KEIRORA ✨ 15

2K 155 6
                                    

Keira, Belda, Allen, dan Aaron kini sedang berada di kediaman Keira. Keempat orang itu kini sedang membahas apa yang akan mereka buat untuk festival makanan nanti.

"Gimana kalau bikin takoyaki," usal Belda sembari menekan-nekan layar ponselnya. Dia memang sengaja mencari referensi dari internet.

"Terlalu susah, Bel," balas Allen sembari menggelengkan kepala, tanda tidak setuju. Kini giliran Allen yang memainkan ponselnya. "Nah, kalau yang ini gimana?" ia memperlihatkan layar ponselnya ke arah ketiga temannya.

"Donat?" ujar Keira sedikit tidak yakin.

Allen mengangguk semangat. "Cara buat donat mudah kok, lagian denger-denger mama lo pinter buat kue. Iya kan, Ra?"

Keira mengerutkan kening. Seakan ingin berkata 'kok tau?' tapi ia urungkan.

"Oh iya gue baru inget. Tante Keinarra kan pinter buat kue!" cetus Belda sembari menjentikkan jarinya.

"Engg tapi kan––"

Keira baru saja akan mengelak ketika tiba-tiba Belda berkata, "Lo inget kan, Ra, dulu sewaktu SMP kita sering bikin kue bareng!"

"Nah cocok banget tuh, kita bisa tanya ke mamanya Keira gimana cara bikin kue yang baik," tambah Allen.

"Jadi fix kan buat donat?" Belda kini meletakkan ponselnya dan mulai semangat membahas soal donat.

"Iya gue setuju," jawab Allen cepat.

Belda mengangguk senang, tersenyum manis lalu menatap ke arah Keira. "Lo sendiri gimana, Ra? Setuju kan?"

Keira menghembuskan napas panjang. "I-iyadeh," jawabnya ragu.

Belda kini mulai menatap Aaron yang sejak tadi diam sembari memainkan ponsel. Belda akan mengerti seandainya Aaron melakukan hal bermanfaat dengan benda kotak itu, hanya saja Aaron tidak melakukan sesuatu yang berguna dan ia malah asik memainkan game di ponselnya.

"Woy, Aaron!" tegur Belda.

Yang ditegur tidak peka. Hanya melirik sebentar ke arah Belda, tapi sedetik kemudian ia sudah asik kembali dengan ponselnya.

"Woy laron!" Belda kembali berujar, hanya saja kini ia mengganti nama Aaron dengan kata laron, anai-anai yang bersayap.

Aaron masih diam. Ia sebenarnya mendengar ucapan Belda, hanya saja ia sengaja diam. Keira yang jengkel melihat kelakuan Aaron segera merebut ponsel dari tangan Aaron, memunculkan ekspresi kesal dari sang pemilik ponsel.

"Apaan sih?!" desis Aaron.

Keira mendengus pelan, wajahnya kini bersungut-sungut tanda ia sedang kesal. "Kalau diajak bicara, dijawab yang bener donk!" tegur Keira.

"Emang ada yang ngajak gue ngomong, hah?" tukas Aaron tak mau kalah.

Kali ini Belda yang berbicara dengan penekanan di setiap katanya, "Dari tadi gue manggil-manggil lo, Laron!"

Aaron memutar bola mata malas. "Lo cuma manggil kan? Nggak ngajak gue ngomong kan? Sejauh ini gue nggak salah kan?"

Belda menghembuskan napas panjang. Menghadapi Aaron memang harus ekstra sabar. "Nggak salah ndasmu, lo itu––"

"Syuttt, udah-udah..." Lerai Allen sebelum teman-temannya bertengkar lebih lama.

"Ish, apaan sih, Len!" desis Belda yang malah melampiaskan kekesalannya pada Allen yang tak bersalah.

"Masalah kayak gini harusnya diselesein baik-baik, Bel, Ra, dan juga, Ron," nasihat Allen pelan-pelan, takut ketiganya malah semakin kesal.

Allen menghirup napas panjang sebelum akhirnya berbicara, "Gue nggak ngebela siapa-siapa di sini, tapi kalian semua salah."

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang