28

725 128 35
                                    

Playlist:

» I try - Macy Gray
(Tapi kusaranin yg di cover sm Jasimne Thompson sih. Ada kok di mulmed)

Author's POV

Gadis malamg itu menggeliat di ranjangnya. Tidak, ia tidak tidur. Semalaman, ia hanya menatap langit-langit kamarnya. Matanya sedikit membengkak dan memerah karena tangisannya tadi malam. Dia mencoba untuk berhenti namun tidak bisa.

Perutnya sedikit perih mengingat ia belum memakan apa-apa dari semalam. Ia benar-benar kehilangan selera makannya. Namun ia tidak ingin menyentuh makanan atau bergerak keluar kamarnya. Ia merasa kakinya terlalu lemas untuk berjalan. Bahkan ia tidak masuk kerja hari ini.

Ponselnya yang ia taruh diatas nakas bergetar membuatnya menoleh kearah nakasnya. Dengan berat hati, ia memaksakan untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Ia lalu mengarahkan tangannya ke nakas lalu mengambil ponselnya. Terdapat satu pesan singkat dari seseorang.

Harry
Good Morning. Kau sudah bangun?

Harry
Abaikan. Aku hanya memeriksa keadaanmu sebelum aku lepas landas ke London. Aku sedang menunggu di bandara btw

Aster membelakkan matanya. Ia ingat hari ini adalah keberangkatan Harry ke London dan ia ingat bahwa pesawat Harry akan take off jam sepuluh pagi dan itu tandanya Harry sudah masuk kedalam pesawat sebelum pukul sepuluh.

Ia memang tidak ingin ikut dengan pria itu. Namun bukankah lebih baik jika ia menemuinya di bandara? Memberikan ucapan perpisahan dan pelukan terakhir kepada pria itu sebelum pria itu benar-benar pergi? Ya, ia harus datang dan memberi ucapan perpisahan untuk Harry. Dia tidak boleh diam di kamarnya terus.

Ia pun melihat jam di ponselnya. Sial, sekarang sudah pukul sembilan. Tidak papa. Setidaknya ia punya waktu kurang lebih limapuluh menit untuk bisa sampai kesana.

»

Aster berdiri di depan cerminnya memandang pantulan dirinya di cermin. Merapikan rambut coklatnya dan, wait, dia merasa sangat aneh dengan matanya. Begitu besar dan merah. Dia tidak mungkin bertemu dengan Harry dengan keadaan seperti ini. Tidak boleh. Dia pun berpikir bagaimana cara menutupinya.

Kacamata hitam. Dengan sigap, ia meraih kacamata hitamnya yang ia taruh diatas meja riasnya lalu mengambil sling bag nya lalu berlari keluar apartemennya. Karena terlalu terburu-buru, ia sampai lupa mengunci pintu apartemennya dan bahkan pendingin ruangan kamarnya masih menyala.

Ia berdiri di halte melambaikan tangannya ke jalan sampai sebuah taxi berhenti. Ia langsung masuk kedalam taxi itu dan memberitahu sang supir tujuannya.

Selama perjalan, ia hanya bisa menyenderkan kepalanya ke jendela dan menatap jalanan yang sedikit padat. Ia juga sesekali melirik arlojinya. Memastikan ia tidak telat.

Aster bisa saja berteriak menyesal jika ia telat datang ke bandara. Semalam ia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada Harry karena ia mulutnya terlalu kaku untuk memgucapkan itu. Bahkan ia tidak meninggalkan senyuman ataupun ucapan selamat malam kepada Harry. Entahlah, ia masih tidak bisa menerima kenyataan. Karena ya, kenyataan memang terkadang sangat pahit.

Ia kembali menatap jalanan. Jalanan yang semakin padat membuatnya resah. Bisakah ia sampai di bandara dengan tepat waktu? Tidak. Tidak akan mungkin bisa.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Sialan, batinnya. Ia pun memberi uang kepada sang supir taxi. "Aku rasa aku akan turun sekarang. Ini uangnya. Kembaliannya ambil saja."

Setelah sang supir mengucapkan terimakasih, Aster pun dengan cepat turun dari taxi dan berlari melewati beberapa mobil. Sampai-sampai beberapa pengendara membunyikan klaksonnya bermakdsud menegurnya. Namun siapa peduli? Yang ia pedulikan sekarang adalah Harry.

Him And I » Styles [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang