Part 4

8.5K 558 5
                                    

Happy reading....

Author Pov

Widya menatap putri kesayangannya yang mulai sadar setelah setahun lebih hanya terdiam kaku dalam traumannya. Alessa meneteskan air matanya, dia sempat mengamuk ketika teringat kejadian terakhir yang menimpanya.

"Ma.. kenapa aku tak mati saja? Aku   mau mati...." isak Alessa pelan.

"Tuhan memberimu kesempatan kedua untuk berbahagia sayang, kau masih punya masa depan cerah." ucap Widya.

"Masa depan apa? Aku tak bisa memberikan keperawananku pada orang yang aku cinta dan orang akan jijik Maa..." isaknya sambil menutup wajahnya membuat Widya ikut terpukul.

"Jangan meratap lagi semua bukan kesalahanmu.." ucap Widya sambil memeluk tubuh rapuhnya.

"Kau harus kuat demi kak Mirza, kak Ariana kak Chris dan kak Wira.." ucap Widya.

"Kak Wira sudah pergi ke Jerman dan bersekolah disana, kak Chris kuliah di New York. kau pasti bangga pada kembaranmu." ucap Widya mencoba menghibur Alessa.

"Dan aku hanya menjadi sampah di keluarga ini..." isak Alessa perih membuat Widya serba salah.

"Kau bukan sampah, kau hanya korban sayang.." timpal Rafael.

"Ayah..." isaknya dan dengan lembut Rafael memeluk Alessa dengan sayang.

"Kita akan berjuang bersama, ayah akan segera menemukan siapa yang sudah menyakitimu." ucap Rafael.

Ya, sudah setahun lebih El belum bisa melacaknya. Nancy, kunci utamanya hilang sehingga mempersulit proses pencarian. Akhirnya Alessa bisa kembali ke rumah, El sangat bahagia begitu pun Widya.

"Ma... Temani aku tidur.." pinta Alessa dan Widya pun tersenyum lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Alessa Pov

Seseorang menarik tubuhku, wajah itu, pria jahat yang memperkosaku.

"Akh.." jeritku ketika dia membentur kepalaku ke pintu mobil, aku masih bisa merasakan sakitnya kemaluanku, terasa seperti di robek dan di gesek gesek secara kasar sehingga menimbulkan perih sampai ke uluh hati.

"Nancy..." gumanku ketka melihat dia hanya menonton aku.

"To.. tolong..." teriakku...

Nafasku tersenggal senggal, aku mimpi buruk lagi. Semenjak sadar dari koma aku mulai di bayangi oleh kejadian buruk itu.

"Kau baik baik saja?" tanya Mamma yang langsung memelukku.

"Aku takut ma.." isakku.

"Kau aman di sini, semua akan baik baik saja.." bisik mamma mencoba menenangkanku. ayahku memberiku segelas air.

"Minumlah.." ucapnya sambil mengelus kepalaku.

Aku menarik nafasku, Mamma sudah terlelap di sampingku. Aku jadi semakin merepotkan orang tuaku, tak seperti kakak kakakku yang bisa membanggakan orang tuaku.

Aku mengelus tangan mamma yang melingkar di perutku. Mau sampai kapan aku seperti ini?  Aku memang harus bangkit.  Apa lagi mereka begitu mendukungmu memberi aku semangat,  aku  tak boleh mengecewakan mereka.

Aku mengerjapkan mataku ketika mendengar suara bisik bisik di sekitarku. Aku menatap kak Mirza, kak Ariana, kak Chris dan kak Wira sedang menatapku.

Kak Mirza membawakanku kado, kak Ariana membawakanku kue, kak Chris boneka Teddy raksasa dan kak Wira dia memegang bunga tulip kesukaanku. Aku tersenyum bahagia.

"Morning cantik..." ucap mereka berbarengan membuatku terharu, aku menangis dan kak Mirza langsung memelukku sambil mencium keningku dengan penuh kasih sayang.

Aku menatap ke empat kakakku.

"Makanlah.." ucap kak Ariana sambil menyodorkan kue kepadaku.

Ini hari terindahku setelah kejadian buruk itu. Aku sangat menyayangi kak Wira yang jauh jauh dari Jerman hanya untuk menemuiku, menyambut kedatanganku kembali ke rumah.

Merekalah yang selalu memberiku semangat, dukungan dan selalu membuatku merasa aman dan nyaman. Aku tersenyum bahagia, aku ingin bisa berkumpul seperti ini, selamanya.

Aku merasakan gatal di tengkuk dan pergelangan tanganku, aku menggaruknya. Semakin menggaruk rasanya semakin gatal dan perih. Aku mencuci tanganku di wastafel, mungkin itu bisa mengurangi rasa gatalnya.

Aku terkejut, melihat pergelangan tanganku penuh ruam memerah, tengkukku juga terasa gatal, apa ruam yang sama?

Aku mengikat rambutku dan ya ruam yang sama persis dengan di pergelangan tanganku.

"Kau kenapa Alessa?" tanya kak Wira sambil menatap tangan Alessa.

"Gatal kak..." ucap Alessa sambil terus menggaruk kedua lengannya secara bergantian. Kak Wira langsung menggenggam kedua tanganku.

"Jangan di garuk, nanti jadi infeksi..." ucapnya lembut sambil mengeringkan lenganku dengan handuk kecil.

"Ikut kakak..." ucap kak Wira dan aku mengikutinya ke kamarnya. Dia mengoleskan salep dan gatalnya sedikit mereda.

"Jangan di garuk dulu ya.." ucap kak Wira.

"Kau pantas jadi dokter pribadiku kak.." pujiku bangga dengan perlakukan kak Wira yang lembut dan perhatian.

Kak Wira hanya tersenyum, kami keluar dari kamar kak Wira menuju ruang keluarga untuk berkumpul kembali, namun kepalaku terasa pusing entah kenapa.

"Kak..." gumanku dan kak Wira menatapku khawatir.

"Kenapa Alessa?" tanya kak wira sambil merangkulku dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.



Tbc

Thanks for reading.. 

HOPE (Repost) Tamat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang