15

700 119 20
                                    

Aster's POV

Sial. Aku sedang bingung sekarang. Bingung tentang Harry tentu saja. Aku tidak tahu kemana ia pergi. Aku sangat ingin mencarinya tapi aku tidak tahu dimana aku harus mencarinya. Syukur jika ia masih di California. Bagaimana jika ia sudah di London?

Aku kini sedang berada di apartemen Florence. Aku memang bermalam disini karena saat tadi malam Harry pergi, aku butuh teman curhat dan tentu saja itu Florence.

"Relax, Aster. Aku yakin Harry belum ke London." Ucap Florence seraya memberikanku secangkir teh panas

"Tapi bisa saja dia ke London." Ucapku lalu aku mengambil secangkir teh panas itu dan meminumnya sedikit demi sedikit. Aku tidak ingin lidahku mati rasa.

"Jangan sok tahu. Kau bukan peramal, Aster. Jangan menyerah." Ucap Florence. Ugh, tapi gadis ini memang benar.

"Lalu? Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku lalu kembali meminum secangkir teh itu.

"Pergi ke tempat kerjanya, moron."

»

Aku mendorong pintu kaca yang ada di toko buku dimana Harry bekerja lalu aku langsung berjalan cepat ke bagian kasir. Aku pun bertanya kepada seorang gadis blonde yang menjadi petugas kasir tersebut. "Kau kenal Harry Styles 'kan?"

Dia terlihat bingung. "Harry Styles? Pria berambut keriting yang panas itu?"

What? Panas? But— oke, whatever. "Y-yeah. Kau kenal 'kan?" Tanyaku lagi dan ia mengangguk cepat.

"Ya, tentu saja aku mengenalnya. Dia ramah, tampan, dan ter—"

Ugh. "I know, okay? Aku hanya ingin bertanya. Apa kau melihat dia hari ini di toko?" Tanyaku memotong celotehannya. Dia benar-benar tidak punya tata krama.

"Oh, sorry. Tidak, aku tidak melihatnya." Jawabnya. Sialan, ternyata Harry juga bolos bekerja.

Aku berbalik dan sedikit berjalan menjauh dari meja kasir. Aku memijit pelipisku yang sedikit pusing karena bingung harus mencari Harry kemana.

"Aster?" Seseorang memanggilku dan aku kenal dengan suara itu. Aku melihat kedepan dan itu Liam.

"Hey, Liam." Jawabku pelan dan singkat.

"Tumben sekali kau datang kesini. Ingin membeli buku?" Tanyanya. Dan tentu saja aku menggeleng. Aku kesini untuk mencari Harry. Aku benci dengan buku.

"Aku mencari Harry. Kau melihat dia?" Tanyaku.

"Tidak. Aku tidak melihatnya," Jawabnya. "Namun tadi pagi aku melihat Niall kesini dan berbicara kepada Mr. Dunham--pemilik toko--kalau Harry tidak bisa masuk untuk dua hari ini. Aku juga tidak tahu kenapa." Lanjutnya.

Niall?

"Are you okay?" Tanya Liam yang membuyarkan lamunanku. Aku pun mengerjapkan mataku.

"I-im fine. Kau sibuk ya?" Tanyaku dan dia menggeleng.

"Tidak. Ini jam makan siangku. Ada yang bisa aku lakukan untukmu?" Tanya Liam.

"Bisa kau antarkan aku ke rumah Niall?"

»

"Thank you, Liam. Aku akan mentraktirmu lain kali." Ucapku lalu memberikan helm kepada Liam. Beruntung Liam membawa motornya.

Dia tersenyum kepadaku. "No problem. Semoga kau berhasil mencarinya. Aku pergi dulu. Daah." Ucapnya lalu ia menyalakan mesin motornya.

"Daah, hati-hati." Dia mengangguk lalu motornya pun melesat meninggalkan halaman rumah Niall.

Aku berbalik dan menatap rumah Niall. Aku menghela nafasku lalu berjalan memasuki halaman rumahnya. Aku menaiki tangga kecil lalu mengetuk pintu rumahnya. Kuharap Harry benar ada di rumah Niall.

Aku menunggu pintu terbuka dan tak lama pun pintu terbuka. Menampilkan seorang gadis kecil berambut pirang yang membukakan pintu untukku. Karena dia sangat kecil, aku pun membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan tinggiku. "Hai."

"Hai, aunty. Kau mencari siapa?" Tanyanya. Dia manis sekali.

"Uhm aku mencari Niall. Dia ada?" Tanyaku dan ia mengangguk.

"Ya! Dia ada. Dia sedang bermain xbox dengan temannya. Mau aku panggilkan?" Tanyanya dan aku mengangguk seraya mengelus kepalanya.

Dia tersenyum lalu berbalik dan berlari memasuki rumahnya. Aku menggelengkan kepalaku lalu duduk di kursi kecil yang ada di teras rumah Niall. Ah, anak kecil tadi sangat manis. Dan dia sangat mirip dengan Niall.

"Aster?" Terdengar suara Niall memanggil namaku. Aku pun mendongak dan benar. Itu Niall. Aku pun bangkit berdiri.

"Hai, Niall. How are you?" Tanyaku hanya untuk sekedar berbasa-basi.

"I-im good. Yeah," Jawabnya. "Ada apa kau datang kerumahku?"

"Uhm aku hanya ingin bertanya apa kau melihat Harry? D-dia meninggalkan apartemenku tadi malam. Kami bertengkar." Jelasku dan ia dengan cepat menggeleng.

"T-tidak. Aku tidak melihatnya." Jawabnya. Oh tidak, jangan-jangan Harry kembali ke London?

But wait, bukankah itu bagus?

"Really? Kau tidak melihatnya?" Tanyaku dan Niall menggelengkan kepalanya. "Oh, fine. Maaf mengganggu waktumu. Kau sedang bermain xbox dengan temanmu?"

Dia mengangguk. "Ya, darimana kau tahu?" Tanyanya.

"Dari gadis kecil yang membukakan pintu untukku." Jawabku. Niall terkekeh.

"Oh, Stella," Ucapnya. "Ya, aku sedang bermain xbox dengan temanku."

"Siapa?" Tanyaku. Aku tahu ini bukan urusanku. Tapi aku hanya ingin sekedar berbasa-basi.

"Ha— opps, makdsudku Harold. D-dia tetanggaku. Kau tidak keberatan kalau aku masuk 'kan?" Tanyanya dan aku mengangguk.

"Tentu saja tidak. Aku juga harus pulang. Sampai jumpa, Niall." Ucapku melambaikan tanganku seraya berjalan menuruni tangga kecil rumahnya. Dia juga melambaikan tangannya kepadaku.

"Daah. Hati-hati!" Ucapnya sedikit berteriak. Aku tersenyum sekilas kepadanya lalu memutar kepalaku kedepan dan berjalan mencari taksi.

Sial, aku takut Harry benar-benar sudah kembali ke London.

»

Happy sunday!!

Can't say anything but thanks for 1K readers!! Gue seneng banget because im an amateur writter so 1K readers itu berarti banget buat gue. And also thanks buat yang udah vote dan apalagi yang komen. Sumpah, gue seneng banget kalau ada yang komen apalagi nyepam. Kadang2 komen kalian buat gue ketawa loh haha *iyain

Buat yang masih malu2, jangan malu. Muncul aja gpp. Gue nggak gigit woy. Sumpah, sans aja sama gua mah. (ewh, sok asik mode on)

All the fookin' love
—Nida

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang