Elda, Nara, Ira, Alle, Putra, Elang dan Daffa berdiri didepan villa menunggu satu orang, siapa lagi kalau bukan Meisya. Ia sedang mandi dan sangat lama.
"Untung gue tadi mandi duluan" Ujar Ira.
"Emang lo mandi? coba sini gue cium" Balas Elang yang memanyun-manyunkan bibirnya kearah Ira.
"Najis" Dengan cepat Ira memukul mulut si babi ngepet itu alias Elang.
"Aduh! Kdrt lo" Elang mengusap-usap bibirnya yang sebenarnya tidak sakit, hanya saja ia ingin suasana lebih dramastis. Dasar ekting!
Ira hanya memutar bola matanya malas.
"Dari kemarin bertengkar mulu, awas jodoh loh" Meisya yang entah muncul darimana berujar sambil mendekati Ira.
"Gak sudi!" Sarkas Ira
"Emang gue mau sama lo? nggak level" Elang semakin memanas-manasi Ira dengan mengibaskan kedua tangannya seolah mengek.
Ira yang melihat itupun melotot mendekati Elang dan segera menjambak rambutnya. Elang ini... benar-benar membuatnya jengkel padahal masih sepagi ini.
Sedangkan yang lainnya sudab berjalan menjauhi mereka tanpa disadari oleh keduanya karena asik cekcok yang tidak berhenti-berhenti.
Sadar disekelilingnya sepi, Ira celingak-celinguk mencari keberadaan teman-temannya, tetapi kemudian ia tersadar kalau sudab ditinggal.
"Gara-gara lo sih!" Ira menginjak kaki kanan Elang kemudian berjalan duluan menyusul teman-temannya.
"Dasar cewek gak ada lembut-lembutnya!" Ira memilih mengabaikan ucapan Elang sebelum emosinya semakin tersulut.
Sedangkan disisi lain, Mereka tanoa Ira dan Elang berada di kebun Apel yang terletak di belakang villa bersebelahan dengan kebun teh.
Kata penjaganya tadi, mereka bisa memetik apel sepuasnya asal tidak dibuang-buang dan dibawa pulang. Tentu saja mereka sangat antusias.
Putra dan Nara bahkan sudah asyik dengan dunia mereka sendiri tanpa memedulikan teman-temannya. Meisya memfoto-foto untuk bahan snapgram katanya.
"Le bisa fotoin kami berdua ga?" Tanpa persetujuan Alle, Daffa memberikan kameranya kepada Alle dan untung saja Alle sigap segera memeganginya.
Daffa merangkul Elda yang asyik memakan buah apelnya. "Eh, apa sih Daf?" Elda terkejut.
"Lihat itu, cheese" Daffa menunjuk kameranya yang dibawa oleh Alle.
Elda langsung tersadar kemudian tersenyum dan mengangkat apel bekas gigitannya. Daffa yang melihat respon Elda langsung semangat.
"Cepet Le!" Ujar Daffa.
Alle memotret mereka asal karena terlalu kesal. Bahkan ia tidak memberi aba-aba seperti satu dua tiga misalnya.
"Yang bener Le, kesempatan langka ini"
Daffa kembali bergaya disebelah Elda. Alle dengan malas mengangkat kameranya.
"satuduatiga" Ujarnya cepat kemudian memotret mereka berdua.
Tentu saja Alle merasa cemburu. Elang yang sudah sampai di kebun itupun menghampiri Alle yang panas dan mukanya memerah, sangat terlihat jelas.
Elang mengelus pundak Alle prihatin "Sadar Le" Elang menyadarkan Alle dengan kenyataan. Kenyataan yang sangat pahit.
Daffa dengan segera merebut kamera yang berada di tangan Alle dan melihat fotonya bersama Elda tadi. Tersenyum puas ketika hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Daffa sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi antara Alle dengan Elda, yang ia tahu Alle adalah sepupu Elda itupun dia mengetahui dari Ira saat akan berangkat kepuncak kemarin karena Alle ada didalam mobil.
Elda tahu, Elda sadar, dan Elda mengerti bahwa Alle cemburu dengan Daffa. Tetapi ia tidak ingin terjebak dalam perasaan ini. Perasaan yang tidak seharusnya ada diantara mereka. Elda tidak ingin Alle terus mengharapkannya, ia dan Alle sudah selesai. Tidak bisa diperbaiki dan tidak ada yang harus diperbaiki.
Ira menghampiri Elda yang murung, "Kenapa El?" Tanyanya.
"Ngga kok Ir, btw udah jadian sama Elang?" Elda mengalihkan topik dengan menggoda Ira.
"Apaan si El, orang enggak kok" Pipi Ira memanas, entah mengapa ia merasa malu.
Meisya segera bergabung dengan mereka. Mengajak Elda dan Ira berfoto bersama.
"El" Meisya menatap Elda.
Elda masih asyik dengan handphonenya karena ingin memposting sesuatu tentunya. Akan sangat sia-sia jika tidak diabadikan.
"Ya Sya?"
"Nanti..." Meisya menggantungkan kalimatnya.
Ira yang penasaran pun ikut bergabung menyimak obrolan mereka.
"Nanti?" Tanya Elda.
"Eumm nanti dimobil kalau pulang, gue boleh duduk sebelah Alle ga?" Meisya menatap Elda penuh harap.
Melihat sahabatnya itu, Elda tersenyum tulus kemudian mengangguk.
Cukup satu kali ia menghianati Meisya, Cukup satau kali ia egois karena cintanya yang terkutuk kepada Alle sepupunya itu. Bagaimanapun ia harus mulai terbiasa menerima kenyataan bahwa Alle bukan miliknya.
Nara menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang mengobrol.
"Udah selesai pacarannya?" Sindir Ira.
"Syirik ae mblo! jadian sono sama Elang"
"Najis!" Ira memperagakan seolah ingin muntah.
"Ayok foto bareng-bareng semuanya" Nara mengajak para sahabatnya.
Kemudian mereka segera berkumpul memilih latar dan pencahayaan yang bagus untuk berfoto, tentunya dengan bantuan penjaga kebun Apel.
Ira berada di posisi paling kiri kemudian sebelahnya ada Elang, kamudian Meisya, Daffa, Elda, Alle, Nara dan Putra.
Rasa-rasanya Elda tidak nyaman diapit oleh Daffa dan Alle. setelah jepretan pertama, ia pindah posisi dengan Meisya yang tentunya sangat semangat berada di sebelah Alle.
Kemudian jepretan ketiga, mereka bergaya dengan posisi bebas, semuanya tersenyum bahagia. Hari ini, tidak akan pernah mereka lupakan.
🌲
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [END] (Revisi)
Teen Fiction❗ FOLLOW DULU KARENA ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVATE ❗ Kalian tau? Apa itu stalker? Orang gila yang kurang kerjaan? Ya! Kira-kira seperti itulah stalker. Tapi, aku bukan stalker yang secara terang terangan mengikutinya. Aku hanya takut, Takut...