Prolog

24.4K 778 19
                                    

Hai.. Bertemu lagi di proyek baruku semoga kalian tak bosan karena masih di Adult Romance dan ini agak sedikit berbeda karena aku akan membahas realita tentang OHIDA, Orang yang HIdup Dengan Aids...

Ini ceritaku yang ke 15 di wattpad, cerita ke 3 di tahun 2018. I hope you enjoy it....

Happy Reading...

Rafael Pov

Aku adalah Rafael Mahendra, aku pria beruntung yang menikahi Widya Winata. Walau ini pernikahanku yang kedua tapi aku  bahagia memiliki keluarga yang sempurna. Di usiaku yang sudah tak lagi muda, aku masih menggeluti dunia hitam bersama Wildan dan uncle David.

Aku akan menurunkan dunia hitam ini kepada Mirza, Chris dan Wira. Walau dunia ini penuh dengan kekerasan namun di sisi lain disini keamanan dan kemakmuran kami terjamin.

Putraku Mirza sekarang berusia 23 tahun, Ariana 22 tahun dan si kembar berusia 17 tahun. Mereka tumbuh menjadi anak anak yang mandiri dan bertanggung jawab, kecuali Alessa. Diantara anak anakku yang lain dia yang paling lemah, Alessa sering sakit sakitan berbeda dengan kembarannya Wira dan Chris. Maka dari itu kami sangat menyayangi Alessa.

Widya menatapku.

"Kak.. Apa lebih baik Alessa home schooling saja?" ucap Widya meminta pendapatku.

"Sekolah biasa saja sayang, aku tak mau membatasi pergaulan Alessa."

"Aku khawatir Kak, Wira di usianya sekarang akan segera memasuki kuliahnya. Lalu siapa yang menjaga Alessa?"

"Kau harus percaya pada anakmu sendiri, bahwa dia mampu menjaga dirinya." ucapku sambil mengecup keningnya.

"Iya sih... Tapi aku sebagai ibu tetap khawatir..." ucap Widya sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Beri Alessa kepercayaan untuk mandiri, seperti anak kita yang lain.." ucapku dan Widya mengangguk sambil tersenyum.

Ya pagi pagi kami sudah sibuk untuk menyiapkan tugas kami masing masing.

"Kak, kau tak sarapan?" tanya Widya.

"Nanti saja di kantor, aku ada rapat penting.." ucapku dan Widya mengangguk sambil memberiku kotak makananku.

Terkadang aku merindukan anakku Mirza yang tinggal di Jakarta untuk mengurusi perusahaanku di sana, Adriana di New York untuk mengurus butiknya bersama Lea, istri sahabatku Wildan.

Disini kami hanya berlima dan aku harus siap siap kehilangan dua anak lagi untuk kuliah di Jerman. Wira ingin menjadi seorang dokter seperti Liam dan Chris ingin membantuku di dunia hitam.

Aku berjalan menuju kantorku dan disana sudah menunggu, Xavier Alexander dari perusahaan Xander. Ayahnya Felix Alexander pria berpengaruh dan kaya raya yang arogan namun bertangan dingin dalam mengelola perusahaannya. Berbeda dengan Xavier yang lebih ramah namun tertutup.

"Mr Mahendra." sapa Xavier ramah membuatku menyukai pria itu.

"Mr Alexander, mari silahkan masuk.." ajakku ramah.

"Panggil saja aku Xavier, Mr Mahendra.." ucapnya.

"Oke Xavier panggil aku Rafael." ucapku. "Baiklah tuan Rafael." ucap Xavier dan kami pun mulai memperbincangkan bisnis kami.

Aku sungguh kagum dengan ide briliannya, ya di usianya yang masih muda Xavier memiliki logika dan rencana yang tersusun rapi di topang ide cemerlangnya yang sungguh tak dapat aku kritik.

"Kau sangat hebat!" pujiku dan dia hanya tersenyum. Aku menatap mata hijaunya, dia sangat mirip ibunya, Evelyne.  Kami berjabat tangan dan ada tato di telapak tangannya, hhmmm... bad boy!

Aku membaca proposalnya.

"Kau menyusun ini hanya dalam satu bulan?" tanyaku takjub.

"Ya, tuan Rafael. Saya adalah pekerja keras.." ucap Xavier sambil terkekeh.

"Ya, aku bisa lihat meski kau sedikit.. Bad boy!" godaku d dia tertawa lebar.

"Saya pengagum seni, salah satunya seni menggambar tato.." ucap Xavier seperti yang bisa membaca arah pembicaraanku kemana sambil memperlihatkan beberapa tato di lengannya.

"Jadi tidak semua orang yang bertato itu kriminal.." kelakarnya membuatku tertawa.

"Kau cocoknya sebagai mafia Xavier, bukan pengusaha." ucapku dan dia tersenyum.

"Sayangnya saya hanya seorang anak orang kaya yang arogan!" ucapnya sambil terkekeh.

Ya Felix memang terkenal sombong dan licik. Sebenarnya dia pintar namun terlalu waspada sehingga dia selalu memandang sesuatu negatif dan jatuhnya menjadi licik.

Dia akan manfaatkan keadaan yang dia atur sedemikian rupa hingga jika terjadi hal yang tak di inginkan dia bisa memanfaatkannya.

"Baiklah Tuan Rafael saya permisi.." ucap Xavier dan aku pun menjabat tangannya.

Aku menjemput anakku Alessa di sekolah.

"Ayah.." teriak Alessa sambil bergelayut manja di tubuhku.

"Anak manis.." ucapku sambil mengecup keningnya. Alessa tampak bangga memiliki ayah setampan aku, dia menggandengku layaknya aku adalah pappa terkerennya.

"Kau sudah makan?" tawarku.

"Belum, aku lapar.." rengeknya manja. Aku tersenyum

"Ayo kita makan!" ucapku lalu membawanya ke restoran Pizza.

Ya Alessa penggemar pizza atau sesuatu berbau keju. Walau begitu dia tetap kurus karena kondisi tubuhnya yang mudah lelah, walau dokter berkata tidak apa apa tetapi aku selaku ayahnya selalu khawatir.

"Ayah, aku sayang ayah.." ucapnya sambil mencium pipiku dan memakan pizza bertopping daging cincang dan mozarela.

"Ayah juga sayang kamu, Alessa.." ucapku sambil menyeruput kopi espresso-ku.

Widya melihat kedatanganku bersama Alessa.

"Wira mana?" tanya Widya.

"Masih les untuk ujiannya minggu depan." ucapku.

"Iya ma.. Kakak masih belajar tadi." ucap Alessa sambil mencium pipi Widya.

"Bagaimana sekolahmu? Kau kecapean?" tanya Widya.

"Maa.. Aku bukan anak kecil lagi.. Aku baik baik saja." ucap Alessa.

"Sayang.." pintaku pada Widya agar berhenti mencemaskan Alesa dan Widya tersenyum sambil sedikit menjilat bibirku lalu memagut bibirku. Ah bagaimana jika Alessa melihat Widya menciumku?  dasar istriku yang mesum!!

Tbc

Slow update ya..

Thanks for reading....

HOPE (Repost) Tamat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang