Seven -Zone Compatible-

413 42 10
                                    

"Bella!"

"Eh elo Dhil."

Bella baru saja membukakan pintu untuk tamunya malam ini. Dhila memang akan menginap di rumah Bella. Sudah sering sebenarnya karena Wila, mamanya Bella sudah kenal dengan Dhila. Jadi Wila tidak akan melarang Dhila untuk menginap di sana.

Mereka berjalan beriringan ke kamar. Sampai ke kamar, Dhila meletakkan ranselnya di samping lemari. Kemudian gadis itu membuka balkon dan mengajak Bella duduk di sana.

"Wedeh mantep ya kalo foto di sini. Kayak lo sama Raka kemaren."

Bella terkekeh. "Iya. Lo mau foto? Gue fotoin sini mana HP lo?"

"Enggak. Cuma bilang aja kalo bagus." Dhila nyengir. Tiba-tiba terpikir olehnya untuk memanggil Raka keluar kamar juga. Supaya lebih rame gitu. "Eh Bel, gue panggil Raka ya biar keluar."

"Jangan diteriakin ada nyokapnya. Gak sopan."

Dhila tersenyum penuh arti. Diam-diam Bella juga memperhatikan Raka rupanya. "Oh gitu. Jadi gimana?"

"Line aja."

"Emang dia belum tidur jam segini?"

Bella terkekeh pelan. "Raka kan manusia kalong Dhil. Kayak gak tau temen lo aja."

"Dih sorry ogah gue temenan sama dia. Kecuali kalo ditraktir."

Bella tertawa dan menoyor pelan lengan Dhila. "Yaudah sana line. Biar dia keluar."

Dhila mengangguk sekilas, mengeluarkan ponselnya kemudian membuka aplikasi chatnya.

Raka

Dhila : Woi ke balkon dah

Dhila : Gue sm Bella di balkon

Raka : ngapain?

Dhila : Banyak nanya njir

Dhila : Ini gue bantuin lo sama Bella ya tau diri plis

Raka : oke otw

Dhila memasukkan ponselnya ke saku. Kemudian menatap Bella yang tengah melihat langit. "Lo suka banget liat bintang dah. Apa enaknya? Gue aja bosen. Kalo bukan karena angin sepoi-sepoi sih ogah gue ke balkon."

"Gue suka aja liat bintang. Dulu gue sama almarhum bokap sering liatin bintang malem-malem. Tiap kali gue ngeliat bintang, gue selalu ngerasa kalo bokap gue masih di sebelah gue. Makanya gue suka bintang." Bella tersenyum manis.

"Eh sorry, Bel. Gue gak maksud bikin lo sedih gitu. Maaf." Dhila merasa bersalah. Memang Bella tidak tampak sedih tapi jelas dia merindukan sosok ayahnya.

Bella tertawa pelan kemudian menepuk nepuk pundak Dhila. "Selow deh lo kayak sama siapa aja dah."

"Cie mesra banget berduaan di balkon."

Bella dan Dhila menoleh ke sumber suara dan mendapati Raka tengah berdiri menatap keduanya.

"Gue masih lurus ya Rak," cibir Bella.

"Apalagi gue." Dhila tak mau kalah. "Bilang aja lo iri mau berdua sama Bella juga."

Emang temen ter-bangke lo Dhil. -batin Raka.

Dhila memain-mainkan alisnya menggoda Raka. Sedangkan Bella hanya tertawa geli. Dia berpikir bahwa Dhila hanya bercanda. Padahal perasaan Raka buat Belka itu bukan candaan tapi nyata adanya.

Raka menghela napas. "Lo ngapain dah Dhil malem-malem ke sini? Belum bayar kos ya makanya diusir."

Dhila melotot kepada Raka. Kemudian dengan bergaya, dia mengambil sendalnya. "Lo mancing mulu ya dari tadi. Gue lempar nih." Dhila mengacungkan tangannya yang memegang sendal tadi.

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang