KEIRORA ✨ 38

1.5K 128 7
                                    

Keira memandangi teman-temannya yang satu persatu keluar dari kelas. Bel pulang sekolah memang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Akan tetapi Keira sama sekali tidak bersemangat untuk pulang karena beberapa alasan. Yang pertama, ia tidak ada teman pulang. Belda sudah pulang lebih dulu karena akan pergi bersama orang tuanya. Sementara Keiro tidak bisa pulang bersama Keira karena Keiro harus mengikuti rapat bersama anggota OSIS. Yang kedua, hari ini orang tua Keira sedang ada acara di kantor. Hal itu membuat dirinya harus berada di rumah sendirian dan ia tak suka dengan itu.

Mendengus, Keira akhirnya bangkit dari duduknya dengan langkah gontai. Ia memutuskan untuk pergi ke toko buku meski sebenarnya ia bukan seorang yang gemar membaca buku. Akan tetapi, Keira rasa saat ini pergi ke toko buku adalah pilihan yang tepat dibanding ia harus pergi ke mall ataupun cafe yang tentunya akan memakan uang lebih banyak. Gadis itu menyusuri koridor kelas X sembari memikirkan buku apa yang akan ia beli nantinya.

"Keira?"

Mendengar namanya dipanggil, Keira menoleh. Ia memicingkan mata ketika mendapati orang yang tak terlalu asing baginya.

"Lupa ya? Gue yang tadi nyamperin lo di kantin," ucap orang itu seakan bisa membaca pikiran Keira.

Keira mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Kenalin, gue Ade. Temen sebangku Alano." Orang yang disebut-sebut bernama Ade mengulurkan tangan, mengajak Keira berkenalan.

Keira tersenyum masam. Rasanya ia enggan membalas uluran tangan itu. Ia mengedarkan pandangan, tidak ada orang lain yang memperhatikan, hal itu membuat Keira sedikit lega karena itu artinya dia tidak menjadi pusat perhatian orang-orang. Keira juga mengantisipasi terjadinya hal-hal seperti yang Cindy lakukan dulu.

"Kalau lo nggak mau, nggak papa kok," tambah Ade melihat reaksi Keira yang memang terlihat enggan berkenalan.

Keira merasa bersalah. Ia cepat-cepat membalas uluran tangan Ade. "Sorry."

Ade mengangguk. "It's okay. Lo sendiri?"

Keira hanya mengangguk seolah enggan mengucapkan kata-kata.

"Keiro lagi ada rapat sama anggota OSIS," lanjut Ade.

Keira tersenyum kecil. "Iya, gue tahu."

Ade menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sejujurnya ia ingin sekali mengajak Keira untuk sekedar bercakap-cakap tetapi Keira nampak sama sekali tidak tertarik dengan dirinya.

"Gue duluan ya," ucap Keira sebelum Ade berucap lebih jauh.

Ade hendak mencegah, tapi ia rasa tindakan itu kurang sopan. Terlebih ia dan Keira sama sekali tak memiliki hubungan apa-apa. Jadi ia merasa tidak berhak untuk sekedar menghambat kepergian gadis itu.

"Oh okay. Hati-hati," ujar Ade dengan berat hati.

Keira mengangguk, lalu buru-buru keluar dari sekolah sebelum nantinya ia berjumpa dengan teman-teman Keiro yang lain. Keira beruntung karena angkutan yang ia tunggu telah datang dan berhenti di depannya. Tanpa pikir panjang ia menaiki angkutan yang hanya terisi dua orang selain dirinya.

Dua puluh menit berlalu. Tak terasa, angkutan telah sampai di tempat tujuan. Keira menuruni angkutan dengan berhati-hati. Ia lalu mengulurkan sejumlah uang yang langsung diterima oleh sang supir dengan senyuman kecil. Keira balas tersenyum, ia merasa iba karena angkutan umum yang ia tumpangi terbilang sepi. Makanya gadis itu memberi uang lebih, berharap bisa sedikit membantu sang supir.

"Makasih ya, Dek," ucap sang supir.

"Sama-sama, Pak. Saya permisi dulu ya."

Selesai berpamitan, Keira memasuki toko buku. Pandangannya ia edarkan ke arah sekitar. Jujur saja, Keira bukan tipe orang yang suka berlama-lama di toko buku. Ia akan langsung menentukan pilihan apa yang akan ia beli kemudian pergi. Tidak seperti orang kebanyakan yang terkadang berlama-lama di toko buku hanya demi membaca buku yang sudah tidak terbungkus plastik. Lumayan, bacaan gratis.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang