Twenty Eight -Zone Compatible-

304 28 22
                                    

Jam menunjukkan pukul 6 kurang 15 menit. Bella baru saja keluar dari kamar dengan ransel bertengger di pundaknya. Gadis itu melangkah menuju meja makan. Sudah ada sarapan di sana.

Semalam, Wila memberi tahu bahwa beliau akan pergi ke luar kota karena ada urusan kantor. Jadilah Bella hari ini akan dijemput oleh Dhila untuk berangkat ke sekolah. Malam ini, Dhila juga akan menginap di rumahnya sekalian menemani gadis itu agar tidak sendirian.

Bella menghabiskan sarapannya, kemudian melangkah ke teras. Memakai sepatu dan menunggu Dhila di sana. Bella juga sudah menyiapkan helm yang ia letakkan di atas meja teras. Bella menghela napas pelan. Ah, helm ini yang diberikan Raka ketika ia berjanji akan antar jemput Bella selama Rey di Palembang.

Bella mendengus singkat sebelum meraih ponsel di saku jaketnya. Ia merasakan getaran dari benda pipih itu. Telpon dari Rey.

Bella mengangkat panggilan itu kemudian meletakkan ponsel di telinga kanannya.

"Halo."

"Halo. Pagi. Kamu udah sarapan?"

"Udah kok. Kamu gimana?"

"Aku lagi nunggu temen-temenn yang lain buat sarapan. Hari ini aku lanjut jalan-jalan sekaligus nyari oleh-oleh buat kamu nih. Mau dibeliin apa?"

Bella tersenyum tipis. Ia menggeleng singkat, berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang tiba-tiba singgah di otaknya. "Apa aja deh. Yang unik gitu."

"Oke, tuan putri. Dhila sama Raka mau dibeliin apa? Itung-itung tanda terima kasih karena mereka udah jagain kamu."

"Ah, iya, nanti aku tanyain."

"Oke. Kamu berangkat sama siapa?"

"Sama Dhila. Tapi dianya belum nyampe. Mama kan ke luar kota." Bella memainkan kaca helm yang kini berpindah ke pangkuannya.

"Kenapa gak bareng Raka? Kan lebih deket."

"Ah, sekalian Dhila mau nitip baju kan dia nginep nemenin aku selama mama ke luar kota."

"Oh gitu. Yaudah bagus deh kalo kamu sama Dhila. Aku agak cemburu sih kalo kamu sama Raka."

Bella mengernyit. "Kenapa cemburu sama Raka?"

Bella mendengar kekehan Rey dari sebrang telepon. "Ya gapapa sih. Aku ngerasa cemburu aja. Mungkin karena gak suka lihat kamu sama cowok lain."

"Ah, iya. Aku kan temenan sama dia. Sama kayak aku juga temenan sama Dhila." Bella menggigit bibir bawah berusaha menahan debaran jantung yang tiba-tiba lebih cepat.

"Iya. Tapi kan kita awalnya juga dari temen. Aku cuma cemburu aja liat dia bisa bikin kamu ketawa lepas di saat tertentu."

Bella terkekeh pelan. "Berarti aku sama Dhila juga kemungkinan bisa saling suka dong?"

"Itumah beda lagi, Bella. Pagi-pagi udah ngelucu aja pacar aku. Untung beneran lucu kamunya."

"Ish, kamu mah. Sana sarapan."

Rey tertawa. "Yaudah aku ke ruang makan dulu ya. Ini juga temen-temen udah pada siap."

"Oke. Have fun ya kamu."

"Sip. Sampai ketemu besok."

Deg.
Sampai ketemu besok. Tinggal besok.

"Sampai ketemu."

Bella meletakkan ponselnya di atas meja teras. Gadis itu menghela napas panjang. Dalam hati memaki kenapa harus diingatkan soal Raka lagi. Apa hidupnya memang tidak bisa tanpa Raka?

Zone Compatible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang