Aku mencintaimu dengan cinta yang tumbuh di tengah-tengah persahabatan ini. Akan bisakah kita bersatu?
****
"Kamu yakin udah mau langsung sekolah, Rey?"
Rey yang sedang mengunyah roti bakarnya mengangguk menganggapi pertanyaan Abelia.
Pagi itu Rey sudah berasa lebih fit. Dia memutuskan untuk sekolah karena tidak mau tertinggal pelajaran begitu jauh. Ya sebenarnya selain juga dia rindu dengan suasana sekolah apalagi dengan Bella.
"Pasti langsung sembuh karena kemarin dijenguk Bella ya?"
Uhuk
Rey buru-buru meminum susu cokelatnya kemudian menatap Abelia. "Ish, mama. Biasa aja tuh. Aku gak mau ketinggalan pelajaran makanya mau cepet sekolah."
"Bukannya gak mau nahan rindu buat ngeliat Bella?" Abelia mengerling jahil.
Anjir lah emak gue doang emang –batin Rey
"Enggak ma." Rey kembali mengunyah roti bakarnya.
"Oh gitu." Abelia tersenyum jahil kemudian ikut mengunyah roti bakar yang masih tersisa di piringnya.
"Ma, Rey berangkat dulu ya." Rey mengambil tasnya kemudian menyalami Abelia.
"Iya. Mau jemput bebeb dulu?"
"Hah?"
Abelia mendengus geli. "Itu loh si Bella. Udah sana jemput. Hati-hati di jalan." Abelia mendorong pelan punggung Rey menuju pintu.
Rey segera berlari menuju motornya. Takut diledekin lebih lama sama Abelia. Maklum, Abelia itu emak-emak gaul. Kadang Rey merasa beruntung karena bisa berbagi cerita tentang apa yang sedang hits sekarang. Tapi, kadang juga Rey merasa buntung. Contohnya seperti tadi, diledekin.
"Untung emak gue. Kalo kagak udah abis mukanya gue garot," gumam Rey. Dia mengenakan helmnya kemudian menjalankan motornya ke rumah Bella, menjemput gadis itu seperti biasanya.
****
"Loh, Rey? Udah sehat?" Bella memersilahkan Rey masuk ke rumahnya.
"Udah nih. Bosen juga gue di rumah gaada kerjaan. Kalo sekolah kan bisa ngerecokin temen." Rey tersenyum lebar.
"Sesuka lo aja dah. Gue sarapan dulu. Lo mau ikut gak?" Bella berdiri dari sofa ruang tamu, masih menatap Rey. Seperti hatinya yang terus menatap lelaki itu dan tak pernah berpaling.
"Gak deh. Gue udah sarapan tadi. Lo makan aja, gue tungguin di sini."
Bella mengangguk sekilas kemudian melangkah ke ruang makan. Ada Wila yang tengah mengoles selai di sana. Bella mencium pipi Wila sekilas sebelum dia mendudukkan diri di kursi makan.
"Siapa yang manggil tadi Bel?"
"Rey ma," jawab Bella sebelum dia memasukkan roti ke mulutnya.
"Loh? Udah sembuh dia?"
"Iya katanya dia bosen di rumah gaada yang bisa direcokin."
Wila tersenyum geli. "Yaudah buruan makan. Biar mama temenin Rey dulu."
Bella mengacungkan jempol kemudian kembali melahap rotinya.
Sekitar lima menit kemudian, setelah sarapannya habis, Bella berlari kecil menuju kamar, mengambil tasnya. Setelah itu dia menuju ke ruang tamu, dimana Rey dan mamanya tengah berbincang kecil.
"Rey, ayo gue udah siap. Ma, Bella berangkat ya." Bella menyalami punggung tangan Wila. Diikuti dengan Rey.
"Nih." Rey menyerahkan helm kepada Bella ketika mereka sudah sampai di luar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...