How Can I Love You (43)

477 71 29
                                    

Kalian pernah mendengar kata-kata yang mengatakan, bahwa cara terbaik menghukum seseorang yang telah menyakiti kita adalah dengan cara berbuat baik kepadanya? Jika iya, maka itu adalah benar. Karena apa yang kita tanam, maka itulah yang kita tuai.

.

.

.

🍁🍁🍁

"Apa kau tak bosan menatapku terus seperti itu, hyung?" Pertanyaan dari namja Yoo itu mendapatkan sebuah gelengan sebagai jawaban. Tentu saja Guanlin sampai kapanpun tak akan pernah bosan untuk menatap wajah manis dari kekasihnya itu. Apalagi disaat ia membuka mata di pagi hari dan yang ia lihat pertama kali adalah wajah sang terkasih. Wajah yang selalu ingin Guanlin lihat setiap saat. Wajah yang selalu membuatnya ikut tersenyum saat melihat ukiran apik berupa senyuman yang menghiasi wajah manis itu.

"Sampai kapanpun aku tak akan pernah bosan melihat wajahmu, sayang." Ucap Guanlin dan memberikan kecupan manis di pipi seorang Yoo Seonho. Sungguh. Perbuatan Guanlin itu membuat pipi putih Seonho sekarang berhias semburat merah muda samar. Membuat wajah manis itu menjadi semakin mempesona. Terutama dimata seorang Lai Guanlin.

"Apa kau sudah merasa baik, sayang?" Guanlin, bertanya. Sejujurnya ia masih sangat khawatir dengan keadaan Seonho. Ya, walau sekarang namja kesayangannya itu terlihat sehat. Namun ia tetap khawatir, karena semalam Seonho sempat demam tinggi.

"Aku sudah sehat, hyung. Jangan terlalu khawatir." Jawab Seonho dan mengusap pipi namja yang sangat ia cintai itu dengan sayang. Mencoba menyakinkan Guanlin bahwa saat ini ia sudah baik-baik saja. Ya, walau ia masih merasa sedikit pusing. Namun itu bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkan. Ia yakin setelah sarapan dan minum obat, ia akan segera sembuh. Ditambah dengan keberadaan Guanlin disampingnya, karena namja Lai itu seolah menjadi obat tersendiri untuk Seonho.

"Hyung, kapan infus ini akan dicabut? Aku tak menyukainya." Rengekkan dari Seonho membuat ia tersenyum. Sungguh. Wajah bangun tidur ditambah dengan rengekan membuat namja manis bermarga Yoo itu semakin terlihat mempesona. Terlihat polos namun sangat menawan.

"Nanti, sayang. Kita tunggu sampai dokter Lee datang dan ia akan melepas infus itu." Jawab Guanlin, lembut.

"Ah, kau pasti lapar. Sebentar, aku akan membawakan sarapanmu kesini." Ucap Guanlin dan segera beranjak dari tempat tidur untuk menuju dapur. Menyiapkan sarapan untuk kesayangannya.

Sementara Seonho hanya terdiam menatap punggung kokoh itu semakin menjauh. Sungguh. Sejujurnya ia merasa tak percaya dengan apa yang ia alami. Ia sempat berpikir bagaimana ia bisa meneruskan hidup jika Guanlin benar-benar menikah dengan Eun Bi. Ia sangat takut menghadapi kenyataan bahwa seseorang yang sangat ia cintai bersanding dengan orang lain. Melupakan dirinya yang kesepian.

Semua ketakutan itu terus saja menghantui Seonho. Bahkan setiap malam, ia sering kali bermimpi buruk. Mengharuskan ia terbangun dengan napas tersengal dan keringat bercucuran. Sungguh. Saat itu Seonho merasa sangat tersiksa. Sedikit menyesal dengan keputusannya menjauhi Guanlin. Namun saat pikiran itu mulai datang, ia berusaha untuk menepisnya jauh-jauh. Ia selalu berusaha untuk mempercayai bahwa apa yang telah ia lakukan adalah sesuatu yang benar. Ia selalu berusaha menyakinkan bahwa Guanlin akan lebih bahagia jika bersama dengan Eun Bi. Dan yang pasti, mereka akan mempunyai momongan. Yang tentu hal itu sangat mustahil untuk Seonho berikan.

Namun sekarang yang terjadi sungguh diluar dugaannya. Ia tak pernah menyangka jika pernikahan yang telah Guanlin dan Eun Bi siapkan akan berantakan. Tak pernah terpikir bahwa ternyata selama ini Eun Bi memanfaatkannya. Ia marah pada Eun Bi? Tidak. Justru ia marah pada dirinya sendiri. Ia merasa gagal untuk mempertahankan hubungannya dengan Guanlin. Ia merasa bahwa ia bertindak sangat bodoh, membuat seseorang yang sangat ia cintai harus terluka. Sama seperti apa yang ia rasakan.

How Can I Love You (GuanHo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang