"Hah, apa yang harus aku lakukan?" Gumam Guanlin. Ia sebenarnya ingin bercerita, namun ia tak tahu harus bercerita pada siapa.
Ya, kita doakan saja. Semoga Guanlin mendapatkan keputusan yang terbaik. Bukan hanya untuknya. Namun untuk semuanya.
.
.
.
🍁🍁🍁
"Jadi apa keputusanmu?" Namja Lai itu terdiam mendengar pertanyaan dari sang ayah. Ia memang baru saja menceritakan tentang pertemuannya dengan ayah Eun Bi kepada kedua orangtuanya.
"Aku masih berharap Seonho yang akan menjadi menantu eomma." Wanita yang telah melahirkan Guanlin ke dunia itu menatap sendu pada sang putra. Ia sudah terlanjur sayang pada namja manis bermarga Yoo itu. Entahlah. Ia sangat menyayangi Seonho, bahkan rasa sayangnya sama dengan rasa sayangnya kepada Guanlin.
"Maafkan aku, eomma." Sungguh. Guanlin merasa sangat bersalah karena telah membuat wanita yang paling ia cintai di dunia ini bersedih. Ia sangat tahu bahwa ibunya itu sangat menyayangi Seonho. Bahkan ia masih ingat bagaimana sang ibu sangat bahagia saat ia menerima perjodohan itu. Ah, mengingatnya membuat Guanlin semakin merasa bersalah.
"Sudah. Semua ini bukan salah siapa-siapa. Untuk masalah permintaan tuan Hwang, semua terserah Guanlin. Kau sudah besar, nak. Appa yakin kau bisa mengambil keputusan yang terbaik. Appa dan eomma akan selalu mendukungmu." Ucapan tuan Lai membuat Guanlin tersenyum. Ya, setidaknya ucapan sang ayah membuat Guanlin sedikit lega. Karena yang paling ia butuhkan saat ini adalah dukungan dari ayah dan ibunya.
Nyonya Lai mendekati Guanlin. Memeluk putra kesayangannya itu dengan sayang. Ia memang menginginkan Seonho untuk menjadi menantunya. Namun kebahagiaan Guanlin adalah yang utama. Jika kebahagiaan Guanlin memang bukan Seonho, maka ia tak bisa berbuat apa-apa.
"Yang eomma inginkan hanyalah kebahagiaanmu, sayang. Apapun itu, eomma akan selalu mendukungmu."
Guanlin membalas pelukan sang ibu. Sungguh. Pelukan seorang ibu memang pelukan paling nyaman. Sementara sang kepala keluarga tersenyum menatap putra dan istrinya yang saling menguatkan.
.
.
.
"Seonho, kau sakit?" Namja manis bermarga Yoo itu menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan dari Jinyoung. Sekarang mereka sedang berada dirumah namja Bae itu, karena mereka harus mengerjakan tugas kelompok.
"Aku tak apa, kita lanjutkan pekerjaan kita." Seonho tersenyum, mencoba mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Walau wajah namja Yoo itu mengatakan hal yang sebaliknya. Wajah manis itu terlihat pucat. Dan Jinyoung yakin, Seonho sedang tak baik-baik saja.
"Kau pucat, Seonho. Aku antar kau ke rumah sakit?" Mendengar perkataan Jinyoung, namja Yoo itu segera menggeleng. Sementara Jinyoung menghela napas. Ia sungguh khawatir pada sahabatnya itu. Ia tahu bahwa akhir-akhir ini daya tahan tubuh Seonho memang menurun. Bahkan namja Yoo itu sering demam karena terlalu kelelahan.
"Istirahatlah dulu. Aku ambilkan air putih dulu."
Jinyoung segera keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang sedang menonton televisi. Namja Bae itu terkejut saat melihat seorang Lai Guanlin-lah yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
AléatoirePerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...