Bella keluar kamar mandi dengan rambut setengah basah. Tubuhnya telah dibalut dengan seragam khas SMA Starki.
Dhila sudah mandi duluan. Gadis itu menunggu sang pemilik rumah di lantai bawah.
Bella merapikan rambutnya panjangnya yang sengaja tidak ia ikat karena masih basah. Kemudian ia melangkah menuju lemari untuk mengambil jaketnya.
Bella terdiam sejenak sebelum akhirnya tangannya terjulur meraih jaket hitam Raka tadi malam. Jaket itu memang ia letakkan di sana tadi malam. Gadis itu menghela napas pelan ketika mengingat kejadian yang terjadi antara dirinya dengan Raka kemarin.
Flashback off
Raka menatap Bella lekat-lekat. "Jadi, boleh gue minta kesempatan untuk kembali perjuangin lo?"Pernahkah kalian mengharapkan sesuatu terjadi, tapi ketika hal itu terjadi kalian justru bingung harus melakukan apa? Itulah yang dialami Bella. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Perasaannya benar-benar campur aduk. Sejujurnya itu adalah kalimat yang selama ini Bella tunggu. Tapi, ketika kalimat itu keluar dari bibir Raka, Bella justru bingung harus bagaimana.
Ini suasana paling aneh yang pernah terjadi di antara keduanya. Selama ini mereka selalu bertengkar dan meributkan hal-hal kecil. Tapi, kini? Ah, ternyata pertengkaran mereka selama ini adalah bumbu kisah cinta keduanya.
Raka terus menatap Bella yang tengah menunduk. Tangannya meremas tangan gadis itu. "Lo gak harus jawab sekarang kalo lo belum bisa." Raka mengusap puncak kepala Bella. Entah ini kesalahan atau bukan ketika ia melakukannya pada gadis yang berstatus kekasih orang lain.
Bella masih menunduk. Jantungnya berdegup lebih cepat ketika tangan Raka mengusap puncak kepalanya. Bella tidak bisa memungkiri kalau usapan itu benar-benar nyaman.
Raka menurunkan tangannya kembali. Ia menatap Bella lekat. Tangannya menyentuh dagu gadis itu. Raka menaikkan wajah Bella untuk menatapnya.
"Gue gak maksa lo jawab sekarang kok." Raka tersenyum tipis. "Lo istirahat gih. Besok harus OSIS kan?"
Bella mengangguk pelan. Ia melepas jaket Raka.
"Jaketnya sama lo aja. Gue ambil besok pas pulang sekolah."
Lagi. Bella hanya mengangguk. "G-gue masuk dulu."
Raka tersenyum. "Mimpi indah, Bel."
Hati Bella berdesir hangat. Ia menggigit bibir bawahnya. Bella membuka pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon ini. Gadis itu masuk ke kamarnya.
Raka sudah siap melompat kembali sebelum sebaris kalimat terdengar dari bibir gadis itu.
"Lo gak perlu minta kesempatan, karena entah kenapa hati gue selalu kasih kesempatan buat lo."
Pintu ditutup.
Flashback off
Bella menutup wajahnya yang sudah memerah. Ia mengutuki pikirannya yang tiba-tiba dipenuhi dengan kejadian tadi malam.
Sial. Kalimat itu benar-benar keluar begitu saja. Dia sudah memiliki Rey tapi kenapa ia memberi Raka kesempatan? Bahkan mengatakan kalau hatinya selalu memberi kesempatan untuk cowok itu.
"BELLA, LO MASIH LAMA GAK DI ATAS? BURUAN SARAPAN!"
Teriakan Dhila membuyarkan lamunan Bella. Ia segera meraih jaket dan ranselnya, kemudian turun ke ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zone Compatible ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Kompatibel : bergerak sesuai keserasian, kesesuaian Kadang kita menilai diri sebagai protagonis padahal tanpa sadar kita menjadi antagonis untuk orang lain. Sebuah kisah sederhana tentang cinta dan ketulusan. Start : [20 November...