Forty Two -Zone Compatible-

274 25 181
                                    

Bella menggigit bibir bawah menahan teriakan keluar dari bibirnya. Gadis itu buru-buru masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya. Bella duduk di pinggir kasur. Cewek itu meremas ujung jaket Raka yang masih ia pakai. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Sumpah ya. Bella tuh gak bisa ngerti jalan pikiran Raka. Cowok itu terlalu tiba-tiba. Serba tiba-tiba. Tiba-tiba ngejauh, tiba-tiba ngilang, tiba-tiba minta kesempatan, tiba-tiba balik lagi, tiba-tiba—

Bella mencicit kecil. Tangannya meremas ujung jaket hitam itu lebih kuat. Ingin berteriak takut disangka gila karena sudah malam.

Raka itu kalau lagi serius tingkat kegantengannya naik drastis gitu aja. Bella juga gak ngerti tuh cowok pake mantra apa.

Bella menggigit bibir bawahnya lagi ketika mengingat kejadian yang baru dialaminya sekian menit yang lalu.

Suara rendah cowok itu, tatap dalamnya, hangat genggaman tangannya. Sial, mengingatnya saja Bella sudah mau pingsan begini.

Bella meraih ponsel di sakunya ketika benda tipi situ bergetar.

Raka : goodnight

Raka : jangan lupa tidur

Raka : jangan mikirin gue terus kan tadi dah dapet bonus spesial

Bella melengos begitu saja. Nih cowok gak bisa biarin jantungnya istirahat bentar ya? Baru juga jumpalitan dan sekarang cowok itu bikin jantungnya mendadak turun ke perut.

Waduh serem amat

Bella berdeham. Ah, gadis itu jadi salah tingkah sendiri padahal hanya ada dirinya bersama bayangannya saat ini.

Bella memperbaiki posisi duduknya. Ia merunduk pada ponsel yang kini digenggamannya. Jemarinya bergerak mengetikan kalimat demi kalimat tapi kemudian di hapusnya lagi. Ngetik lagi hapus lagi. Ngetik lagi hapus lagi.

Bella : apasih [delete]

Bella : hm goodnight too [delete]

Bella : iya lo juga jangan lupa tidur [delete]

"Ah anjir susah banget mau bales doang." Bella mendengus kesal. "Gue bales apa astaga ini gimana?"

Aneh juga melihat Bella jadi panic sendiri hanya perihal membalas chat seorang cowok. Semua karena lubang hitam yang bernama cinta. Lubang hitam yang merubah segalanya.

Bella menegak ketika ada balasan baru yang datang.

Raka : wkwk typing mulu tapi gak kekirim-kirim pesan lo

Raka : jangan grogi gitu dong kan cuma di pipi

Pipi Bella langsung memanas lagi membaca kalimat terakhir Raka. Cowok kampret.

Ah bodoamat. Mau jadi galak aja biar gak digodain terus.

Bella : apasih jahil

Bella tersenyum kecil tanpa sadar. Gadis itu mendorong tubuhnya ke belakang. Jatuh terlentang di atas ranjangnya.

****

Dhila mengernyit. Matanya menatap horor pada pemuda yang pagi itu sudah senyam-senyum najis sambil memasuki kelasnya. Pemuda itu menarik kursi di depan Dhila dan duduk di sana.

Dhila menoyor kening Raka pelan. "He, napa lo? Mabok?"

Raka terkekeh pelan. "Ya enggaklah. Gue anti mabok-mabok club ya. Paling mabok kalo makan boncabe kebanyakan doang."

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang