Thirty Two -Zone Compatible-

297 26 78
                                    

Jangan sampai banyak orang terluka hanya karena lo ragu perasaan lo itu sebenarnya untuk siapa

-Melvi

****

"Tadi sih gue liat dia udah ngambil tasnya terus keluar. Gatau deh kemana. Mungkin ke toilet. Soalnya dari tadi dia bilang kebelet pipis."

Bella memangut mendengar jawaban Ica, anggota OSIS kelas sepuluh yang satu kelas dengan Dhila. Setelah mengucapkan terima kasih, Bella melangkah meninggalkan ruang OSIS dengan ransel di punggungnya.

Bella menunggu Dhila di depan toilet. Ia bersandar di tembok sambil mengecek beberapa pesan yang masuk ke ponselnya beberapa jam terakhir. Bella memang tidak sempat mengecek ponselnya sejak tadi. Dia benar-benar disibukkan dengan pekerjaan OSIS yang sangat banyak.

Ada beberapa pesan dari Rey yang masuk. Bella sengaja belum membukanya. Ia masih ingin menata perasaannya.

Bella menghela napas. Kalimat Melvi tadi masih terngiang di telinganya.

"Lo punya waktu sampai nanti malam buat ngeyakinin perasaan lo sendiri. Jangan buat lebih banyak orang terluka karena lo gak sadar sama perasaan lo sendiri, Bel."

Jujur saja, awalnya Bella tidak mengerti. Kenapa Melvi mengatakan bahwa dia membuat banyak orang terluka? Bukankah selama ini dia yang terluka?

Bella menaruh ponselnya di saku ketika Dhila sudah keluar dari toilet. Dhila agak terkejut melihat kehadiran Bella. Ia melangkah mendekati gadis yang tengah bersandar di tembok itu.

"Bel? Lo ngapain di sini?"

"Nungguin lo."

"Kenapa?"

"Kan lo mau nginep tempat gue."

Dhila sedikit tersentak. "Ah, jadi ya? Gue pikir lo marah sama gue karena kejadian tadi."

Bella tersenyum tipis. "Sorry ya kalo tadi lo ngerasa gue nyuekin lo. Gue cuma lagi males ngomong."

Keduanya melangkah beriringan menuju parkiran.

"Lo masih kepikiran soal Raka ya?"

Bella menghela napas. "Gue maunya jawab enggak. Tapi gabisa."

Dhila terdiam. Sebenarnya ia sudah merencakan hal ini matang-matang jika Bella tidak kepikiran tentang perasaannya pada Raka. Tapi ternyata Bella masih memikirkan sahabatnya. Ah, mungkin Dhila harus menunda rencananya itu.

Bella menjentikkan jarinya di depan wajah Dhila. "Kenapa? Kok lo bengong?"

"Gapapa kok." Dhila merogoh saku roknya. Gadis itu mengambil kunci motor. "Rey kapan balik?" Dhila menaiki motornya.

"Besok." Bella menatap Dhila yang mulai mengeluarkan motornya. Setelah motor keluar dengan sempurna, barulah Bella naik ke jok belakang motor Dhila.

"Besok pagi?"

"Gue gak tau."

"Lah? Emang dia gak ngasih tau sama lo?" Motor yang dikendarai Dhila mulai meninggalkan area sekolah.

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang