TEKEN BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH, BARU BOLEH BACA.
🌲
Tidak terasa ini adalah hari terakhir kelas dua belas ujian. Alle dengan semangat pulang dengan raut tersenyum ceria. Semuanya juga begitu, beban berat yang mereka pikul di pundaknya seolah hilang begitu saja.
"Nggak mau party dulu le?" Tanya Putra
"Gue mau langsung ketemu Elda sih" Ujar Alle
"Bye ya, gue buru-buru!" Alle meninggalkan kelas terlebih dahulu.
Padahal teman-temannya didalam kelas sedang menunggu pizza dan minum-minuman yang lain. Merayakan ujian mereka telah selesai. Tak peduli nilai mereka nantinya jelek atau tidak, tetapi kebersamaan mereka harus tetap diabadikan, sebelum akhirnya semuanya pergi menjalani kehidupan masing-masing.
Entah untuk kerja, kuliah atau bahkan menikah. Kelas duabelas sekaligus mengakhiri masa-masa remaja mereka. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya sebelum semuanya telah pergi ditelan kesibukan dimasa dewasa.
"Alle kemana dah?" Tanya Elang yang baru saja dari kamar mandi karena kebelet.
Bukan apa-apa ujian terakhir tadi membuat perut Elang mules seketika saat membaca soal yang ditampilkan di komputer begitu susah.
"Pulang duluan, mau ketemu Elda katanya" Putra meneguk sprite botol miliknya.
"Miris ya, Alle" Elang berujar prihatin dengan nasib sahabatnya itu.
Putra mengangkat bahu, "Gue sebenernya juga kasihan sama Alle, sejak dia tau dan cerita ke kita kalau Elda itu saudaranya gue juga ngerasa ikut ngerasain apa yang dirasain Alle."
"Bayangin aja Lang, cewek yang dia sukai dia udah berencana buat kedepan-depannya sama Elda ternyata semuanya hancur gitu aja"
"Gua juga ga bisa bayangin sih gimana sakitnya Alle, tapi dia selalu nutupin dengan senyum yang sialnya malah makin nunjukin kalo dia nggak baik-baik aja." Elang menatap bangku yang biasa diduduki oleh Alle.
"Kita doain yang terbaik aja buat mereka, mudah-mudahan aja cepet move on" Ujar Putra dan diangguki oleh Elang.
"Woiiii sini semuanya pizzanya udah dateng!" Ujar ketua kelas mereka.
🌲
"Alle?" Bunda Elda terkejut saat membuka pintu rumahnya ternyata Alle yang datang.
"Siapa bun?" Tanya Andra—suaminya.
"Alle yang dateng, masuk nak"
Alle menyalami bunda Elda kemudian mencopot sepatunya dan segera masuk ke rumah Elda, Ada Ayah Elda diruang tamu sedang menonton televisi.
"Duduk dulu Le," Andra berujar.
Alle duduk di samping Andra dan menyalaminya.
"Putus?" Tanya Andra.
Alle hanya mengangguk, lidahnya kelu hanya untuk mengiyakan padahal itu memang faktanya.
"Udah takdir Le, masih beruntung kamu taunya sekarang, kalo nanti-nanti kamu udah terlalu jauh sama Elda rasanya pasti lebih sakit"
Alle menunduk diam dan mendengarkan. Air matanya ingin jatuh tetapi ia tahan mati-matian. Ia tidak boleh terlihat lemah.
"Semangat dong Le, perempuan nggak cuma Elda aja masih banyak diluar sana yang lebih baik dari Elda" Lanjut Andra
"saya maunya Elda, om"
"Kamu masih bisa menyayangi Elda sebagai adikmu Le, kamu pasti bisa, kuncinya cuma satu, ikhlas" Ujar Andra kemudian berdiri
Tetapi sebelum pergi, Andra sempat mengucapkan, "Elda juga nangis terus setelah hari itu, meskipun saya pura-pura nggak tahu, tetap saja hati saya merasa sakit saat denger suara tangisan anak saya"
"Temuin Elda di kamarnya, om harap kalian bisa belajar saling mengikhlaskan" Andra membantu Alle untuk bediri.
Alle mencoba menutupi matanya yang memerah akibat ia menahan tangis. Alle kuat, ia tidak boleh lemah.
tok tok tok
"Elda, ini ayah" Ujar Andra sembari mengetuk pintu anak satu-satunya itu
"Masuk aja yah" Ujar Elda dari dalam.
Andra berujar pelan, "Masuk Le" kemudian pergi meninggalkan Alle didepan pintu kamar Elda.
Ia ragu membuka pintunya atau tidak. Padahal tadi ia merasa senang saat berangkat kesini, tapi entah mengapa suasanya berubah menjadi sendu.
Alle menyentuh ganggang pintu kamar Elda, kemudia ia lepaskan kembali, tidak membukanya, Alle mundur satu langkah, memandangi pintu di depannya.
cklek
"Ada apa Ay—Kak Alle!" Elda terkejut melihat ternyata Alle yang datang ke kamarnya.
Ia meremas jemarinya kuat. Jangan sedih Elda, ayo jadi perempuan tangguh!
"Masuk kak" Elda berbalik masuk ke kamarnya dengan Alle yang mengikutinya di belakang.
"Duduk" Elda menunjuk kursi di meja riasnya. Alle menurut, memutar kursinya mengahdap Elda yang duduk dikasur, kemudian duduk disana—di kursi meja rias Elda.
"Kakak minta maaf buat yang kemarin-kemarin" Alle berujar.
"Its okey kak, Elda gapapa kok"
Kalian pasti tau gapapanya perempuan itu apa.
"Kakak tau kamu kenapa-kenapa El"
Elda tersenyum, "Elda bakal mulai mengikhlaskan kakak"
Alle memandangi Elda yang terseyum palsu itu, kemudian mengelus pipi Elda.
"Kita coba sama-sama ya" Alle juga ikut tersenyum meskipun tipis.
Elda memalingkan wajahnya saat ditatap Alle dengan senyuman tipisnya itu yang membuat Alle terlihat semakin manis dimata Elda.
"Meisya suka kakak" Ujar Elda tiba-tiba.
"Kakak tahu"
"Kakak tahu?" Beo Elda.
"Karena waktu itu, hmm sampai sekarang juga sih, kakak sukanya sama kamu El."
Alle berdiri, merentangkan tangannya didepan Elda, dengan cepat Elda mebghambur ke pelukan Alle.
"Jangan nangis, kita pasti bisa" Alle mengusap pelan surai Elda.
Elda diam mengangguk dan sesenggukan.
Ahh... Alle, melupakanmu ternyata tak semudah itu.
🌲
KOMEN NEXT UNTUK LANJUT
BTW UDAH MENUJU ENDING, MUNGKIN BEBERAPA PART LAGI. PANTENGIN TERUS YA.
JANGAN LUPA VOTEEEEEENYA!
1 VOTE DARI KALIAN SANGAT BERHARGA, JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA, KARENA VOTE ITU GRATIS.
Ketjup💋
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [END] (Revisi)
Teen Fiction❗ FOLLOW DULU KARENA ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVATE ❗ Kalian tau? Apa itu stalker? Orang gila yang kurang kerjaan? Ya! Kira-kira seperti itulah stalker. Tapi, aku bukan stalker yang secara terang terangan mengikutinya. Aku hanya takut, Takut...