KEIRORA ✨ 37

1.6K 133 3
                                    

Pagi ini, Keira bangun dari tidurnya dengan perasaan bahagia. Ia merasa beban berat yang selama ini menempel di tubuhnya hilang begitu saja. Ada beberapa hal baik yang membuat Keira semangat menjalani hari ini. Yang pertama, pemasalahan Keira dengan Cindy selesai. Yang kedua, teman-teman Keira tidak terlalu ingin tahu dengan masalah dirinya dan Cindy. Teman-temannya juga tidak pernah membahas kejadian ketika pentas seni. Yang ketiga, hubungan Keira dengan Allen membaik. Yang keempat, Allen sudah bisa berangkat sekolah hari ini.

Jujur saja Keira turut senang mendengar bahwa Allen bisa kembali sekolah. Bukan, bukan karena ia jadi bisa bertemu Allen lalu bermesra-mesraan. Akan tetapi karena dengan kembalinya Allen ke sekolah, itu berarti kondisi bunda Allen sudah lebih baik sehingga bisa ditinggal oleh Allen. Keira menghirup napas dalam-dalam sembari mengintip ke jendela kamarnya. Di luar masih gelap, jam belum menunjukkan pukul lima tapi Keira sudah bangun dengan semangat pagi yang menggebu-gebu.

Keira termenung memandangi suasana di luar. Pikirannya melayang mundur ketika ia dan Allen masih bersama. Jujur saja, hati Keira sedikit nyeri mengingat kenangan itu. Apalagi ketika ia mengingat semua kebusukan Allen, hatinya terasa sangat sakit dan emosinya naik. Akan tetapi, semua rasa sakit itu akan sirna begitu Keira mendengar penjelasan Allen tentang masalah bundanya

Keira sadar, Allen sengaja berperan antagonis hanya karena tuntutan, bukan karena kemauannya sendiri. Keira lega karena ia berhasil memaafkan Allen dengan sepenuh hati. Tidak ada dendam, tidak ada yang terpendam. Terlebih Allen kini sudah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumya.

"Keira!" Suara bariton Keiro sukses membuyarkan lamunan Keira. Seakan belum reda kekagetannya, ia sudah dikejutkan dengan kedatangan Keiro ke dalam kamarnya dengan ekspresi kesal.

Keira berdecak. "Apaan sih, Ro! Subuh-subuh ngagetin orang aja!"

Keiro menyerngit, ia menjitak pelan saudari kembarnya itu. "Jangan kayak kura-kura dalam perahu. Berpura-pura tidak tahu!"

Keira berusaha keras menyingkirkan tangan Keiro yang masih berada di atas kepalanya. "Lah lo kesini cuma mau pamer pantun?"

Keiro mendengus lalu mengelus dadanya berkali-kali. Sabar, untung adek gue.

"Lo emang pandai akting ya. Tapi sayang, wajah 'pura-pura nggak tahu' lo nggak mempan buat gue!" sinis Keiro. "lo yang ngirim pesan ini kan?!" tembak Keiro sembari menunjukkan ponselnya.

Tampak sebuah pesan dari Keiro yang ditujukan untuk Belda. Sedetik kemudian Keira tertawa. Suaranya menguar memenuhi ruangan membuat Keiro harus menutup telinganya rapat-rapat.

"Kuntilanak!" desis Keiro.

Tawa Keira perlahan memelan. Cewek itu berdehem sejenak sebelum berkata, "Iya, emang gue yang ngirim. Kenapa?"

Geram, Keiro lagi-lagi melayangkan jitakan ke kepala Keira. "Seenaknya banget sih!"

"Habisnya lo pengecut banget. Udah tahu suka dari SMP, kenapa sampai sekarang masih dipendem? Lo kira kalau lo pendem terus-terusan Belda bakal sadar?! Bangun donk, Ro, yang ada Belda keburu disamber cowok lain. Yah, setahu gue sih Beni, ketua kelas gue, lagi berusaha ngedeketin Belda. Beni emang nggak terlalu tampan sih, tapi dia cool, anak PMR yang pasti jiwa sosialnya menempel erat dalam tubuhnya." Keira berbicara panjang lebar semata-mata hanya untuk memanas-manasi Keiro.

Lagaknya, upaya Keira ini berhasil. "Brengsek! Nggak ada yang boleh deketin Belda selain gue!"

Keira memutar bola mata jengah. "Ngomong doang lo! Makanya gerak donk, jangan cuma stuck di posisi lo sebagai teman. Mau sampai kapan diem-diem bae gini? Dasar sempak kuda!" cibir Keira yang langsung membuat Keiro mendengus.

KEIRORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang