Part 9

7.3K 480 8
                                    


Happy reading .....


Xavier Pov

Hari ini aku sengaja meluangkan waktuku, aku pulang awal demi membantu Alessa menyiapkan keperluan acara sosialnya. Aku tak mengira semangat gadis ini begitu mengebu dan optimisnya membuatku kagum.

Dia menyiapkannya dengan cukup baik dan uniknya dia melakukan pendekatan dengan anak anak penderita AIDS dengan cara yang tak biasa.

Biasanya seseorang akan melakukan temu bicara saja dengan kepala pengasuh mereka, tapi Alessa malah mengajak mereka bermain dan aku suka tawanya. Sungguh natural dan apa aku mulai jatuh cinta padanya?

Aku menatap gadis itu

"Alessa, apa kau yakin ini akan berjalan lancar?"

"Tentu saja kak, aku yakin anak-anak akan tertarik. Apa kakak tak lihat antusiasme mereka kemarin?" tanya Alessa dan aku tersenyum, tak tega mematahkan semangatnya.

"Alessa!" panggil seseorang dan aku langsung menengok ke arah pria itu.

"Kakak!" ucap Alessa senang lalu langsung menghampirinya dan memeluk pria itu. 

Dia mengecup keningnya dengan lembut membuat wajahku  berubah datar, siapa pria ini?

"Kak Xavier.. Perkenalkan ini.... "

"Aku tunangannya!" ucap pria itu membuat rahangku mengeras.

Apa aku perlu bersaingan dengan bocah seumuran Alessa? Alessa awalnya melotot pada pria itu namun dia akhirnya terkekeh dan memeluknya manja, oh menjijikan!!

Aku tersenyum sinis,

"Aku mau mengurus yang sebelah sana dulu.." ucapku menghindar.

"Baiklah kak, aku berbincang dulu sebentar dengan kakakku." ucap Alessa.

Kakakmu apa tunanganmu? umpatku dalam hati.

Aku terus memperhatikan mereka dari jauh, mereka mirip. Apa mereka kembar? Tak lama seorang pria muncul lagi dan mencium keningnya. Apa ini alasan dia terkena HIV? Seks bebas seperti kasus pada umumnya!

Aku rasa aku harus mulai menjaga jarak dengan Alessa, meski kami sama-sama penderita AIDS aku rasa tak baik juga berdekatan dengan jalang.

Aku terkenal dan aku bukan lelaki sembarangan. Aku berjalan meninggalkan tempat itu.

"Xavier, kau mau kemana?" tanya Farel si dokter menyebalkan itu.

"Pulang!" ucapku dingin.

"Kenapa mendadak? Apa kantormu menelepon boss-nya?" ejek Farel membuatku kesal.

"Aku boss-nya dan aku tak suka di perintah!" ucapku sambil menatap matanya dengan tajam.

Aku memang sedang tak bersahabat, mood-ku tiba tiba hilang entah kemana.

"Baiklah.." ucap Farel yang tahu aku sedang kesal.

Aku berjalan menuju mobilku terparkir.

"Kau mau kabur dari tanggung jawab, huh?" ucap gadis itu, ya Alessa si penghancur mood seorang Alexander. Aku menatapnya dingin sambil tersenyum sinis.

"Bukan urusanmu!" ucapku asal lalu membuka pintu mobilku.

"Ternyata pandanganku tentangmu benar..." ucap Alessa membuatku berhenti dan menatap wajahnya.

"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti

"Jangan melihat seseorang dari segi luarnya saja untuk berbuat baik. Siapapun mereka kau harus  tetap berbuat sebaik mungkin, semaksimal mungkin! Kata kata yang bagus, dan aku tahu itu cuma sekedar kata katamu saja.." sindirnya lalu tersenyum pahit.

HOPE (Repost) Tamat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang