Seonho beranjak dari tempat tidur. Ia ingat bahwa ia belum memasak. Namja manis itu pun segera keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Namun ia terkejut saat Guanlin berada diruang makan. Dengan sekotak pizza.
"Makanlah. Aku sudah makan." Guanlin segera beranjak dari ruangan itu. Bahkan sebelum Seonho sempat berbicara. Sementara namja Yoo itu hanya bisa menghela napasnya. Apa ia sanggup hidup dengan orang yang bahkan begitu dingin kepadanya.
.
.
.
🍁🍁🍁
"Hyung, makanan sudah siap." Namja Yoo itu menyembulkan kepalanya ke dalam sebuah kamar, yang tak lain adalah kamar yang ditempati oleh Guanlin. Ini sudah seminggu mereka resmi bertunangan. Seminggu juga mereka tinggal ditempat yang sama. Apa sudah ada perubahan? Jawabannya adalah, belum. Ya, Guanlin masih seperti Guanlin yang biasanya. Masih dingin kepada tunangannya sendiri. Lebih banyak diam dan hanya berbicara seperlunya saja.
"Aku akan menyusul."
Seonho mengerucutkan bibirnya saat mendengar jawaban Guanlin. Namja Yoo itu segera beranjak menuju ruang makan. Menatap makanan yang tersedia dengan tatapan berbinar. Ya, karena hanya makananlah yang bisa membuat ia lupa dengan sikap dingin Guanlin kepadanya. Makanan benar-benar mengalihkan dunianya.
Tak berapa lama, namja Lai itu datang. Langsung duduk dan memakan makanannya dalam diam. Astaga! Seonho merasa seperti patung, sekarang. Akhirnya ia pun segera menyatap makanan hasil jerih payahnya. Inilah saat yang paling membuatnya senang. Saatnya, makan. Karena makanan adalah surga dunia, baginya.
"Eomma Lai besok meminta kita untuk datang ke rumah, hyung. Katanya ada yang ingin ia sampaikan." Ucap Seonho, memecah keheningan. Yang hanya dijawab dengan deheman oleh sang tunangan. Seonho sungguh heran. Memangnya namja Lai itu tak bosan hanya diam saja. Bukankah suara adalah anugerah Tuhan yang diberikan secara gratis, lalu untuk apa namja Lai itu mengirit suaranya.
"Hyung, kenapa kau selalu saja diam? Aku ada disini. Jangan hanya diam saja, aku juga membutuhkan teman untuk mengobrol. Jadi bisakah kau tak mengacuhkanku." Sungguh. Seonho sendiri bingung, bagaimana ia mempunyai keberanian untuk bicara seperti itu kepada Guanlin. Entahlah. Ia hanya berbicara dengan spontan.
Guanlin, mengernyit. Memahami semua ucapan namja manis yang ada dihadapannya. "Maafkan, aku. Aku memang seperti ini."
Dan jawaban Guanlin membuat Seonho tak enak hati. Ia tak bermaksud membuat Guanlin tersingung. Karena inilah ia. Ia lebih senang mengungkapkan apa yang ada dihatinya, daripada memendam.
"Maafkan aku, hyung. Aku tak bermaksud membuatmu tersinggung." Seonho menundukkan wajahnya. Ia benar-benar merasa bersalah, saat ini. Tak seharusnya ia berkata seperti itu kepada Guanlin.
Guanlin mengulas senyum, walau Seonho tak melihatnya. "Kenapa kau harus meminta maaf? Kau tak salah, Seonho. Baiklah. Mulai sekarang, mari kita menjadi lebih akrab. Bantu aku."
Seonho terkejut mendengar perkataan namja yang ada dihadapannya. Ia sedang tak bermimpi, bukan? Ah, sepertinya tidak. Karena sekarang ia merasakan Guanlin menggenggam tangannya. Dan ini benar-benar nyata.
"Kau bersedia, bukan?" Seonho tersadar dari lamunannya, setelah mendengar pertanyaan Guanlin. Dan dengan segera, namja Yoo itu mengangguk dengan semangat. Membuat Guanlin gemas dengan kelakuan tunangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
RandomPerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...