Setelah itu mereka terdiam. Menikmati kehangatan dari pelukan yang mereka lakukan. Nyaman. Itulah yang mereka rasakan. Mereka bersyukur, bisa bersama dengan orang yang mereka cintai. Ya, walau mereka tak tahu. Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka, kedepannya. Ya, karena ini memanglah baru awal dari hubungan mereka.
Mereka masih saja berpelukan. Sampai seseorang berjalan mendekati mereka.
.
.
.
🍁🍁🍁
Namja manis bertubuh pendek itu menyusuri rak berisikan berbagai makanan ringan. Tangannya sedari tadi tak berhenti memindahkan makanan ringan itu ke dalam keranjang yang ia bawa. Sepertinya ia tak menyadari bahwa keranjang yang ia bawa bahkan sudah hampir terisi penuh.
Setelah merasa makanan ringan yang ia ambil, cukup. Ia pun segera beranjak menuju rak berisikan coklat. Astaga! Sepertinya ia belum puas dengan isi keranjangnya.
"Ah, untung saja masih ada." Gumam namja itu dan segera memasukkan lima bungkus coklat kesukaannya ke dalam keranjang. Namja manis bermarga Park itu segera melangkahkan kakinya menuju meja kasih. Setelah ia merasa makanannya cukup. Atau bisa disebut lebih dari cukup.
Ia segera membayar setelah kasir minimarket itu mengatakan berapa nominal yang harus ia bayar.
"Terima kasih." Ucap kasir itu dan dibalas dengan senyuman manis oleh namja Park itu.
Ia segera mengeratkan jaket yang ia kenakan saat udara dingin menyambutnya, saat ia baru saja keluar dari minimarket.
"Astaga. Kenapa dingin sekali." Gerutu namja itu dan segera melangkahkan kakinya menuju rumah.
"Park Jihoon?" Namja Park yang tak lain adalah Jihoon itu menghentikan langkahnya. Berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ah, atau lebih tepatnya memastikan. Karena ia kenal dengan suara itu.
"Jinyoung." Gumam Jihoon, saat ia melihat siapa yang memanggilnya. Dan benar dugaannya. Suara itu adalah suara dari Bae Jinyoung.
"Apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini? Kau sendirian?" Jinyoung bertanya saat ia sudah berdiri dihadapan Jihoon. Namja Bae itu sebenarnya ingin membeli ramen, karena entah kenapa ia sangat menginginkan makanan itu. Namun ia melihat namja yang tak lain adalah sahabat dari Seonho itu.
"Ah, aku baru saja selesai berbelanja. Dan ya, aku sendirian." Jawab Jihoon. Namun namja Park itu sama sekali tak menatap namja yang sekarang sedang berbicara dengannya. Ia sedari tadi terus saja menunduk.
"Hei! Kenapa kau sedari tadi menunduk seperti itu? Kau tak ingin menatapku?" Pertanyaan Jinyoung membuat Jihoon salah tingkah. Tak ingin menatapnya? Heol! Tentu saja Jihoon ingin. Siapa yang tak ingin menatap wajah tampan seorang Bae Jinyoung? Salahkan saja jantungnya yang membuat ia enggan menatap Jinyoung. Jantungnya selalu saja berdetak tak beraturan saat ia menatap Jinyoung. Itulah yang membuat Jihoon selalu menunduk saat berhadapan dengan namja bermarga Bae itu.
"Bukan seperti itu. Aku hanya kedinginan saja." Sungguh. Jihoon sekarang merutuki dirinya sendiri yang membuat alasan tak masuk akal itu. Namun, bagaimana lagi. Hanya itu yang terpikirkan olehnya saat ini.
Jinyoung mengernyit mendengar jawaban Jihoon. Namun akhirnya ia mengangguk. Ia tak ingin Jihoon menganggapnya tak sopan jika ia terus bersama. "Baiklah. Bagaimana kalau aku membantumu?" Jinyoung segera merebut kantong belanjaan yang sedari tadi Jihoon bawa. Bahkan sebelum namja Park itu memberi jawaban. Dan tentunya ia juga melupakan niat awalnya yang ingin membeli ramen.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
AléatoirePerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...