Author's POV
Aster membuka matanya perlahan dan melihat sekitarannya. Ia memasang ekspresi bingungnya. Kenapa aku tidur di sofa? Pikirnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan mengusap matanya.
Setelah ia rasa sudah kuat untuk bagun, ia pun berdiri dan berjalan ke dapur. Tertempel sebuah note kecil di kulkas.
Hey Aster, It's Louis and Tiffany.
Semalam kami menginap dan kami harus pergi sangat pagi karena aku harus menemui dad ku dan Tiffany mempunyai urusan pekerjaan. Dan adikmu pergi tadi malam entah kemana. Kuharap kau baik-baik saja.
-lou and Tiffany
Aster sedikit terkejut mengetahui bahwa semalam Louis dan Tiffany menginap di rumahnya.
Ia ingat apa yang terjadi semalam.
Aster merasa sedikit pusing. Ia lalu mengambil Aspirin di kotak obat dan meminumnya. Setelah pusingnya sedikit mereda, ia berjalan membuka laci atas dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimasak namun kosong. Tidak ada apa-apa. Hanya ada spaghetti dan itu pun sudah lama dan sepertinya sudah basi. Aster merasa sangat lapar. Ia pun memutuskan untuk membeli beberapa bahan makanan di supermarket.
Ia mengambil ponselnya dan memakai outernya. Ia lalu keluar dan menutup pintu apartemen dan menguncinya. Ia menaruh kuncinya di saku belakang celananya lalu berjalan ke supermarket yang terletak di lobby apartemen.
Ia tak lama pun sampai di supermarket tersebut. Ia mulai mengambil beberapa bahan makanan dan membawanya ke kasir. Setelah kasir mentotal semua barang belanjaannya dan menyebutkan jumlahnya, Aster pun membayarnya. Setelah itu ia berjalan kembali ke unit apartemennya.
Baru ia berjalan sampai depan lift, ponselnya berdering. Ia menghentikan langkahnya lalu mengambil ponselnya yang ia taruh di saku belakang celananya.
Itu panggilan masuk dari Blake.
"Aster? Kau di apartemen?"
"Ya, aku diapartemen. Aku habis membeli beberapa kebutuhan makanan. Kau dimana?"
"Aku dirumah temanku. Jaga dirimu. Aku akan kesana nanti siang, oke?"
"Yeah, hati-hati. Bye."
Aster mematikan ponselnya lalu kembali memasukkan ponsel itu kedalam saku celananya.
Ia lalu masuk kedalam lift menuju lantai unit apartemennya.
Sesampainya di lantai dimana unit apartemennya berada, ia berjalan di lorong hingga sampai di depan pintu apartemennya. Ia menaruh belanjaannya di lantai lalu mencari kunci apartemennya.
"Sial. Dimana kunci apartemenku?" Ia terus merogoh sakunya hingga ponselnya pun terjatuh. Ia sedikit membungkuk untuk mencari kemana kuncinya pergi namun sebuah kaki yang berdiri tepat di depannya menghentikannya dan membuatnya perlahan kembali menegak.
Seorang pria dengan rambut keriting bermata hijau sedang menunjukkan sebuah kunci di tangan kanannya dan tersenyum. "Mencari ini, nona?"
Aster menjatuhkan rahangnya. Ia terkejut. Sangat sangat terkejut. Bagaimana bisa Harry ada disini?
Tidak, ini tidak mungkin sunghuhan, pikirnya.
"H-harry?"
Harry tersenyum manis dan mengangguk pelan. "Ya, it's me."
Aster melangkah mundur menjauhi Harry hingga pungunggnya menempel dengan pintu. "Tidak, tidak mungkin. Ini pasti hanya mimpi. Tidak mungkin."
Harry mengarahkan kedua tangannya ke kedua bahu Aster. "Hey, ini nyata. Ini sungguhan. Ini bukan mimpi."
Aster merasakan dirinya ingin menangis. Harry yang mengetahui itu langsung membawa Aster kedalam dekapannya.
"Harry, i miss you."
"I miss you too. See? Aku pasti mengunjungimu lagi. Aku tidak akan pernah melupakanmu."
Mereka melepaskan pelukan mereka. Aster menghapus air matanya. Ia bahagia Harry disini namun itu tidak bisa menghapus kenyataan bahwa Harry kesini hanya untuk mengunjunginya. Pria itu sudah menikah sekarang.
"Kau tahu? Ini persis sekali dengan awal pertemuan kita."
Perkataan Harry membuat Aster berpikir. Ya, benar. Kejadian ini memang pernah terjadi.
"W-wow. Yeah, kau benar. Hanya saja ada yang berbeda."
Harry mengerutkan alisnya. "Apa?"
"Dulu kau kesini sebagai seseorang yang kabur dari perjodohannya. Sekarang hanya sebagai teman yang mengunjungi temannya." Ucap Aster sedih. Harry terkekeh.
"Tidak ada yang berbeda Aster. Semuanya sama. Sangat sama."
Perkataan Harry barusan membuatnya bingung. "M-makdsudmu?"
Harry menunjukkan Aster kelima jarinya yang tidak terpasang cincin sama sekali. "See? I'm not married yet, Aster."
Aster terkejut. "J-jadi k-kau?"
"Yeah. Aku kembali kabur dari perjodohanku. Aku kabur sehari sebelum pernikahanku berlangsung
Seharusnya pernikahanku dilangsungkan hari ini."Aster membelakkan matanya. "Harry! Tidak seharusnya kau kabur lagi. Ak—"
"Shhh, aku tahu, aku tahu. Tapi aku tidak ingin membuat kesalahan bodoh lagi."
Aster menaikkan sebelah alisnya. "Kesalahan... Bodoh?"
"Yeah. Kesalahan bodoh dengan lebih memilih menikahi seorang pengkhianat dibandingkan dengan gadis aneh sepertimu jadi," Harry berlutut di depan Aster. Ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari sakunya dan menunjukkannya kepada Aster. Harry perlahan membuka kotak itu dan tampaklah dua buah cincin yang indah. "Will you marry me?"
"Harry, ini gila."
»
SATU CHAPTER LAGI DAN HABIS ITU EPILOGUE HAHAHAHA BYE! ♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfiction[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath