Acara pesta pertunangan sudah selesai sekitar dua jam yang lalu. Dan disinilah Seonho sekarang berada. Disebuah apartemen yang akan menjadi tempat tinggal barunya. Tempatnya memulai hidup yang baru. Dengan status yang baru. Dan juga dengan orang yang baru. Ia hanya berharap. Semoga semua berjalan dengan lancar. Ya, semoga.
.
.
.
🍁🍁🍁
Mata itu mulai mengerjap. Membiasakan cahaya yang merangsek masuk dari celah jendela kamar yang ia tempati. Setelah terbuka, ia pun mengedarkan pandangannya. Merasa asing dengan tempat yang sedang ia tempati. Namun akhirnya ia ingat. Ia berada di kamar apartemen. Tempat tinggalnya yang baru. Tentunya tempat tinggalnya dan sang tunangan.
Seonho meregangkan ototnya. Ia memang cukup lelah, karena semalam ia membereskan barang-barang yang ia bawa dari rumah. Kalian penasaran dimana tunangannya? Tentu saja ia ada dikamarnya. Mereka memang tinggal satu apartemen. Namun mereka berada di kamar yang berbeda.
Setelah dirasa nyawanya sudah terkumpul semua, Seonho memutuskan untuk ke kamar mandi. Ia mencuci muka dan menggosok gigi. Selesai melakukan ritualnya, namja bertubuh tinggi itu pun memutuskan untuk membuat sarapan. Karena sedari tadi perutnya sudah meronta ingin diberi makan.
Ia keluar dari kamar. Sunyi. Itulah yang ia rasakan. Tentu saja. Apartemen ini sangat luas dan hanya dihuni oleh dua orang. Dan mungkin saja Guanlin sekarang masih bergelung dengan selimut.
Seonho melangkahkan kakinya menuju dapur. Melihat apakah ada bahan makanan yang bisa ia masak. Dan ia tersenyum puas saat membukan lemari pendingin. Berbagai macam bahan makanan ada disana. Sepertinya orangtuanya dan orangtua Guanlin benar-benar mempersiapkan kebutuhan mereka dengan baik.
Seonho mengambil roti dan selai yang ada di dalam lemari pendingin. Sepertinya roti tak buruk untuk sarapan. Ia pun sibuk mengoleskan selai pada roti yang ada ditangannya. Selai coklat untuk dirinya sendiri. Dan selai kacang untuk Guanlin. Sebenarnya Seonho ingin selai kacang. Namun apa daya, dirinya alergi dengan semua jenis kacang-kacangan. Ia memang mempunyai beberapa alergi. Dan itu membuatkan harus pintar-pintar memilih makanan.
Setelah selesai mengolesi roti dengan selai. Seonho beralih untuk membuat susu. Seonho tersenyum melihat hasil sarapan yang ia buat. Walau sederhana, namun ia sangat puas.
Seonho bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri. Lima belas menit kemudian, Seonho sudah selesai dengan acara membersihkan dirinya. Ia pun bergegas menuju kamar lain yang ada di apartemen itu. Kamar Guanlin. Walau mereka masih libur, namun mereka tetap harus bangun dan sarapan.
Seonho mengetuk pintu kamar itu beberapa kali. Tak ada sautan. Sepertinya tunangannya itu masih sibuk berlayar di alam mimpi.
Setelah menunggu beberapa saat dan tak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kamar itu. Akhirnya Seonho memutuskan untuk masuk. Dan syukurlah pintunya tak terkunci.
Seonho melangkahkan kakinya mendekat pada ranjang yang ada dikamar itu. Terlihat jelas sesosok namja yang masih asik bergelung dengan selimut.
"Hyung." Panggil Seonho. Mencoba untuk membangunkan Guanlin. Namun Guanlin tak bergeming. Sepertinya ia sedang mimpi indah, sampai ia enggan untuk bangun.
"Hyung." Kali ini Seonho juga sendikit menggucang tubuh besar Guanlin.
"Eungh." Terdengar lenguhan dari namja tampan itu. Disusul dengan matanya yang mulai mengerjap.
"Ada apa?" Tanya Guanlin saat menyadari keberadaan Seonho dikamarnya.
"Hmm. Ini sudah pagi. Dan aku sudah membuat sarapan. Jadi aku membangunkan, hyung."
"Ya sudah. Aku akan mandi dulu."
Seonho hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar tunangannya itu. Namja manis itu duduk dibangku ruang makan sambil memegangi dadanya. Astaga. Jantungnya berdebar dengan kancang. Ini sudah terjadi beberapa kali. Lebih tepatnya sejak ia bertemu dengan Guanlin. Seonho sempat takut, kalau ia terkena penyakit jantung. Namun tak mungkin jika penyakitnya itu hanya kambuh saat ia bersama dengan Guanlin, bukan?
Seonho menghela napas. Tak mungkin ia mulai tertarik dengan tunangannya itu, bukan? Bahkan mereka baru bertemu beberapa kali. Dan mereka juga belum terlalu mengenal satu sama lain.
Lamunan Seonho buyar saat Guanlin berjalan mendekatinya. Namja bermarga Lai itu segera duduk dan melahap roti yang sudah dipersiapkan oleh Seonho.
Akhirnya mereka makan dalam diam. Dengan sesekali Seonho mencuri pandang pada namja tampan yang ada dihadapannya. Namja yang sudah berstatus sebagai tunangannya.
.
.
.
Seonho meregangkan ototnya. Ia baru saja menata beberapa barang yang menurutnya perlu dibenahi. Dan sekarang, namja tampan namun juga manis itu bingung ingin melakukan apa. Ia dan Guanlin memang masih dalam masa libur. Lebih tepatnya tiga hari ke depan.
Ingin mengobrol dengan Guanlin, namun ia ragu. Namja tampan yang sudah berstatus tunangannya itu terlihat sibuk di depan laptop. Dan Seonho enggan untuk mengganggu.
Akhirnya Seonho memutuskan berjalan menuju ruang keluarga. Membaringkan tubuhnya di sofa, lalu menyalakan televisi. Sampai akhirnya mata itu semakin memberat. Menutup semakin rapat. Dan akhirnya Seonho tertidur.
.
Guanlin meregangkan ototnya. Duduk beberapa jam di depan laptop membuat tubuhnya pegal. Kalau saja bukan karena tugas yang harus diselesaikan, ia enggan berada di depan laptop terlalu lama. Salahkan saja tugas yang menumpuk. Bahkan saat libur seperti ini pun ia tak bisa bersantai.
Guanlin keluar dari kamar. Berniat mengambil minum di dapur. Ia sedikit mengernyit saat apartemen terlihat sangat sepi. Ah, tidak juga. Ada suara televisi. Mungkin tunangannya itu sedang menonton televisi.
Setelah puas melepas dahaga. Namja bermarga Lai itu berniat untuk menghampiri sang tunangan. Ia sangat lapar. Dan ia tak bisa memasak sedikitpun. Jadi ia berniat untuk meminta Seonho memasak. Namun apa yang dilihatnya sekarang membuat ia kecewa. Seonho tertidur dengan sangat pulas. Terlihat gurat kelelahan di wajah manisnya itu.
Guanlin melupakan niatnya untuk meminta Seonho memasak. Ia lebih memilih menggendong Seonho ke kamar. Dan untuk mengatasi perutnya yang kelaparan, ia lebih memilih memesan makanan.
.
.
.
Seonho mengerjapkan matanya. Menatap sekeliling, yang ternyata adalah kamar barunya. Ah, sebentar. Bukankah ia tadi berada diruang keluarga? Tidak mungkin ia berjalan dalam keadaan tidur.
Wajah Seonho merona saat terpikir sebuah kemungkinan. Yaitu Guanlin yang memindahkannya ke dalam kamar.
Seonho beranjak dari tempat tidur. Ia ingat bahwa ia belum memasak. Namja manis itu pun segera keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Namun ia terkejut saat Guanlin berada diruang makan. Dengan sekotak pizza.
"Makanlah. Aku sudah makan." Guanlin segera beranjak dari ruangan itu. Bahkan sebelum Seonho sempat berbicara. Sementara namja Yoo itu hanya bisa menghela napasnya. Apa ia sanggup hidup dengan orang yang bahkan begitu dingin kepadanya.
.
.
.
TBC
Sejujurnya aku gak ngefeel lanjutin cerita ini...tapi masih pengen ngelanjutin wkwkwk...(atau mending gak usah?)
Bingung mau gimana ceritanya...
Mungkin kalian ada kritik dan saran...
Jangan sungkan buat ngasih kritik dan saran ya...
Aku tunggu...Saranghae
❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
عشوائيPerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...