Aster's POV
Sialan. Aku tidak tahu bagaima caranya menghindari Louis. Ya, Louis. Pria yang pernah bercinta denganku dulu semasa aku masih kuliah. Sebenarnya ini kecelakaan. Oke, aku akan bercerita pada kalian.
↪Flashback on
Aku sudah menghabiskan lima gelas minuman dan kepalaku kini mulai pusing. Kini aku dan Gwen, temanku sedang berada di club untuk sekedar bersenang-senang. Sebenarnya Gwen tidak mau, tapi aku memaksanya. Jadi dia tidak minum. Ia hanya menemani aku.
Aku tertawa sendiri entah kenapa. Oke, ini adalah pengaruh alcohol yang kuminum. Kulihat Gwen menaruh ekspresi bingung pada wajahnya dan berdiri entah kemana meninggalkanku. Tapi dia sempat berkata, "Aku akan mencari orang yang bisa membantumu. Sebentar." At least, itu yang kudengar karena aku sedang mabuk.
Tak lama kemudian, seorang lelaki yang memakai jaket jeans duduk di sampingku dan merangkul bahuku. "Hai sweetie."
Aku tertawa dan memegang pipinya. "Hai honey."
Dia menatapku lalu berkata, "Sepertinya aku kenal denganmu. Kau Aster bukan?" Tanyanya memastikan. Darimana dia tahu namaku?
"Iya, aku Aster. Kau mengenalku?"
Dia tertawa lalu mengangguk. "Tentu saja. Kita satu kampus."
Aku hanya ber oh-ria saja. Setelah itu mata biru ku bertemu dengan mata birunya. Sungguh, kali ini aku tidak bisa mengalihkan pandangan mataku dari matanya. Dia meraih leherku dan mendekatkan wajahku kepada wajahnya dan melumat bibirku. Aku pun membalas ciumannya karena jujur, bibir tipisnya sangat manis. Terakhir kali aku memcium pria adalah dua minggu yang lalu. Kalian tidak perlu tahu siapa.
Ciuman kami memanas. Pria ini melepaskan bibirnya dari bibirku. Namun dahi kami masih saling menempel. "Aku Louis."
Aku terkekeh dan melumat bibirnya. Entah kenapa bibirnya membuatku candu. Sangat kissable. Aku memperdalam ciumanku namun tak lama dia menjauhkan wajahnya dan menatapku. "Bad girl, huh?"
"Shut up. I want more, please?"
Flshback off ↩
Damnit! Jujur, aku memang bukan perempuan manis yang selalu berprilaku baik. Aku minum, merokok, bercinta, dan yang lainnya. Aku tidak ingin munafik. Aku mengaku kepada kalian semua.
Apalagi saat aku masih highschool. Aku benar-benar kelewatan. Namun aku sedikit mengurangi kenakalan ku ketika aku menginjak usia duapuluh satu tahun. Oke, sedikit. Dan sekarang aku berumur duapuluh dua tahun, by the way.
Café sudah tutup. Aku pun berganti baju ke bajuku yang semula dan mengambil tas milikku. Lalu aku berjalan menghampiri Louis yang menungguku di meja. "Maaf membuatmu menunggu."
Dia mendongak melihatku lalu bangkit berdiri dan tersenyum kepadaku. Jujur, senyumannya sangat manis. "Bukan masalah. Ayo, aku kan mengantarmu pulang."
Aku dan Louis pun berjalan berdua keluar café menuju ke mobilnya.
»
"Haha, jadi sekarang kau memilih untuk bekerja di café itu?" Tanya Louis. Kini kami sedang mengobrol di dalam mobilnya selama perjalanan pulang. Awalnya aku takut kami akan canggung satu sama lain. Tapi kenyataannya tidak. Louis sangat asik.
"Yeah, untuk sementara. Sampai aku dapat panggilan kerja." Jawabku. "Oh ya, kalau kau?"
"Aku membantu dad ku mengurus club miliknya." Jawab Louis. Pandangannya masih fokus terhadap jalan. Wow, ternyata dia punya club sendiri. Jika aku jadi dirinya, mungkin aku akan setiap hari ke club. Oke, berhenti seperti jalang, Aster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfiction[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath