How Can I Love You (24)

380 64 30
                                    

Dan hari itu, Guanlin dan Seonho menghabiskan waktu mereka dengan sahabat mereka masing-masing.

.

.

.

🍁🍁🍁

Namja manis bermarga Ahn itu menyunggingkan senyum indah dari bibirnya. Ia bahagia saat ini. Bagaimana tidak? Baru saja Woojin mengiriminya pesan, mengatakan bahwa ia meminta Hyungseob untuk menemani namja Park itu membeli buku. Dan tentu saja ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ya, karena ia berharap bisa lebih dekat dengan namja Park itu.

Anggap Hyungseob gila. Mencintai kekasih dari seseorang yang sudah merelakan nyawanya untuk menyelamatkan Hyungseob. Namun Hyungseob bisa apa? Semua mengalir begitu saja. Perasaan itu muncul dengan tanpa terduga. Tanpa Hyungseob bisa cegah.

"Ah, aku harus segera bersiap-siap." Ucap namja Ahn itu dan segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

.

Sementara disebuah kamar bernuansa abu, seorang namja tampan terlihat menghela napas.

"Apa yang aku lakukan ini sudah benar?" Gumamnya. Namja tampan bernama Park Woojin itu menatap sebuah ponsel yang sedang ia genggam. Ia baru saja mengirim sebuah pesan kepada Hyungseob. Meminta namja Ahn itu untuk menemaninya membeli buku.

Sejujurnya Woojin tak yakin dengan apa yang ia lakukan. Bukan tanpa maksud Woojin melakukan semua itu. Ia hanya sedang berusaha dekat dengan Hyungseob. Ia mencoba untuk membuka hatinya untuk memaafkan namja Ahn itu.

Kalau boleh jujur. Woojin menyadari bahwa kematian Yewon adalah sebuah takdir. Bisa dibilang seorang Ahn Hyungseob hanyalah sebuah perantara. Karena Yewon meninggal saat menyelamatkan Hyungseob. Ya, Woojin sadar akan itu. Bahkan sangat sadar. Namun sekali lagi. Woojin lebih memilih untuk menyalahkan Hyungseob. Ia melimpahkan semua kepada namja Ahn itu. Tanpa memikirkan perasaan seorang Ahn Hyungseob.

Dan sekarang, ia mulai membuka hati untuk memaafkan namja Ahn itu. Walau sekarang belum sepenuhnya ia memaafkan Hyungseob, namun ia mulai memaafkannya. Ia sadar bahwa bukan hanya ia yang kehilangan. Bahkan Hyungseob pun merasakannya. Dan selama ini, namja Ahn itu selalu merasa bersalah dengan semua yang terjadi kepada Yewon. Bukankah sangat sadis jika Woojin terus saja menyalahkan Hyungseob?

"Aku akan bersiap dulu." Ucap namja Park itu dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

.

Dua namja dengan warna kulit berbeda itu terlihat mengelilingi beberapa rak yang berisi berbagai jenis buku. Mereka terlihat sedang memilih buku yang akan mereka beli. Atau lebih tepatnya Woojin yang akan membeli buku. Sementara Hyungseob hanya mengikuti kemana Woojin melangkah.

Namja tampan bermarga Park itu terlihat memilih beberapa novel yang ada dihadapannya. Ia memang sangat menyukai membaca. Terutama komik dan novel. Membaca membuat hatinya bahagia. Itu menurut Park Woojin.

"Kau tak ingin memilih buku?" Woojin bertanya saat ia sadar bahwa Hyungseob sedari tadi hanya mengikutinya.

"Aku tak suka membaca." Cicit Hyungseob, membuat tanpa sadar Woojin tersenyum.

Satu hal yang sekarang Woojin tahu. Hyungseob dan Yewon sama-sama tak menyukai membaca. Ya, Yewon juga tak menyukai membaca. Bahkan gadis cantik itu dulu sering sekali menggerutu saat Woojin memintanya untuk menemani membeli buku.

"Astaga. Lalu apa yang kau sukai?" Entahlah. Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir seorang Park Woojin. Ah, sepertinya mereka sudah mulai terbiasa. Tak secanggung tadi.

"Makan." Jawab Hyungseob, polos. Sungguh. Jawaban yang dilontarkan oleh Hyungseob membuat namja Park itu tak bisa menahan tawanya. Bahkan namja Park itu sampai memegangi perutnya, karena terlalu keras tertawa. Sementara Hyungseob hanya bisa menatap Woojin bingung. Memangnya ia salah jawab?

.

Saat ini Woojin dan Hyungseob sedang berada disebuah kedai ramen, yang terletak tak jauh dari toko buku yang baru saja mereka kunjungi. Sebenarnya Woojin mengajak Hyungseob pergi ke cafe langganan namja Park itu. Namun Hyungseob menolak. Ia meminta untuk makan di kedai ramen. Katanya ramen itu enak dan murah. Jadi Hyungseob menyukainya. Astaga! Sungguh. Hari ini Woojin benar-benar banyak tertawa, karena seorang Ahn Hyungseob.

Hari itu benar-benar menjadi hari yang membahagiakan bagi Woojin. Ah, tentu untuk Hyungseob juga. Mereka melewati hari yang sangat menyenangkan. Dan semoga, inilah awal yang baik untuk mereka. Walau semua diawali dengan sebuah kebencian. Namun tak menutupi kemungkinan bahwa akan menjadi akhir yang membahagiakan.

.

.

.

Namja tampan bermarga Lai itu terlihat meredam emosinya yang bisa meledak kapan saja. Sungguh. Namja Lai itu bingung dengan kelakuan sang kekasih akhir-akhir ini. Tak ada lagi waktu untuk Guanlin. Selalu saja ada alasan bagi namja Yoo itu untuk menolak ajakkan seorang Lai Guanlin.

Seperti saat ini. Guanlin harus menelan kekecewaan saat Seonho mengatakan bahwa ia tak bisa makan malam dengan Guanlin. Namja Yoo itu beralasan bahwa Guanlin tak memberitahunya terlebih dahulu.

Apa salah jika ia ingin memberi kejutan untuk kekasihnya?

Apa salah jika ia menyiapkan sebuah makan malam romantis, hanya untuk dirinya dan Seonho?

Sepertinya tidak, bukan?

Guanlin menatap meja yang telah terisi berbagai jenis makanan dihadapannya dengan tatapan nanar. Pupus sudah harapannya memberi kejutan untuk Seonho.

Selera makan namja Lai itu hilang begitu saja. Padahal dari siang ia belum makan apapun. Hanya untuk menyiapkan semua kejutan ini.

Guanlin menghela napas. Ia tak ingin berdiam diri dan semakin emosi. Ia tak ingin akhirnya ia kelepasan dan bersikap kasar pada Seonho, nantinya. Ia lebih memilih meninggalkan semua makanan yang telah ia siapkan. Sepertinya berjalan-jalan untuk menghirup udara segar tidak buruk.

.

Namja Lai itu melangkahkan kakinya menyusuri jalanan. Ia memang hanya berjalan disekitar apartemen.

Namja Lai itu terus saja melangkah, menikmati udara malam yang terasa sejuk. Setidaknya kekecewaan yang ia rasakan sedikit berkurang. Ah, ia tak akan langsung berburuk sangka dengan kelakuan Seonho akhir-akhir ini. Walau ia kecewa. Namun ia percaya bahwa Seonho tak akan membohonginya.

Guanlin terus berjalan, sampai siluet seseorang yang sangat ia kenal terlihat. Sosok yang akhir-akhir ini selalu menemaninya. Sosok seorang Hwang Eun Bi.

Namja Lai itu melangkahkan kakinya untuk menemui gadis Hwang itu. Ya, karena sekarang Eun Bi sedang berada disebuah cafe yang terletak tak terlalu jauh dari apartemen Guanlin dan Seonho.

Ya. Lagi dan lagi. Akhirnya gadis cantik bermarga Hwang itulah yang menemani Guanlin. Bukan Seonho, kekasihnya.

.

.

.

TBC

Aku lupa kalau hari ini hari rabu dan jadwalnya cerita ini update wkwkkwk...
Jadi ini buatnya benar-benar kilat. Cuma setengah jam...
Jadi maaf kalau ceritanya tidak sesuai sama harapan kalian...
Tapi tetep jangan buat kasih kritik dan saran ya...

Saranghae
❤❤❤❤

How Can I Love You (GuanHo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang