Bukankah ia yang menginginkannya? Namun kenapa sekarang ia merasa sakit? Apa sekarang ia merasa menyesal? Entahlah.
.
.
.
🍁🍁🍁
"Kita mau kemana?" Namja manis bermarga Ahn itu mengeluarkan suara. Ia sungguh tak tahan untuk tidak bertanya, karena sedari tadi namja yang membawanya pergi tak memberitahukan kemana tempat tujuan mereka.Namja Park itu tersenyum melihat Hyungseob. Ia tahu, namja Ahn itu pasti sudah sangat penasaran. Karena ia memang tak berniat memberitahukan tempat tujuan mereka. Ia ingin tempat yang akan mereka datangi menjadi kejutan untuk namja Ahn itu.
"Kau akan tahu, nanti. Jadi, lebih baik sekarang kau duduk yang manis." Sungguh. Jawaban Woojin membuat Hyungseob sangat kesal. Ia sudah sangat penasaran, namun namja Park itu tetap enggan memberitahunya.
"Ya sudah. Terserahmu saja." Kesal, Hyungseob. Yang hanya dibalas dengan kekehan oleh Woojin.
Setelahnya hanya keheningan yang tercipta. Woojin fokus pada jalanan sementara Hyungseob memilih untuk diam. Enggan berbicara kepada Woojin, karena ia sekarang sungguh kesal pada namja Park itu.
.
Setelah berkendara sekitar satu jam, akhirnya mobil yang Woojin kendarai memasuki sebuah halaman rumah mewah. Yang tentunya sangat asing untuk Hyungseob.
Namja Ahn itu mengernyit bingung, namun tetap mengikuti langkah Woojin.
Seorang wanita paruh baya membuka pintu setelah Woojin mengetuknya. Dan hal pertama yang Woojin lakukan adalah memeluk wanita itu dengan sayang. Yang tentunya juga dibalas oleh wanita paruh baya itu.
Tanpa sadar Hyungseob tersenyum. Woojin terlihat sangat menyayangi wanita itu dan melihatnya membuat hati Hyungseob menghangat.
"Kenapa kau baru kesini, anak nakal?" Kesal wanita itu saat Woojin melepaskan pelukannya. Atau lebih tepatnya berpura-pura kesal.
Woojin terkekeh. "Maafkan aku, eomma. Aku terlalu sibuk dengan kegiatan sekolah." Jawab Woojin.
Wanita itu tersenyum. Sungguh. Ia sangat merindukan namja tampan bermarga Park itu.
"Ah, siapa namja manis ini, Woojin?" Tanya wanita itu sambil menunjuk Hyungseob yang sedari tadi tak mengeluarkan suara.
"Ah, ia Ahn Hyungseob, eomma. Namja yang pernah aku ceritakan. Dan Hyungseob, ini adalah Kim eomma. Eomma dari Yewon." Sungguh. Ucapan Woojin membuat Hyungseob terkejut. Ini memang pertama kalinya ia bertemu dengan orangtua Yewon. Dulu, saat ia datang ke pemakanan Yewon dan meminta maaf, yang bertemu dengannya adalah paman dan bibi Yewon. Saat itu mereka mengatakan bahwa orangtua Yewon masih syok dan tidak bisa diganggu, namun mereka juga mengatakan bahwa mereka sudah memaafkan Hyungseob. Mereka sadar bahwa semua yang terjadi adalah sebuah takdir.
Wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu dari Kim Yewon itu segera memeluk Hyungseob dengan erat. Tak ada amarah apalagi kebencian saat ia bertemu dengan seseorang yang diselamatkan oleh putrinya, sampai membuat putri semata wayangnya itu meregang nyawa. Ia sangat mengenal putrinya. Putri cantiknya itu memang sangat baik hati. Bahkan kadang ia lebih mementingkan keselamatan orang lain dibanding dengan keselamatannya sendiri.
Hyungseob tak bisa membendung air matanya lagi. Sungguh. Sekarang ia merasakan sebuah kelegaan dan sesak disaat bersamaan. Ia sungguh lega diterima dengan baik oleh keluarga Yewon. Namun ia juga sesak, karena rasa bersalah itu kembali muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
DiversosPerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...