KEIRORA ✨ 21

1.7K 112 4
                                    

Keira turun dari angkutan umum tepat di depan tugu Gang Berma. Ia sengaja tidak menaiki taksi karena ongkosnya yang mahal. Meski sebenarnya ia mampu, tapi ia memilih menaiki angkutan umum karena lebih hemat.

"Gang Berma, rumah no 27." Sedari tadi Keira terus merapalkan kalimat itu agar tak lupa.

"20...21...22... Duh, nomor 27 mana sih," decak Keira.

Ia sudah hampir sampai di ujung jalan sampai akhirnya ia melihat rumah dengan nomor 26. "Akhirnya! Pasti yang samping rumah Aaron!"

Keira berjalan cepat menuju rumah bercat hijau milik Aaron. Belum sampai di depannya, ia menghentikan jalannya dan menepi. Seakan mencoba bersembunyi di balik semak-semak. Keira menyerngit ketika melihat Aaron dengan seseorang sedang terlibat perbincangan yang serius di teras rumah.

Keira meneguk ludahnya. Ia mencoba melangkah agar lebih dekat dan mampu mendengar percakapan keduanya. Selain itu, agar dirinya bisa melihat sosok yang sedang berbicara dengan Aaron sekarang. Keira melangkah perlahan mendekati pohon mangga yang cukup besar dan ia rasa aman baginya untuk bersembunyi di belakang pohon tersebut.

Ia melongokkan kepalanya untuk mengintip keadaan di depannya. Rasanya persembunyian Keira saat itu sangat tepat, selain dia bisa mendengar dengan jelas apa yang Aaron perbincangkan, dirinya juga bisa melihat siapa lawan bicara Aaron saat ini. Seorang perempuan, dengan pakaian kekurangan bahan, sepatu berhak tinggi, tas glamor berwarna perak mengilap, rambut panjang yang tergerai, serta jari jemarinya yang penuh dengan warna tosca.

"Norak banget tuh cewek!" ketus Keira pelan. "tapi kok kayak kenal ya," lanjutnya lagi.

Keira mengerutkan keningnya sejenak. Seolah berpikir siapa yang berbincang dengan Aaron saat ini. Matanya sukses melebar ketika pikirannya tertuju pada satu orang, membuat jantungnya yang semula berdetak normal kini berpacu tak karuan.

"Cindy!" pekik Keira tertahan.

Keira mencoba menahan dirinya agar tidak kelepasan. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Gue nggak boleh gegabah, gue harus tau apa yang mereka omongin. Karena ini udah yang kedua kalinya gue lihat mereka terlibat perbincangan serius," gumam Keira.

Ia lalu memasang telinganya tajam-tajam agar mampu mendengar secara jelas apa yang keduanya bicarakan.

"Jadi lo yakin dengan rencana itu lo bakal berhasil?" tanya Cindy seakan tak percaya.

"Gue yakin!" mantap Aaron.

Cindy tersenyum miring. "Oke. Itu artinya, lo terima tawaran gue."

Aaron mengangguk tanpa menatap Cindy.

"Inget, lo cuma punya satu kesempatan dan gue tegasin sekali lagi, lo bakal nerima semua konsekuensinya kalau lo gagal di kesempatan ini. Deal?" tukas Cindy sembari mengulurkan tangannya, seolah ingin mengajak Aaron bersalaman.

"Deal!" jawab Aaron sembari membalas uluran tangan Cindy.

Cindy tersenyum lebar. "Good luck, Aaron. Gue tunggu perkembangan rencana lo," ucap Cindy sembari mengedipkan satu matanya.

Cindy segera memasuki mobil setelah percakapannya dengan Aaron selesai. Sementara itu, di balik pohon mangga, Keira berkali-kali memijat pelipisnya. Dia benar-benar tak tahu apa maksud percakapan diantara keduanya. Keduanya nampak bersekongkol untuk melakukan suatu hal yang entah apa.

Jantung Keira berdegub kencang ketika mobil Cindy melewatinya. Keira sempat menahan napas, takut-takut kalau Cindy sampai melihatnya. Beruntunglah saat itu mobil Cindy melaju kencang sehingga tak terlalu memperhatikan sekitar. Keira menghembuskan napas lega.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang