Mereka sampai pada sebuah ruangan. Ah, sepertinya mereka memesan ruangan private. Mereka pun dipersilahkan masuk oleh pelayan.
Mereka masuk. Namun mata Seonho melebar saat melihat seseorang. Seseorang yang sangat ia kenal. Tentu saja ia kenal. Karena ia adalah teman satu kelasnya. Bahkan satu bangku. Bae Jinyoung.
.
.
.
🍁🍁🍁
Namja tampan itu melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa. Ia baru saja selesai kelas dan harus segera bersiap untuk menghadiri acara keluarga. Menjadi seorang anak tunggal dari seorang pebisnis sukses memang sedikit melelahkan. Ia sering dipaksa untuk menghadiri acara atau pesta yang diadakan oleh kolega ayahnya. Ingin menolak. Namun ia tak sampai hati. Ia memang orang yang dingin. Namun ia sangat menyayangi keluarganya. Ayah dan ibu adalah segalanya. Ia akan melakukan apa saja yang bisa membuat orang tuanya bahagia. Walau sebenarnya itu bukan yang ia harapkan. Mungkin banyak yang akan membangkang jika berada diposisinya. Namun ia enggan. Ia sadar. Semua yang dilakukan oleh orang tuanya adalah yang terbaik untuknya. Ia berpikir bahwa tak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Maka dari itu, ia menjadi seorang anak yang penurut.
Ia segera masuk ke dalam sebuah mobil sport berwarna hitam saat ia sampai parkiran. Ia tak boleh membuang waktu. Ia sudah terlambat. Ayah dan ibunya pasti sudah menunggunya sedari tadi. Dan ia tak ingin membuat mereka menunggu lama.
Ia sebenarnya ingin pergi sedari tadi, namun ia benar-benar tak bisa meninggalkan kelasnya hari ini.
Ia memang anak tunggal dari seorang pengusaha kaya. Ayahnya mempunyai bisnis di Korea bahkan China. Dan itu menuntutnya untuk menjadi penerus, kelak. Ya, tentu saja. Semua bisnis itu akan diserahkan kepadanya. Menjadi tanggung jawabnya. Dan hal itu juga yang mengharuskan ia belajar dengan sungguh-sungguh.
Ia memang kaya dan tampan. Bahkan sangat tampan. Namun ia bukanlah sosok pemuda yang suka berfoya dan bermain wanita. Seperti pria pada umumnya. Padahal, siapa yang akan menolak pesonanya? Tidak ada. Semua wanita pasti akan bertekuk lutut padanya. Ya, itu fakta. Namun ia tak seperti itu. Entahlah. Ia seakan tak tertarik pada mereka. Bukan, bukan karena ia tak tertarik pada wanita. Namun sepertinya hati itu sudah terkunci. Hati itu sudah sepenuhnya dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang sangat berarti untuknya. Yang sekarang entah berada dimana.
Guanlin, namja tampan itu. Ia segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Walau ia sedang terburu-buru, namun ia masih mementingkan keselamatan. Ia tak ingin terjadi kecelakaan kepadanya, hanya karena ia ingin cepat sampai. Ia juga tak ingin membuat orang lain celaka.
Setelah tiga puluh menit berkendara, ia akhirnya sampai dirumah. Rumah megah bergaya Eropa. Siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona. Rumah itu terlihat megah, kokoh namun nyaman.
Namja itu berjalan dengan tergesa. Ia langsung memasuki kamar miliknya dan segera bersiap. Ia tak ingin mendapatkan omelan dari ayahnya karena sangat terlambat.
Lima belas menit kemudian, ia sudah siap. Terlihat sangat tampan dengan pakaian yang ia kenakan. Pasti yang melihatnya akan mengira bahwa ia adalah seorang pengusaha muda. Padahal ia masih duduk dibangku kuliah tingkat akhir. Ah, sepertinya ia memang akan segera menjadi pengusaha muda. Tentunya karena ia akan mengambil alih perusahaan milik keluarganya. Dan itu pasti akan membuat para wanita semakin menggilainya.
Setelah merasa sempurna. Namja itu segera keluar dari kamar. Ia harus segera pergi.
Namja itu mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Lagi. Akhirnya ia sampai. Ia pun memarkirkan mobilnya dan segera turun. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar dengan indah ditangan kirinya. Astaga. Ia sudah telat tiga puluh menit.
Ia mempercepat langkahnya. Menuju tempat dimana ayahnya mengadakan pertemuan.
.
.
.
Dua keluarga itu saling memberi salam. Seonho masih menatap bingung Jinyoung yang sedari tadi tersenyum kepadanya.
"Silahkan duduk, tuan Yoo." Ucap seorang pria paruh baya yang diyakini Seonho sebagai teman bisnis ayahnya.
Seonho masih bingung. Apa ia akan dijodohkan dengan Jinyoung? Astaga. Kenapa dunia ini sempit sekali. Bagaimana bisa ia dijodohkan dengan teman sebangkunya. Ia memang tak pernah tahu siapa orang tua Jinyoung. Yang ia tahu, hanya fakta bahwa orang tua Jinyoung adalah pengusaha. Ia memang dekat. Tentu saja. Mereka sebangku dan itu membuat mereka akhirnya menjadi akrab. Bahkan mereka sudah seperti sahabat. Dan sekarang Seonho bingung. Bukan, bukan karena ia tak menyukai sahabatnya itu. Namun ia tak bisa membayangkan mereka yang adalah sahabat harus berubah menjadi tunangan.
Astaga. Bisakah Seonho lari saat ini? Bisakah ia menghindari perjodohan ini? Bisakah ia menjalaninya? Entahlah. Sekarang ia ragu. Keyakinan yang sedari tadi ia pupuk seakan menguar begitu saja. Pergi entah kemana.
"Astaga. Kau manis sekali, nak." Ucap seorang wanita paruh baya saat Seonho sudah mendudukkan tubuh kurus itu dihadapannya.
"Terima kasih, nyonya." Gugup. Itu yang Seonho rasakan saat ini.
"Astaga, jangan memanggilku nyonya. Kau bisa memanggilku eomma. Dan kenalkan ini putraku, Bae Jinyoung." Seonho tersenyum kikuk. Ini benar-benar tak seperti bayangannya. Ia bingung harus berbuat apa. Apakah ia harus jujur bahwa mereka sudah kenal? Bahkan sangat kenal?
"Kami sudah saling kenal, eomma. Aku dan Seonho itu bersahabat." Bukan, bukan Seonho yang menjawab. Tetapi Jinyoung. Sementara Seonho hanya bisa menundukkan kepalanya.
Semua orang tua yang ada disana terkejut. Sepertinya mereka tak menyangka jika anak mereka sudah saling mengenal. Bahkan bersahabat.
"Jadi kalian sudah saling mengenal?" Seonho hanya mengangguk saat mendengar pertanyaan ibunya. Yang kelihatannya sedikit tak percaya.
Mereka akhirnya berbincang. Menanyakan bagaimana mereka saat di sekolah dan sebagainya. Sampai suara pintu terbuka terdengar. Semua mata tertuju pada seseorang, ah lebih tepatnya beberapa pelayan yang membawa berbagai makanan dan minuman.
.
.
.
TBC
Nunggu vote nambah, tapi gak nambah-nambah wkwkwk...
Sepertinya cerita ini memang tak layak untuk kalian vote 😔😔😔
Tapi aku tetep ucapin terima kasih buat kalian yang udah vote dan komen...kalian luar biasa 😘😘😘
Dan buat para sider, aku juga ucapin terima kasih...kalian emejing sekali...😂😂😂Saranghae
❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
RandomPerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...