Dulu, lo itu bintang buat gue. Bisa gue kagumi, tapi gak bisa gue miliki. Sekarang, lo lebih dari bintang karena pada akhirnya, lo bisa gue genggam dan miliki.
****
“Makasih.” Bella turun dari motor dan menyerahkan helmnya pada Raka.
Raka mengangkat alis lalu tertawa. “Sama pacar sendiri kok bilang makasih?” Cowok itu terkekeh melihat pipi Bella bersemu merah. Tangannya terulur mencubit pipi gadis itu. “Kenapa nih merah? Minta dicium ya?”
Mata Bella membulat. Gadis itu refleks mundur selangkah, mengantisipasi kalau-kalau Raka maju tiba-tiba seperti malam itu.
Raka tertawa lagi. Gadisnya ini benar-benar menggemaskan. “Sana masuk. Jangan lupa belajar. Minggu depan kita udah UAS.”
Bella mengangguk patuh lalu berbalik melangkah masuk.
“Jangan mikirin gue terus ya. Entar gue seneng,” teriak Raka ketika Bella membuka pintu rumah.
Teriakan itu sontak membuat Bella berbalik dan mencibir sebal meski pipinya makin memerah. Mengingat dirinya dan Raka resmi menjadi sepasang kekasih benar-benar membuat Bella ingin terbang begitu saja. Benar-benar menyenangkan.
Ah iya, ngomong-ngomong soal status, mereka memutuskan untuk tidak pakai aku-kamu ketika bicara. Katanya sih, Bella geli sendiri melihat si tengil Raka ngomong aku-kamu.
Bella membuka pintu, ingin masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat Raka masih duduk di motornya di depan pagar rumah Bella. “Sana balik. Ngapain masih di situ?”
“Mau liat pacar masuk rumah dulu baru pulang.”
Bella mendengus. “Rumah lo cuma di samping rumah gue, Ka. Gak usah lebay deh.”
Raka mengangkat alis. Cowok itu turun dari motornya, melangkah mendekat dan berhenti tepat di depan Bella. Ia memajukan wajah. “Bilang apa tadi?”
Bella refleks mundur selangkah, tapi Raka menahan lengannya. Hampir saja gadis itu limbung ke depan kalau lengannya tidak dipegang erat. Sumpah, Bella benar-benar deg-degan. Jaraknya dengan Raka hanya sejengkal.
Bella mengalihkan pandangannya dari mata Raka. “Eng-gak. G-gue gak ngomong apa-apa.”
Raka tersenyum geli. “Gak usah lebay deh. Masa gue liatin aja udah salting begini.”
Bella merutuk. “Udah sana pulang!” usirnya.
Raka terbahak dibuatnya. “Iya iya gue pulang.” Cowok itu mundur membuat Bella menghela napas lega. “Gue balik ya, jangan rindu.” Raka mengerling.
Bella mendengus. “Udah sana.”
Raka terkekeh. Tangannya lalu terulur mengacak puncak kepala Bella sekilas lalu berbalik menuju motornya yang masih terparkir di depan pagar rumah Bella.
Sebelum naik ke atas motor, Raka menyempatkan diri berbalik menatap Bella yang belum masuk ke rumahnya. Cowok itu tersenyum miring. “Dari sini aja pipi lo keliatan merah.”
“RAKA!”
****
Bella baru saja memakai pakaian tidurnya setelah mandi. Gadis itu duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca catatannya. Minggu depan—atau tepatnya 5 hari lagi—sudah UAS. Ia harus mempersiapkan diri dengan baik menghadapi UAS kali ini.
Kadang kala Bella benar-benar malas dengan sistem UTS dan UAS yang diberlakukan di hampir tiap sekolah di Indonesia. Keduanya membuat gadis itu fokus memikirkan dua hal itu di setiap semester baru. Seolah tak ada agenda lain di semester itu kecuali ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...