"Anjer serius dia nanya begitu?"
Dhila mengangguk singkat dan kembali menyedot es teh di gelasnya. "Berarti dia tinggal butuh diyakinin lagi sama perasaan lo."
Raka memangut paham. Cowok itu tengah duduk bersebrangan dengan Dhila yang baru saja menceritakan apa yang tadi malam. Dimana Bella bertanya hal langka pada Dhila. Hal langka.
Raka mendecak. Ia tersenyum kecil. "Coba aja dari dulu dia udah nanya gitu. Kan gue bisa gas langsung. Kalo sekarang harus sembunyi-sembunyi karena Rey dah balik."
Dhila mendengus kesal kemudian menjitak kening Raka. "He curut lo lupa yang bikin dia baru nanya kemaren siapa? Elo sendiri. Lo yang ngejauh dia yang disalahin. Geblek."
"Ya gue baru yakinnya sekian jam sebelum Rey balik ke Jakarta." Raka mengusap keningnya. "Lo gak balik ngurus pensi? Udah jam segini."
Dhila meneguk minumannya. "Ini gue mau ke sana. Nunggu Kak Fania sama Kak Melvi. Mereka masih di kelas ngambil barang buat stan kelas mereka sama temen-temennya yang lain." Dhila beranjak dari duduknya. "Gue cek ke kelas mereka aja deh biar cepet."
"Oke. Nanti salamin ke Bella ya." Raka mengerling.
"Najis." Dhila melangkah meninggalkan Raka yang terbahak mendengar balasan singkat gadis itu.
Raka tersenyum. Ah, moodnya benar-benar naik drastis karena cerita Dhila tadi. Cowok itu beranjak menuju lapangan yang sudah mulai ramai.
Hari ini memang tidak ada pembelajaran karena semua siswa diperbolehkan menonton pensi berupa perlombaan.
Perlombaan dalam rangka HUT Starki ini diadakan seperti got talent. Jadi peserta bebas menampilkan apa saja asal masih dalam cabang seni. Jadi penampilan tidak monoton.
Raka menyusuri lapangan yang ramai dengan murid-murid STARKI sesekali tersenyum membalas sapaan cewek-cewek yang melewatinya. Ah, cowok tampan yang ramah itu memang sasaran empuk.
Raka tersenyum lebar ketika mendapati Bella sedang memberikan dua lembar kertas berlaminating pada Reva dan Diko yang kata Dhila akan menjadi MC di acara kali ini. Raka melangkah ke arah Bella ketika Reva dan Diko sudah berlalu meninggalkan gadis itu sendirian.
"Bella."
Bella menoleh. Matanya membulat. Sial. Cowok ini lagi.
Bella berdeham. "Kenapa?"
Satu alis Raka terangkat ketika melihat pipi Bella memerah. Cowok itu menahan tawanya agar tak keluar.
Yaelah baru disapa udah blushing gini gimana kalo gue cium -batin Raka.
Raka berdiri di depan Bella. Sedikit merunduk karena tinggi cewek itu memang di bawahnya. "Lo tugas apa?"
"Em, g-gue di bagian stan. Jaga-jaga kalo ada yang butuh bantuan teknis."
"Bareng siapa aja?" Raka masih merunduk menatap Bella lekat.
Sementara itu yang ditatap malah mengalihkan pandangannya. Berusaha tidak menatap mata Raka. "Ah, ada Kak Fania, Ridho, Gio, Rachel, sama Bang Eza."
Raka memangut. Ia menepuk pundak Bella. Sebenarnya ingin menepuk puncak kepala gadis itu tapi karena di sekolah dan pasti ada yang melapor pada Rey, Raka jadi mengurungkan niatnya. Meski keinginan memiliki Bella sangat besar, cowok itu masih menghormati Rey sebagai kekasih Bella sekarang.
"Jangan kecapean."
Bella terdiam ketika tangan hangat itu menyentuh pundaknya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Em, iya. Thanks." Sial pipinya makin memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...