Sekarang, aku dan kak Alle ada di salah satu Cafe yanga da di Mall daerah sini. Aku ikut makan bersama kak Alle sesekali memperhatikannya dan tentunya secara diam-diam. Aku terlalu pengecut untuk berbuat secara terang-terangan.
"Ngapain liat-liat gue!" Kata kak Alle membuat ku terkaget karna ketahuan memperhatikannya.
'Buset, ketauan dah! Mampus gue!'
"Hehe, nggak kok kak" Kataku sambil tersenyum kecil berusaha menghilangkan rasa terkejutku dan rasa gugupku.
Kulihat, kak Alle sedang memakan makanan nasi goreng sosis. aku jadi tahu sekarang makanan kesukaannya apa, jadi bisa ditulis dibuku catatan tentang kak Alle yang kemarin aku tulis itu.
"Nggak dimakan tuh, makanannya kenapa? Nggak enak ya?" Tanya kak Alle tiba-tiba.
"Eh, enggak kok kak Enak. Aku suka" Jawabku kemudian memakan menu yang sama dengan kak Alle.
"Lo kalo ngomong emamg gitu ya? Pake aku kamu"
"Iya, kenapa kak? Kakak nggak nyaman ya? Aku kalo ngomong emang terbiasa gini" Jawabku. Mungkin setelah ini aku akan mengubah gaya bicaraku.
"Oh, nggak kok, cuma aneh aja. Anak SMA masih ngomong aku-kamu" jawab kak Alle santai. Ia tak tahu betapa sakitnya hatiku ketika ia menghinaku.
"Aneh ya?" Tanyaku kepada diriku sendiri dengan suara kecil. Tapi, entah kenapa kak Alle bisa mendengarnya.
"Eh, nggak gitu maksud gue El. Lo tetep ngomong gitu aja, soalnya...." Kak Alle sengaja menggantungkan kalimatnya, aku pun menunggu ia melanjutkan kalimatnya sambil menatapnya.
"Soalnya kenapa kak" Tanyaku tak sabaran.
"Nggak, nggak kenapa-kenapa kok. Lupain aja, pokoknya lo ngomongnya gitu aja, kan udah terbiasa"
'Soalnya.. Lo lain daripada yang lain El, gue suka' Batin Alle
••
Disini lah aku sekarang. Di sebuah rumah sederhana dengan pohon jambu di depan rumah itu. Ya, rumah ini adalah rumah kak Alle.
Aku tak merasa ilfeel karna aku
mengagumi, Eh mungkin menyukai kak Alle bukan dari hartanya. Ini murni karna hatiku. Eh, kenapa aku malah ngelantur ngomong nggak jelas gini."El, ini rumah nenek gue. Emang rumahnya sedikit--" tanpa menunggu kak Alle melanjutkan ucapannya aku segera memotongnya.
"Nggak papa kok kak. Nenek kakak mana? Kok nggak lihat" Memang dari sejak 5 menit aku datang dirumah ini, nenek kak Alle belum juga ada.
"nenek lagi di dapur, katanya lagi bikin minum buat kamu"
"Oh.. Gitu ya kak, aku boleh nggak nyamperin nenek?" Tanyaku kepada kak Alle yang kini asyik dengan handphonenya. Kak Alle hanya mengangguk-kan kepalanya sambil memeberi tahu-ku letak dapurnya. Kemudian aku beranjak, menuju letak dapur.
"Ne.. Nek" Kataku kemudian menyalami tangannya.
"Eh, ini ya yang namanya Elda? Pacarnya Alle?" Kata nenek kak Alle -yang tak kuketahui namanya- sambil mengelus rambut-ku.
"Bukan nek, aku bukan pacarnya kak Alle. Cuma adek kelasnya aja" Jawabku.
"Oh.. Pacar juga nggak papa kok" Kata nenek kak Alle. Aku hanya menanggapinya dengan senyuman.
Kemudian, nenek menyuruhku membawa nampan yang berisi minuman teh hangat di ruang depan tadi.
Lalu kudapati kak Alle sedang menonton TV. Aku pyn meletakan minuman hangat yang dibuat oleh nenek kak Alle tadi. Dan berbincang-bincang ringan dengan kak Alle. Lalu kak Alle mengantarku pulang.
••
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [END] (Revisi)
Teen Fiction❗ FOLLOW DULU KARENA ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVATE ❗ Kalian tau? Apa itu stalker? Orang gila yang kurang kerjaan? Ya! Kira-kira seperti itulah stalker. Tapi, aku bukan stalker yang secara terang terangan mengikutinya. Aku hanya takut, Takut...