Part 8

7.7K 554 15
                                    

Happy Reading.......


Alessa Pov

Terapiku berjalan dengan baik, rasa percaya diriku mulai tumbuh kembali. Apa lagi ibu Bertha mempercayakan aku untuk mengurus anak anak terlantar yang mengidap HIV.

Entah itu yang terkena karena narkoba, transfusi darah, kecelakaan atau memang sudah mengidap sejak lahir. Mamma dan ayah mendukungku bahkan ayah akan mendirikan yayasan dan aku yang mengelolanya.

Apa lagi ayah bisa berkerja sama dengan kakek David, si pemilik Reed Hospital. Sungguh ini pertama kalinya aku merasa  bersemangat dan kebahagiaanku kembali!!

Aku berjalan menuju parkiran.

"Nona Alessa..." panggil seseorang membuatku sedikit takut untuk menengok, apa aku  abaikan saja?

Aku mempercepat jalanku dan tiba-tiba seseorang menarik lenganku, membuatku ketakutan.

"Tidak... Jangan sentuh aku..." jeritku histeris membuat pria itu langsung melepaskan pegangannya.

"Maafkan aku!" ucap pria itu dengan tatapan bersalah.

Aku melihat manik hijau keabuannya, ah pria bernama Xavier itu...

Aku menatapnya dengan tatapan bersalah

"Maaf... " ucapku dan pria itu  tersenyum.

"Aku dengar kau akan mengadakan kegiatan sosial, apa aku boleh bergabung?" Tanya pria itu dan aku hanya tertegun.

Aku ingat dia yang ada di majalah  itu, Xavier Jensen Alexander dan dia mengingatkanku pada Nancy yang menghilang, aku tak tahu bagaimana nasib Nancy setelah kejadian itu. 

"Alessa.... " panggilnya membuyarkan lamunanku.

"Maaf... " ucapku menyesali tindakan bodohku yang melamun di hadapannya.

"Boleh aku bergabung? " tanya Xavier lagi. 

"Ini hanya kegiatan sosial kecil Mr. Alexander. " ucapku sopan. 

"Panggil aku Xavier... " pinta pria itu. 

"Baiklah kak Xavier.  Aku tak yakin kakak mau bergabung karena ini cuma kegiatan kecil.. " ucapku lagi.

"Kenapa kau berfikiran seperti itu?" tanya pria itu berbelit-belit.

"Yang akan di hadapi bukan anak biasa, mereka istimewa.." ucapku membuatnya tersenyum, sungguh manis dan tampan.

"Aku jadi tambah penasaran!" ucapnya malah tambah antusias membuatku tersenyum geli.

"Baiklah kalau memaksa, hari Senin pukul 10 pagi!" ucapku dan dia mengangguk.

"Akan aku usahakan datang!" ucap kak Xavier.

"Tak perlu memaksakan diri, jika kakak sibuk!"

"Aku akan berusah datang meski aku sibuk.."

"Apakah begitu berartinya buatmu kak?" tanyaku dan pria itu langsung menatapku tajam, mata abu kehijauannya benar benar seperti akan menelanku.

"Jangan melihat seseorang dari segi luarnya saja untuk berbuat baik. Siapapun mereka kau harus  tetap berbuat sebaik mungkin, semaksimal mungkin!" ucap kak Xavier sambil menyeringai membuat dadaku tiba tiba berdegup kencang.

"Kata-kata yang bagus, dan aku harap tidak cuma sekedar kata-kata!" ucapku sambil berjalan menuju mobilku.

"Thanks Alessa, see you later..." ucap pria dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Ini pertama kalinya aku dekat dengan pria asing selain kakak-kakakku yang cerewet. Xavier ternyata orang yang ramah meskipun dia anak seorang pengusaha kaya dan kenapa dia tertarik pada hal seperti ini?

Apa lagi ini acara pertama yang akan aku urus. Ponselku berbunyi dan ibu Bertha memberiku pesan bahwa aku akan mengurusnya bersama Xavier. Aku tertegun, ada apa dengan Xavier?


Chris Pov

Ayah menatapku dengan intens, aku hanya berlagak santai walau sebenarnya
aku tahu ayah pasti penasaran dengan keputusanku tadi pagi. Setelah kami selesai makan malam ayah langsung mengajakku ke ruang kerjanya.

"Kau bisa jelaskan?" tanya ayah dan aku duduk dengan santai dan memasang wajah polos.

"Kau tertarik pada tawaran ayah atau anak Mr Carey?" sindir ayahku dan aku tertawa geli.

"Ayah memang pintar!" pujiku membuat ayah tertawa.

"Aku serius nak, ayah harap kau mau mengurus perusahaan ini karena keinginanmu sendiri bukan dorongan dari orang lain!"

"Jika penyemangat dari luar?"

"Apa kau jatuh cinta pada Sarah?" tebak ayahku.

"Aku mencuri keperawanannya ayah!!" godaku membuat ayah melotot.

"Chris usiamu masih belia!" erang ayahku tak percaya dan aku hanya tersenyum simpul.

Kami mengobrol banyak hal, aku bercerita bahwa Sarah cinta pertamaku dan kami berpisah karena dia melanjutkan sekolah kedokteran di Jerman.

Ya aku mencintai kakak kelasku yang terpaut tiga tahun. Aku ingin bertanggung jawab karena sudah memerawani anak orang meski kami melakukannya atas dasar suka sama suka dan pada waktu itu juga aku aku masih perjaka.

"Jadi kau serius ingin bekerja di perusahaan kita?" tanya ayahku lagi.

"Ya, tapi dengan satu syarat!" ucapku sambil menyeringai.

"Apa?"

"Aku ingin bekerja sama dengan  perusahaan Carey!"

"Ayah akan bekerja sama untuk mendirikan Rumah  Sakit khusus pengidap HIV,  apa kau paham sampai disitu? " tanya ayah dan aku mengerti ini menyangkut Alessa dan Sarah akan tahu. 

"Lalu kenapa?  Adikku bukan jalang, dia korban." ucapku membuat ayahku tersenyum. 

"Baiklah...  Ayah izin kan!" ucapnya membuatku senang karena aku yakin kelak Sarah akan menjadi dokter di rumah sakit itu nanti. 

Aku menatap Alessa yang sedang mempersiapkan kegiatan sosial pertamanya di sebuah yayasan AIDS untuk anak anak, aku memperhatikannya dari jauh, ya adikku yang malang.

Sungguh aku sangat sedih melihat nasib adikku namun aku bangga di balik tubuh lemahnya ada semangat dan jiwa yang kuat.

Aku berjalan hendak mendekatinya namun langkahku terhenti ketika melihat pria yang tampaknya bukan orang sembarangan mendekati adikku. Meski pun pakaiannya casual tapi itu bukan baju yang murah.

"Alessa, apa kau yakin ini akan berjalan lancar?" tanya pria itu.

"Tentu saja kak, aku yakin anak-anak akan tertarik. Apa kakak tidak lihat antusiasme mereka kemarin?" tanya Alessa dan pria itu tersenyum. Tatapannya pada adikku sungguh berbeda.

"Alessa!" panggilku dan dia langsung menengok ke arahku.

"Kakak!" ucapnya senang lalu langsung menghampiriku dan memelukku.

Aku mengecup keningnya dengan lembut membuat wajah pria itu berubah datar.

"Kak Xavier! Perkenalkan ini...."

"Aku tunangannya!" ucapku membuat adikku melotot dan rahang pria itu mengeras.

Kena kau!!


Tbc

HOPE (Repost) Tamat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang