22

768 135 28
                                    

Author's POV

"Bagaimana keadaannya?"

Anne langsung bertanya saat dokter yang menangani Harry keluar dari ICU. Semuanya pun memusatkan perhatian mereka kepada dokter ini.

"Dia tidak papa. Tidak ada luka yang serius. Hanya saja ia masih butuh istirahat sekarang. Kalian tidak perlu khawatir."

Semuanya pun bernapas lega.

Langsung Aster berjalan mendekati kaca dan mengintip Harry dari kaca. Ia sedikit tersenyum mengetahui kalau keadaan Harry ternyata baik-baik saja.

Namun berbeda dengan Gemma. Ya, Gemma merasa aneh dengan Aster. Bukankah Aster pernah bilang kalau mereka tidak berteman dekat? Kenapa kini Aster berprilaku seakan-akan Harry adalah sahabat dekatnya. Bahkan.... Kekasih?

Tidak, itu tidak benar batinnya. Gemma menggelengkan kepalanya memcoba menghilangkan semua pikiran negatifnya. Ia menghampiri Anne dan Beverly.

"Mom. Kita masuk kedalam?" Tanya Gemma dan Anne pun mengangguk. Aster mendengar percakapan Gemma dengan ibunya. Aster pun mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia tahu dimana posisinya.

Aster hanya tersenyum tipis ketika Gemma, Anne, dan Beverly masuk ke ruang ICU. Niall dan Louis kini menghampiri Aster.

"Kau bisa nanti Aster. Ayo kita pulang." Ajak Niall. Aster menggeleng. Ia tidak ingin pulang.

Louis merangkul bahu Aster. "Oke, kau tidak mau pulang?"

Aster menggeleng.

"Fine, then. Tapi kau harus makan dulu. Kau belum makan 'kan?"

Aster kembali menggeleng.

"Kita sekarang harus makan," Ucap Louis kepada Aster lalu ia menoleh kepada Niall. "Niall? Kau ikut kami?"

"Tidak, aku sebaiknya pulang. Besok aku dan Liam akan kesini untuk menjenguk Harry. Jaga Aster oke?"

Louis mengangguk.

Niall pun berjalan meninggalkan Aster dan Louis berdua. Setelahnya, Louis mengajak Aster untuk makan di cafetaria yang ada di rumah sakit.

»

Aster kini sedang menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. Ia begitu tidak bersemangat. Ia merasa sangat cemas akan keadaan Harry. Dia saja baru makan tiga sendok dari satu jam yang lalu. Bahkan makanan yang kini ia makan sudah dingin.

Louis yang duduk di depannya menghela nafansya melihat Aster yang begitu sedih ini. "Aster, makanlah. Makananmu sudah dingin."

Bukannya menuruti apa kata Louis, Aster malah mendorong piring makanannya menjauh. "Aku kenyang."

Louis memutar matanya dan ia mengambil piring Aster lalu memakannya. "Bagus. Aku lapar."

Baru saja memasukkan satu suap kedalam mulutnya, ponsel Louis berbunyi. "Halo? Honey, aku tidak bisa pulang sekarang. Makdsudku? Aku akan menjelaskannya kepadamu nanti. Tidak, aku tidak berselingkuh. Calm your tits, Tiffany. Yaya, i know. Goodnight."

"Tiffany?" Tanya Aster.

Louis mengangguk. "Ya. Dia menyuruhku pulang untuk menjelaskan semuanya tapi aku bilang aku tidak bisa pulang sekarang."

"Pulanglah. Aku bisa sendiri di sini. Katakan pada Tiffany kalau aku meminta maaf." Ucap Aster. Louis malah terkekeh.

"Hey kau tidak perlu meminta maaf. Ini hanya rencana okay? Dan lagipula rencana ini berhasil. Ia sempat meminta maaf kepadaku tadi saat aku berkata kalau ia jarang memperhatikanku." Ucap Louis.

"Tapi korbannya adalah Harry." Lanjut Louis. Aster menundukkan kepalanya.

"Aku ingin bertemu dengannya, Lou." Lirih Aster. Louis mendongak menatap lembut Aster.

"Kita kembali ke ruang ICU, okay?"

Aster mengangguk dan mereka pun berjalan pergi menuju ke ruang ICU.

»

Sesampainya di ruang ICU, Aster berhenti. Ia berbalik dan menatap Louis. Tersirat ketakutan di matanya. "L-lou. Bagaimana kalau Ha—"

"Shhh, masuklah. Jangan berpikiran yang buruk. Aku akan menunggumu disini, okay?" Aster mengangguk. Aster kembali menghadap depan. Jantungnya berdegup begitu kencang. Ia memegangi dadanya dengan kedua tangannya dan mulai mengatur nafasnya agar normal kembali. Setelah dirasa siap, ia perlahan memutar kenop pintu dan mendorongnya.

"Aster?" Suara serak Harry langsung terdengar oleh Aster. Aster tersenyum mendengar Harry memanggil namanya. Namun senyumnya langsung luntur begitu saja saat melihat seseorang yang ada di samping Harry.

Beverly. Gadis itu sedang duduk tersenyum di samping Harry. Tangannya berada di genggaman tangan Harry.

"Hi H-harry." Dan Aster, ia mencoba untuk tidak cemburu dengan Beverly. Ia tahu Harry tidak mencintainya.

Harry tidak mencintai Beverly.

"Wow, kau datang? Kukira kini kau sedang bercinta dengan pria pendek itu. Masuklah Aster. Aku ingin mengenalkanmu kepada tunanganku yang cantik ini." Ucap Harry yang terdengar sangat sarkastik dan juga sangat tajam bagi Aster.

Beverly tersenyum kepada Harry. "Kita sudah berkenalan, Harry"

"Oh ya? Baguslah." Ucap Harry. Dan tak lupa dengan kekehan(palsu)nya.

Aster tidak bisa berada disini lagi. Matanya tak kuasa lagi membendung air matanya. Ia merasa sangat bersalah dan juga sedih. Ini pertama kalinya ia melihat Harry seperti ini. Ini pertama kalinya Harry mengeluarkan kata-kata yang dapat menohok hatinya.

Kini yang bisa Aster lakukan hanyalah melangkah mundur, menutup pintu, mengusap air matanya, dan berlari sejauh mungkin. Dia tidak peduli apa reaksi Harry. Dia juga tidak peduli kalau Louis mengejarnya dari belakang. Yang hanya ingin ia lakukan sekarang adalah menyendiri di tempat yang jauh.

Disisi lain Harry juga merasa bersalah. Namun bagi Harry, Aster pantas mendapatkan ini.

"K-kenapa dia?" Tanya Beverly.

"Entahlah. Mungkin suasana hatinya sedang buruk? Aku tidak tahu. Biarkan saja." Jawab Harry. Beverly hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengarahkan tangannya ke rambut Harry dan mengelusnya.

"I love you Harry."

Harry tersenyum tipis. "I love you too," Aster.

Fuck, he knew he can't say that to another girl. He just can say that to Aster. He only loves Aster.

But for now, he hates Aster.

»

Hehe :)

Salam manis dan pahitnya berjuang
—Nida yang sedang bertempur dengan soal-soal HOTS UN.

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang