Part 74

4.1K 467 18
                                    

Happy Reading.....

Becky berjalan menuju apotek, dia berharap ini belum terlambat. Becky tak ingin hamil dan tak mau terikat lebih dalam bersama tuannya.  Becky menggenggam pil kontrasepsi yang dia beli barusan.

Bagaimana jika Becky sedang hamil saat meminum pil ini? Apa bayinya akan cacat? Syukur jika bayi ini mati saja tapi kalau cacat?!

Becky menahan tangis.

Apa Becky tega membunuh darah dagingnya sendiri? jerit batin Becky sambil mengusap perutnya.

Apa dia cek saja hamil tidaknya dirinya? Becky kembali ke apotek dan membeli test pack. Jika dia tak hamil maka dia akan meminum pil ini, Becky meminta izin ke toilet lalu mencobanya. Becky berharap hasilnya akurat dan dia butuh kepastian.

Becky memasukan stik dari test pack tersebut lalu mencelupkannya kedalam air seni dan menunggunya. Becky berharap cemas, airnya mulai meresap dan membasahi strip pembatas.

Becky memperhatikannya dan...

Dua strip tampak jelas tercetak. Becky melihat bungkusan test pack dan wajahnya memucat.

"Hamil..." bisik Becky dan air matanya pun mengalir deras.

Becky segera kembali ke apartemen namun hujan turun dengan derasnya.

Hujan...

Cuaca yang begitu mendukung, seperti mengerti dengan kesedihan yang Becky rasakan saat ini. Becky berjalan gontai menuju apartemen, dia tak peduli tubuhnya di guyur hujan. Biarlah rasa dingin itu melenyapkan perasaannya kepada majikannya.

Becky harus terbiasa dengan sifat player Chris, dia harus kuat demi bayi yang ada di perutnya. Chris benar, dulu dia seperti itu dan kenapa dia protes? Becky harusnya bersyukur karena Chris hidupnya telah berubah. Chris memperlakukannya dengan baik dan kehidupannya pun tak seburuk dulu.

Becky berjalan menuju lift dan segera memasuki lift, memencet tombol angka apartemen tuannya sambil memeluk kantung berisi pil kontrasepsi. Tak lama pintu lift terbuka dan Chris menatap Becky dengan tatapan tak terbaca. Becky tersenyum tipis lalu menunduk.

"Tuan.." ucap Becky lemah.

"Kau darimana?"

"Luar tuan." ucap Becky singkat dan Chris melihat tubuh istrinya yang basah kuyup, Chris penasaran dengan kantung putih yang di genggam oleh Becky.

Chris pun merampas kantung dari tangan Becky membuat tubuh Becky menegang. Chris melihat isi bungkusannya dan langsung melemparnya ke wajah Becky.

"Apa maksud semua ini?" bentak Chris marah.

"Aku.. Aku belum siap memiliki anak tuan."

"Jangan panggil aku tuan lagi Becky!" bentak Chris namun Becky menggelengkan kepalanya.

"Jangan paksa aku tuan." ucap Becky dan air matanya kembali berlinang.

"Baiklah jika kau tak mau memiliki anak dariku. Aku bisa mencari wanita lain yang rela menjadi ibu dari anak-anakku." ucap Chris dingin dan Becky semakin terluka.

"Silahkan, dengan senang hati saya akan mengurus anak-anak tuan." ucap Becky membuat amarah Chris meledak.

Chris menarik tubuh Becky, tubuhnya tampak menggigil kedinginan membuat amarah Chris meredup. Chris menyeretnya ke kamar mandi dan mengguyur tubuh Becky dengan air hangat.

"Kau harus mandi agar tidak sakit!"

Chris merobek pakaian Becky  yang masih tampak marah membuat Chris gemas. Chris mulai mencium bibir Becky, namun Becky meronta. Dia takkan sebodoh dulu yang akan pasrah begitu saja di tiduri oleh tuannya. 

"Lepaskan saya tuan!" jerit Becky namun Chris tak menggubrisnya.

Becky merasa takut ketika Chris dengan kasar menunggingkannya di wastafel. Dia lebih baik mati daripada di setubuhi oleh orang yang tidak mencintainya.

"Bunuh aku pappa..." ucap Becky dengan segenap rasa sakit di jiwa dan raganya membuat tubuh Chris menegang. Becky mendorong tubuh Chris lalu mengambil pistol yang di sembunyikan Chris di balik tempat sabun.

"Bunuh aku.." pinta Becky lalu bersimpuh di hadapan Chris dan memberikan senjata itu padanya.

Chris tersenyum sinis lalu membuang senjata itu asal dan membawa Becky ke dalam kamar dan menidurkannya di ranjang. Chris tak peduli ranjangnya basah karena tubuh  mereka yang belum di keringkan.

"Apa maumu Becky?" tanya Chris sambil menatap ke dalam mata istrinya. Becky menggelengkan kepalanya.

"Apa karena Lisa?" tanya Chris namun Becky tetap bungkam.

"Aku bilang dia hanya partner seks."

"Aku sudah tidak peduli lagi tuan, aku sadar siapa aku. Maafkan aku yang sempat berfikir jika kau adalah milikku." ucap Becky dengan nada bergetar.

"Aku memang milikmu." bisik  Chris menatap payudara Becky yang membulat dan selalu menggiurkan di matanya.

"Tidak, bukan!"

"Kenapa?"

"Kau bukan milikku, kita hanya terikat anak dan surat pernikahan."

"Apa kau tak mencintaiku?"

"Kau yang tak mencintaiku tuan.." isak Becky penuh luka.

"Jadi apa maumu?"

"Kita bercerai.."

"Bukan itu, karena sampai kapan pun aku takkan menceraikanmu." ucap Chris membuat Becky semakin menangis.

"Kau egois!"

"Aku memang seperti itu!"

"Aku benci kau.."

"Terserah, kau milikku Becky.."

"Kau juga milikku tapi kenapa kau selingkuh..." isak Becky membuat Chris tersenyum bahagia.

Akhirnya Becky mengungkapkan cemburunya.

"Aku tak selingkuh.." bisik Chris.

"Lalu Lisa?"

"Cuma partner seks, apa kau cemburu?"

"Apa wanita normal  tidak akan cemburu jika suaminya meniduri wanita lain?"

"Jadi apa maumu?"

"Aku ingin kesetiaan, seperti aku yang setia padamu. Tak ada partner seks karena aku yang akan memuaskanmu!" isak Becky kesal dan Chris tertawa senang.

"Kalau begitu puaskan aku sayang!" bisik Chris membuat tubuh Becky menegang.

Apa? Lalu bagaimana dengan masalahnya sekarang?

Chris melebarkan paha Becky dan memasukan kejantanannya dengan lembut.

"Tuann..." erang Becky sambil meronta dan merasakan sesak di dalam sana.

"Panggil aku pappa, ma.. pappa.." bisik Chris membuat Becky mengerang kesal.

"Tuan masalah..."

"Kita bahas itu nanti, aku janji akan memberikanmu jawaban yang memuaskan..." bisik Chris membuat Becky mendengus kesal dan akhirnya mengalah.

Percuma dia bersikeras melawan karena seorang Becky Miller takkan sanggup melawan seorang Christopher Mahendra.

Tbc

Masih kuat membaca? Next....

HOPE (Repost) Tamat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang