Thirty Eight -Zone Compatible-

289 25 219
                                    

Bella mengusap tengkuk lehernya. Dia sudah berdiri di depan rumah Rey. Sedangkan cowok itu masih memarkir motornya.

Entah kenapa Bella benar-benar gugup. Ini pertemuan pertamanya dengan Abelia setelah peresmian hubungan antara dirinya dan Rey sebagai sepasang kekasih.

Rey menghampiri Bella. "Kamu kenapa?"

Bella mengangkat wajah menatap Rey. "Takut," cicitnya.

Rey terbahak. Ia menepuk lembut puncak kepala Bella. "Kan udah sering ketemu sama mama. Kayak biasa aja." Rey menautkan jemarinya dengan jemari Bella. "Ayo."

Dalam hati, Bella benar-benar menggerutu. Kayak biasa aja katanya. Yakali. Status mereka sudah berubah. Masa Bella harus tetap berlaku seperti dulu pada Abelia?

FYI, Bella itu setiap main ke rumah Rey pasti ngegosip atau curhat sama Abelia. Atau main remi. Yakali dah jadi pacar anaknya Bella masih begitu juga?

"Eit udah pulang. Hai Bella. Lama gak ketemu." Abelia menghampiri keduanya.

Bella tersenyum kikuk. Sial. Rasanya jadi beda sekali. "Hai tante." Bella melepaskan genggaman Rey kemudian menyalimi Abelia.

"Sini peluk tante." Abelia membawa kekasih putranya itu ke dalam pelukannya.

Bella membalas pelukan Abelia. Gadis itu jadi tidak secanggung tadi. Abelia masih sama seperti dulu. Tidak - atau setidaknya belum - membahas soal hubungan Bella dengan Rey.

Rey berdeham. "Ayo makan ma. Nanti Bella kemaleman pulangnya."

Abelia terkekeh kemudian melepas pelukannya pada Bella. "Gini nih anak muda. Cemburuan kalo pacarnya deket sama mama."

"Ish mama. Rey serius."

"Iya iya." Abelia meraih lengan Bella. "Ayo makan. Tante masak makanan kesukaan kamu."

Bella tersenyum meringis. Ia mengikuti langkah Bella. Rey tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. Cowok itu melangkah ke meja makan. Bella sudah duduk di sana sedangkan Abelia sedang ke dapur mengecek masakannya. Begitu yang didengarnya tadi dari bibir sang mama.

Rey menarik kursi di sebelah Bella kemudian duduk di sana. "Kalo kayak gini aku makin yakin satu hal."

Bella mengernyit. "Yakin apa?"

"Mama emang lebih anggep kamu sebagai anaknya daripada aku."

Bella terbahak. Dari dulu Abelia memang memperlakukan Bella layaknya anak sendiri. Sampai beberapa kali Rey protes karena mamanya itu tampak lebih sayang pada Bella.

"Yang baru balik dari Palembang kan aku. Tapi mama malah masakin makanan kesukaan kamu," gerutu Rey.

"Kamu kayak gak tau mamamu aja. Kan emang pengen punya anak perempuan. Apalagi yang lucu kayak aku," jawab Bella dengan percaya diri.

Rey terkekeh. Tangannya terulur mengacak puncak kepala Bella. "Paling bisa deh kamu."

"Ish rambut aku berantakan." Bella merapikan rambutnya.

"Ditinggal bentar langsung pacaran aja kalian berdua," goda Abelia. Tangannya membawa mangkuk putih.

"Mama kayak gak pernah muda aja." Rey tertawa di ujung kalimatnya.

Abelia duduk di seberang keduanya. Ia memberikan piring berisi nasi pada Rey dan Bella, kemudian menyedokkan nasi untuk dirinya sendiri.

"Oh iya, mama udah pulang, Bel?"

Bella menggeleng. "Belum tan." Bella baru akan menyuapkan nasi ke mulutnya ketika ia menyadari sesuatu. "Tante tau darimana mama lagi pergi?"

"Rey cerita tadi. Tadi tante bilang ajakin Wila sekalian. Tapi kata Rey mamamu lagi gak di rumah."

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang