, memangnya siapa yang tidak kesal kalau mendapat ancaman seperti itu.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang