Jangan pikirin orang-orang yang ngomong negatif tentang kamu. Mereka melakukannya karena iri, tidak mampu jadi seperti kamu.
****
“Lo gak perlu nunggu gue, Ka.”
Raka hampir saja kehilangan keseimbangannya ketika kalimat itu keluar dari bibir Bella. Cowok itu langsung menepikan motornya di depan komplek mereka. Keduanya berdiri berhadapan di samping motor hitam Raka.
Maksud gadis itu apa? Bella menemukan orang lain begitu?
Rahang Raka mengeras. “Maksud lo apa?”Bella menghela napas dalam, mengumpulkan kekuatan untuk mengucapkan kalimat itu. “Gue… udah siap.”
Raka menganga saking terkejutnya dengan kalimat Bella. Otaknya masih memroses semuan yang terjadi.
Cukup lama Raka terdiam sampai akhirnya bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman. “L-lo mau langsung nerima gue?”
Pipi Bella bersemu merah. Inilah yang ia takutkan sejak tadi. Gadis itu ingin sekali bicara dengan Raka, tapi belum siap dengan semua kemungkinan yang terjadi –tepatnya bagaimana dengan ekspresi Raka.
Raka tertawa lebar melihat ekspresi Bella. Hatinya benar-benar melambung tinggi saat ini. “Ah, gak sia-sia perjuangan gue selama ini.” Cowok itu menyeringai. Ia menatap mata Bella lekat. “Jadi kita pacaran?”
Bella merunduk, tak berani membalas tatapan Raka. “Ya…terserah.”
Raka terkekeh. Cowok itu menarik Bella dalam pelukan, tidak peduli dengan posisi mereka di tepi jalan saat ini.
Ah, jatuh cinta. Dunia serasa milik berdua, begitu?
Bella tersenyum, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Raka.
Raka melepas pelukannya. “Dah, pelukannya nanti lagi. Ayo ke sekolah, entar telat.”
“Ish, kan elo yang meluk duluan!”
Raka tertawa. Tangannya terulur meraih helm putih milik Bella, memakaikan helm di kepala kekasihnya itu, lalu menepuknya sekilas. “Ayo.”
Bella tersenyum, kini mulai terbiasa dengan semu merah di pipinya ketika sedang bersama Raka.
Ah, seindah ini rasanya.
****
Dhila sudah tiba di sekolah ketika pasangan itu baru sampai. Dhila menunggu keduanya di kelas mereka pagi ini. Bukan tanpa alasan. Gadis itu sebenarnya ingin memanggil Bella untuk OSIS karena Evan tadi menyuruh mereka berkumpul di jam pelajaran pertama untuk pembubaran panitia acara HUT SMA Starki.
Tapi gadis itu jadi mengernyit ketika mendapati Raka dan Bella memasuki kelas dengan bergandengan tangan. Mata Dhila membulat. Gadis itu langsung melompat ke hadapan Raka dan Bella.
“Lo berdua jadian?!” Dhila tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Bella merutuki Dhila dalam hati. Untung saja keadaan kelas sedang kosong karena memang hari masih lumayan pagi. Jika tidak, sudah bisa dipastikan seluruh teman sekelasnya akan heboh dengan hubungan ‘anjing-kucing’ itu.
Ya iyalah. Tiap hari berantem, tiba-tiba jadian.
Sementara itu, Raka malah terkekeh. Tersenyum bangga, memamerkan genggamannya pada tangan Bella. “Liat dong.”
Dhila bertepuk tangan takjub. “Gila gila! PJ buat gue pokoknya gak mau tau.”
Bella mendengus. “Jangan ngember lo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...