KEIRORA ✨ 25

1.7K 132 5
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen ya!

🔻🔻🔻

Keira sudah tahu akan pertengkaran Allen dan Aaron. Kini, ia dan Allen sedang dalam perjalanan pulang. Lebam yang Allen alami memang tidak separah luka-luka pada tubuh Aaron. Tapi tetap saja Keira khawatir. Makanya, ia menyuruh Allen untuk mampir sebentar ke rumahnya. Sampai di depan rumah,  Keira langsung menuruni motor Allen.

"Ayo masuk dulu, Len. Gue buatin minuman, siapa tahu bisa baikan," tawar Keira.

Allen mengangguk patuh. Ia lalu mengekor Keira yang berjalan memasuki rumah.

"Duduk dulu ya, Len. Gue ke belakang bentar," ujar Keira.

Keira lalu bergegas menuju ke dapur. Ia mengambil sebuah cangkir untuk membuatkan Allen teh hangat.

"Mama kemana ya, kok tumben nggak keliatan?" gumam Keira.

"Mah... Mamah..." panggil Keira sembari sibuk mencari gula untuk tehnya.

Tidak ada jawaban. Keira mendengus. Sudah dapat dipastikan mama tidak berada di rumah. Selesai membuat minum, Keira bergegas menuju ruang tamu. Disuguhkannya teh hangat itu di depan Allen.

"Ini, Len, diminum dulu," perintah Keira lembut.

Sementara Allen menikmati minuman, Keira mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi tanda pesan masuk. Ternyata itu pesan dari mama yang memberitahukan bahwa mama sedang mengikuti acara di luar. Keira berdecak sebal.

"Ra..." panggil Allen lemah.

Keira cepat-cepat meletakkan ponselnya begitu mendengar suara Allen. "Kenapa, Len? Ada yang sakit?"

Allen diam. Tidak pula menggeleng atau menganggukkan kepala. Ia hanya memegangi perutnya dengan kepala tertunduk. Keira bingung harus bagaimana. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Seandainya Allen mengalami lebam di bagian wajah, Keira masih bisa menangani, tapi kalau di bagian perut, Keira tak tahu apa-apa soal itu.

"Len, boleh gue lihat lukanya?" tanya Keira ragu-ragu.

Allen mengangguk lemah. Perlahan ia mengangkat bajunya untuk memperlihatkan bagian perutnya yang terasa nyeri.

"Woy!"

Keira dan Allen terkesiap. Dengan sekali gerakan, Allen membenahi bajunya, sementara Keira segera bergeser dari tempat duduknya semula, memberi jarak antara dirinya dan Allen.

"Siapa sih?" decak Keira kesal.

Ia lalu bangkit dari duduknya udengan maksud melihat keberadaan di luar. Belum sampai dua langkah, tangannya sudah dicekal erat oleh Allen. Keira menoleh, menatap Allen dengan heran. Sementara Allen hanya memberikan gelengan kecil.

"Kenapa, Len?" bingung Keira.

"Nggak usah dilihat, paling cuma orang iseng," cegah Allen.

Keira menggeleng. "Nggak, Len, gue yakin ini bukan kerjaan orang iseng."

Allen tersenyum kecil. "Udah, Ra, percaya sama gue. Lo mending temenin gue lagi di sini–"

"Kenapa lo nggak ngebolehin Keira keluar?" potong seseorang tiba-tiba.

Keira dan Allen kompak menoleh ke sumber suara. Mereka mendapati Aaron berdiri tegak di dekat pintu masuk.

"Takut?" lanjut Aaron dengan nada mengejek.

Keira menyerngit. Bingung akan dua hal, yang pertama kenapa Aaron tiba-tiba datang dan yang kedua apa maksud perkataan Aaron barusan.

Allen diam tak menjawab, ia malah menarik tangan Keira agar Keira kembali dalam posisi duduknya. Aaron sendiri tanpa permisi dengan santainya memasuki rumah Keira, lalu menempatkan badannya tepat di samping Keira. Kelakuan Aaron sukses membuat emosi Allen membuncah.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang