Raka duduk di tepi ranjang masih dengan jaket di tubuhnya. Ia menghela napas, mengingat apa yang baru saja dilakukannya.
Ketika mendapat kabar dari Dhila bahwa cewek itu tengah bersama dengan kedua orang tuanya, Raka langsung memikirkan dengan siapa Bella akan pulang. Awalnya Raka tidak begitu ambil pusing. Tapi ketika Dhila bilang bahwa anak OSIS kemungkinan pulang jam 6 lewat, Raka mulai dilanda kecemasan. Dhila memang mengatakan bahwa Bella akan dijemput oleh Wila. Tapi informasi itu tidak bisa menenangkan Raka. Apalagi ketika dilihatnya mobil Wila belum terparkir di halaman rumah Bella hingga pukul 7 malam. Tanpa pikir panjang, Raka meminta Mas Ody mengantarnya ke sekolah. Dan ketika sampai di gerbang sekolah, benar saja, Bella masih menunggu di pos satpam. Raka baru saja akan membuka pintu mobil ketika sebuah motor berhenti di depan sekolah diikuti dengan Bella yang naik ke motor itu. Kekhawatiran Raka akan keamanan Bella membuat ia mengikuti motor itu hingga ke depan rumah Bella.
Beruntungnya, Bella langsung masuk ke rumah sehingga gadis itu tidak menyadari kehadiran Raka di mobil yang dikendarai Mas Ody.
Raka mengacak rambut hitamnya. Kenapa gadis itu harus terus memenuhi pikirannya? Tidak cukupkah ruang di hatinya hingga gadis itu juga harus menempati seluruh pikirannya?
Raka meraih ponsel dan membuka aplikasi chatnya. Ibu jarinya menggulir layar ponsel dan berhenti pada satu kontak yang sudah lama tidak dihubunginya. Raka tidak seperti Dhila yang memblokir kontak Rey ketika tahu Rey dan Bella sudah berstatus sebagai pacar. Raka sama sekali tidak memblokir kontak Bella. Bukan bersifat dewasa, ia hanya tidak mau gadis itu tahu soal patah hatinya. Ah, tapi gadis itu sudah tahu semuanya dari Dhila.
Raka menatap profil Bella yang tengah terpampang di layar ponselnya. Foto gadis itu bersama bunga yang diberikan Rey di malam ketika mereka jadian.
Mata Raka menyendu seketika ketika mengingat malam itu. Malam dimana hatinya benar-benar hancur. Dilemparkan dari harapan yang melambung tinggi kepada realita yang sangat pahit.
Raka melempar ponselnya ke ranjang. Masih dengan jaket di tubuhnya, ia melangkah menuju balkon. Mengintip sejenak, memastikan Bella tidak sedang berada di balkon, baru kemudian duduk di sana.
Raka tidak melakukan apa pun di balkon. Hanya duduk dan bernapas tentu saja. Raka menghela napas berat. Cowok itu mengangkat wajahnya menatap langit malam.
****
Bella keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang masih setengah basah. Ia meraih ponsel dan duduk di meja belajar.
Bella menghela napas lelah ketika melihat pemberitahuan di grup OSIS. Evan memberi tahu bahwa mereka harus menyelesaikan sisa stan besok ditambah mengecek kesiapan semua stan yang ada. Yang paling berat sih temen-temen yang bertugas untuk menyiapkan panggung dan keperluan di atasnya. Panggung dan alat musik harus siap besok karena 3 hari lagi sudah pensi. Lusa akan diadakan gladi bersih pensi dan persiapan bagi murid-murid yang membuka stan di acara ini. Ah, tidak terasa sebentar lagi puncak dari kelelahan mereka akhir-akhir ini akan berlangsung. Acara ulang tahun sekolah.
Bella mengecek pesan lain yang masuk. Ada pesan dari Dhila dan Rey yang belum sempat dibacanya. Bella membuka pesan dari Rey. Bella bersyukur Rey tidak menuntutnya untuk terus mengabari cowok itu. Rey sepertinya sangat paham kalau Bella sibuk dengan kegiatan pensinya.
Rey mengabari Bella bahwa tim futsalnya memenangi pertandingan futsal yang diadakan di Palembang. Cowok itu juga memberi tahu kalau ia dan teman-teman satu tim sedang jalan-jalan di Palembang malam ini. Bella tersenyum. Jari-jarinya bergerak membalas pesan-pesan dari Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...