"Aku yakin, hyung." Jawab Seonho, akhirnya. Namja Yoo itu memang mengatakan bahwa ia yakin. Namun disudut hatinya yang paling dalam, ia sendiri tak yakin. Ia hanya bisa berharap, bahwa keputusan yang telah ia ambil adalah sebuah keputusan yang tepat. Ya, semoga saja.
.
.
.
🍁🍁🍁
Dua namja dengan warna kulit berbeda itu terlihat berjalan beriringan. Tenang dan sunyi. Itulah yang terasa diarea pemakaman yang sedang mereka kunjungi. Tempat yang sering disebut sebagai tempat peristirahatan terakhir.
"Jangan gugup." Namja Park itu lebih dulu membuka suara. Tak hanya itu, ia juga menggenggam jemari namja yang ada disampingnya. Berharap semua itu bisa mengurangi kegugupan yang sedang namja Ahn itu rasakan.
Hyungseob tersenyum. Mencoba menyakinkan kepada Woojin bahwa ia baik-baik saja.
Mungkin bagi orang lain Hyungseob terlihat terlalu berlebihan. Ya, silahkan saja jika mereka beranggapan seperti itu. Namun, sungguh. Kegugupan yang sekarang sedang namja Ahn itu rasakan seakan tak mau hilang. Bahkan dengan genggaman tangan Woojin pun tak terlalu membantu.
Ia memang hanya akan berziarah. Namun, masalahnya ia akan mengunjungi makam dari seseorang yang meninggal karena menolongnya. Jujur saja, rasa bersalah itu masih ada. Sangat.
"Yewon akan senang kau bersedia mengunjunginya." Lanjut Woojin. Mencoba kembali menyakinkan Hyungseob.
"Ya, kuharap juga seperti itu." Jawab Hyungseob dan dibalas senyuman oleh Woojin.
Mereka terus berjalan, sampai akhirnya langkah mereka terhenti dihadapan sebuah makam. Makam bertuliskan nama Kim Yewon.
"Hai, Yewon. Bagaimana kabarmu? Ah, pasti kau baik-baik saja." Woojin berjongkok dihadapan makam Yewon. Dan diikuti oleh Hyungseob.
"Sekarang aku datang tak sendiri. Lihatlah, aku bersama Hyungseob. Hyungseob juga ingin mengunjungimu." Ucap Woojin dan mengalihkan tatapannya kepada Hyungseob, memberi kode agar Hyungseob menyapa Yewon.
Namja Ahn itu menghela napas. "Hai, Yewon. Maaf aku baru bisa mengunjungimu sekarang. Maaf karena aku selama ini terlalu takut untuk mengunjungimu. Maafkan aku." Hyungseob menjeda perkataannya. Mengusap air mata yang entah sejak kapan telah turun dari mata indahnya.
"Terima kasih, Yewon. Terima kasih karena pertolonganmu aku masih bisa hidup sampai saat ini. Sungguh. Aku sangat berhutang budi padamu. Terima kasih banyak." Hyungseob tak bisa membendung tangisannya. Bahkan namja Ahn itu sampai terisak. Sesak dan lega ia rasakan saat ini. Sesak karena mengingat peristiwa yang telah merenggut nyawa Yewon. Namun juga lega, karena ia akhirnya bisa berterima kasih kepada Yewon secara langsung. Walau hanya bisa berbicara di depan makam gadis cantik itu.
Woojin hanya diam. Ia sadar bahwa Hyungseob butuh mencurahkan isi hatinya. Ia hanya berharap, setelah ini namja Ahn itu bisa melupakan rasa bersalahnya kepada Yewon.
"Apa kau memaafkanku?" Hyungseob kembali berbicara setelah bisa meredakan tangisannya.
"Tentu saja Yewon memaafkanmu. Bahkan sekarang pasti Yewon sedang tersenyum di surga, karena kau sudah bersedia mengunjunginya." Mendengar ucapan Woojin membuat Hyungseob tersenyum. Ya, sekarang ia sangat lega. Dan ia berharap, Yewon benar-benar tersenyum di surga sana.
"Terima kasih, Woojin. Karenamu aku akhirnya berani mengunjungi Yewon." Ucap Hyungseob, tulus.
Namja Park itu tersenyum. Mengusap kepala Hyungseob dengan sayang. "Setelah ini mau makan es krim?" Pertanyaan Woojin mendapat anggukan semangat oleh Hyungseob. Membuat Woojin terkekeh. Sungguh. Melihat Hyungseob mengangguk antusias dengan wajah memerah setelah menangis terlihat sangat menggemaskan. Jangan lupakan jejak air mata yang masih terlihat dipipi gembil Hyungseob. Membuat namja Ahn itu semakin terlihat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love You (GuanHo)
RandomPerjodohan. Apa yang kalian pikirkan tentang perjodohan di jaman yang sangat modern ini? Tabu? Ya, mungkin beberapa orang akan menganggapnya seperti itu. Namun tentu saja tidak semua orang berpikiran sama. Masih saja ada orang yang memegang teguh k...