Tugasku hanya mencintaimu bukan memaksa untuk dicintai olehmu. Silahkan kejar dia sekarang. Jika kau lelah, sempatkanlah dirimu untuk melihat ke belakang. Karena aku masih menunggumu di sini dengan perasaan yang sama.
****
Sore itu Bella memutuskan untuk menjenguk Rey. Tadi Abelia, mamanya Rey menelepon Bella. Katanya sih pengen ketemu sama Bella. Kebetulan Bella sudah lama tidak bertemu dengan Abelia. Selain itu dia juga rindu dengan Rey. Padahal belum lewat sehari gak ketemu
"Mau kemana, Bel?"
Bella yang baru hendak menutup pintu kamarnya terkejut kemudian membalikkan badannya mendapati Wila tengah menatapnya.
"Oh ini ma. Mau ke rumah Rey ngejenguk dia sekalian ketemu sama Tante Abelia. Udah lama banget gak ke sana."
"Kok dadakan? Biasanya kamu kalo mau ke rumah Rey ngomong dari pagi."
Bella menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Tidak mungkin kan dia bilang kalau dia tiba-tiba kangen sama Rey. "Ah, tadi tuh Bella gak ada niatan ngejenguk Rey. Cuma pas Tante Abelia telepon, Bella jadi kepikiran buat jenguk Rey, ma."
Wila memangut mengerti. "Yaudah hati-hati. Pulangnya jangan kemaleman."
Bella mengangguk pelan. "Iya ma."
"Pergi naik apa?"
"Rencananya mau ngajak Dhila tapi Dhilanya gak bisa. Paling nanti Bella minta tolong sama Raka."
Wila memangut mengerti. "Yaudah sana. Bilang dulu sama Raka."
Bella mengangguk lagi kemudian menuruni kamarnya dan berlari kecil menuju rumah Raka yang tidak lain adalah rumah yang terletak di sebelah rumahnya.
Sampai di depan pagar rumah Raka, Bella sudah melihat lelaki itu duduk di depan rumahnya sambil membaca sebuah buku yang sepertinya adalah novel. Bella terkekeh geli. Sejak kapan cowok itu suka baca novel?
Bella ingat saat dia menawarkan sebuah novel fiksi remaja kepada Raka yang langsung ditolak mentah-mentah oleh cowok itu. Katanya, "Gue gak level baca ginian. Mendingan baca komik sekardus daripada baca buku tebel ginian. Dapet pengetahuan enggak, rabun iya."
"Ngapain bengong depan situ? Mau ngintipin gue ya?"
Suara itu membuyarkan lamunan Bella. Dia mendegus kesal kemudian membuka pagar rumah Raka dan melangkah menuju tempat duduk cowok itu. "Kurang kerjaan bener gue ngintipin elo. Gue tuh mau minta tolong sama lo. Mau nggak?"
Buru-buru Raka menutup bukunya. Dia menyembunyikan buku itu di belakang punggungnya. Bisa gawat kalau Bella melihat judul buku itu. Buku itu adalah salah satu novel remaja yang didominasi dengan cerita percintaan dan cerita percintaan itu selalu memuat unsur kegalauan. Ya, suasana hati Raka yang pas dengan novel itu membuatnya memaksakan diri untuk membacanya.
"Minta tolong apaan dulu?"
"Anterin ke rumah Rey. Gue mau jenguk dia."
Raka menatap mata Bella. Kalo gue sakit apa lo bakalan seperhatian ini Bel?
Bella menjentikkan jarinya di depan wajah Raka. "Lo kenapa?"
Raka menghela napas kemudian menggeleng pelan. "Gak kenapa-napa. Yaudah ayok. Gue ambil jaket dulu bentar." Raka beranjak dari tempat duduknya kemudian masuk ke dalam rumah. Tak lupa membawa novel yang tadi dibacanya.
"Ayo!"
Bella mengangguk pelan ketika melihat Raka sudah kembali dengan memakai jaket merah dan celana jins panjang. Dia menerima helm dari Raka lalu naik ke atas motor. Raka menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...