Twenty Three -Zone Compatible-

338 28 64
                                    

Raka melangkah ke salah satu meja di kantin yang sudah ditempati oleh seorang gadis. Gadis itu tengah menyantap baksonya. Raka duduk di seberang gadis itu. Sebelah tangannya membawa botol air minum kemasan.

Dhila, gadis yang tengah menyantap bakso itu, mengangkat kepala. "Lo darimana? Lama amat."

"Tadi ngantri lama."

Dhila mengernyit. Perasaan dari tadi antre-an di tempat jajan tidak panjang. Ah, jangan main perasaan deh entar sakit.

"Bukannya antriannya enggak panjang?"

Raka hanya mengedikkan bahunya.

Dhila mendengus. "Gausah boong. Gue tau lo lama bukan karna ngantri lama."

"Sok cenayang lo."

"Ck, serah lo. Gue doain kalo boong idung lo panjang kaya pinokio."

"Gapapa. Biar tambah mancung."

"Mancung ke dalem."

Raka terkekeh pelan. Ia menghela napas pelan. "Iya."

Satu alis Dhila terangkat. "Apanya yang iya?"

"Gue lama bukan karena antri."

"Jadi?"

Raka memainkan tutup botol kemasan di hadapannya. "Gue ke perpus tadi?"

"Ngapain?"

"Anterin makanan buat Bella."

Uhuk.

Dhila tersedak kuah bakso. Gadis itu buru-buru menyambar minumannya.

"Lo serius?"

Raka mengangguk pelan. Matanya masih menatap tutup botol kemasan di tangannya itu.

"Jadi lo gak jauhin dia?"

Raka menggeleng.

"Serius anjir. Lo ngangguk geleng doang kaya gak punya mulut."

"Gue tadi ngasihnya sembunyi-sembunyi. Kebetulan dia tidur. Tapi--"

"Tapi apa?"

Raka mendengus kemudian menyentil kening Dhila. "Ya ini gue mau cerita lo motong mulu. Emangnya kue ulang tahun?"

"Ya kan gue gasabar. Terus gimana?"

"Pas gue ngasih gue khilaf ngelus rambutnya." Raka mendengus melihat Dhila tertawa meledek. Gadis itu memang pendukung Raka-Bella nomor 1. "Terus dia gerak. Jadi gue langsung mau kabur. Pas gue baru jalan, si Fredi manggil. Nanyain kaki gue. Jadi gue sempet beberapa detik noh di sono. Gue sih berharap dia galiat gue."

Dhila tertawa geli. "Katanya udah gak mau peduli. Tapi diem-diem peduli. Ah, elo mah sebatas niat doang. Semoga Bella liat dah. Amin."

"Semoga enggak."

"Kalo dia gak liat gue yang kasih tau entar."

"Setan lo."

****

Bella mengemasi barang-barangnya. Jam kelima ini, semua pengurus OSIS harus berkumpul untuk persiapan pensi. Itu artinya Bella akan bertemu dengan Dhila. Bella harus tanya ke Dhila soal Raka tadi.

Bella membawa ranselnya keluar kelas. Seperti biasa, Dhila sudah menunggu di depan kelasnya.

"Kita disuruh kemana Dhil?" tanya Bella.

Dhila masih fokus dengan ponselnya. Mengecek pemberitahuan dari Evan dimana mereka harus berkumpul.

"Kalo kata Kak Evan sih di ruang OSIS dulu. Bagi tugas lagi. Kan kemaren udah beberapa diselesain sama anak kelas sebelas."

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang