🌲 STALKER [35]

212 24 26
                                    

"Kakak mau kita putus"

"Ta-tapi k-kenapa kak" Ujar Elda terbata. Ia rasa mulai tak sanggup untuk berbicara. Lidahnya kelu, isi kepalanya kosong. Terlalu pahit bagi Elda untuk menerima kenyataan ini.

Padahal baru saja ia memperoleh kebahagiannya bersama Alle. Tetapi seolah memang semesta tidak berpihak pada hubungannya.

Ia tidak tahu apa salahnya, sehingga dengan seenteng itu Alle mengucap kata... ahh memikirkannya saja membuat Elda ingin menangis saat itu juga.

Dengan menahan tangisnya, Elda melanjutkan ucapannya, "A-apa salahku kak?"

Alle menatap Elda sendu, sambil berujar mantap "Tidak ada"

"Ke-kenapa?" Akhirnya pertahanan Elda runtuh juga, Ia terisak pelan.

Alle menghiraukan Elda, ia berbalik kemudian melangkah menjauhi Elda. Elda menatap punggung Alle yang mulai menjauh itu dengan tatapan sayu.

Tidak! Elda tidak ingin hubungannya dengan Alle runtuh begitu saja, ia harus memperjuangkan hubungan ini apapun yang terjadi.

Elda sangat menyayangi Alle, begitupun dengan Alle yang sangat menyayangi Elda juga. Tidak mungkin, pasti ada sesuatu!

Elda dengan tergesa segera mengejar Alle yang sudah jauh itu. Elda berlari, swkuat tenaga. Tidak! ia tidak ingin kehilangan Alle-nya.

"K-kak" Dengan keberanian yang Ia punya, Elda memegang lengan Alle yang hendak naik diatas motornya.

Alle berbalik, mencengkram kedua bahu Elda kuat, tatapan matanya tidak bisa Elda jelaskan, ia rasa Alle sedang marah kepadanya.

"Tolong El, jangan buat ini semakin rumit" Ujar Alle dengan dadanya naik turun menahan emosi. Tidak mungkin kan, ia lampiaskan pada gadis mungil didepannya ini?

"A-apa salah Elda kak? kenapa tiba-tiba? kan bisa kita bicarain dulu seandainya Elda ada salah sama kakak hiks" Elda mengelap Air matanya yang mulai turun.

"Lihat ini, lo lihat ini!" Alle melemparkan gulungan kertas kepada Elda. Sepertinya Alle mulai emosi.

Elda segera mengambil gulungan kertas yang terjatuh itu kemudian membacanya.

Elda terkejut! Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!!!

Elda menolak kenyataan pahit yang dilihatnya itu. Tidak mungkin dirinya bersama Alle bersaudara, ini pasti salah!

Elda diam, tak sanggup berkata apapun, lidahnya mulai kelu, kepalanya pusing seolah berputar-putar. Alle pun begitu, dengan dada naik turun emosi, ia hanya menatap Elda yang menunduk.

Alle tidak tahu mengapa ia sangat marah kepada Elda, Ia pun sama dengan Elda, tidak menerima kenyataan yang didapatnya itu.

Mereka sama-sama diam, namun banyak hal yang ingin mereka utarakan, tetapi tidak mereka ungkapkan, mereka tau percuma saja, ini sia-sia tidak bisa dipertahankan lagi. Tidak ada.

Cukup sudah Elda yang baru saja memulai kisahnya menerima kenyataan pahit yang bahkan ia tidak pernah memikirkan ini sekalipun.

Elda meremas kuat kertas yang dipegangnya, Akta kelahiran Alle, tertulis dengan jelas nama Rianti disana. Ia tidak terima, ternyata seseorang yang disukainya adalah saudaranya, anak dari Rianto dan suaminya yang cerai dulu, tapi ia bisa apa.

Elda segera mengusap air matanya kasar, ia pergi, berlari menjauhi Alle yang hanya diam. Sedak rasanya menerima kenyataan yang begitu pahit. Ia tidak terima dan Elda pikir Alle pun begitu, tapi takdir berkata lain.

Selesai.

Hubungan mereka, kini berakhir dengan cara yang tidak baik-baik saja.

Dengan air mata yang terus bercucuran yang rasanya tidak ingin berhenti itu, Elda mengayuh sepedanya entah kemana, sesekali ia mengusap air mata yang menutupi pandangannya.

STALKER [END] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang