Aster's POV
Aku membuka mataku dan aku merasakan tangan seseorang sedang memelukku. Aku pun sedikit melirik kebelakang dan terlihatlah Harry yang masih tertidur di sampingku. Aku berbalik dan memperhatikan setiap inci wajahnya.
Aku menekan-nekan dimplesnya dan memegang rambut keritingnya dan menyingkapnya sehingga rambut itu tidak menghalangi wajahnya. Wajahnya sangat damai dan tenang. Aku dapat mendengar suara dengkuran halusnya.
Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Semalam setelah aku menumpahkan seluruh isi hatiku kepada Harry, dia langsung melumat bibirku, menggendongku dan membawaku masuk kedalam kamar. Lalu kami— ugh stop. Aku tidak akan melanjutkan. Tapi yang tadi malam itu, sangat fantastis. I swear.
Aku kembali mengelus rambutnya dan juga pipinya sehingga membuatnya terbangun. Saat ia mulai bergerak, aku menyingkirkan tanganku dari wajahnya. Dia mencoba untuk membuka matanya. Setelah ia terbangun, aku langsung tersenyum kepadanya. "Hai?"
Harry tersenyum dan terkekeh pelan. "Hai Aster. Morning." ah, aku suka suara paginya. Raspy and ugh i like it.
Aku kembali mengelus pipinya. "Morning. Kau ingin sarapan dulu atau mandi dulu?"
Bukannya menjawab pertanyaanku, Harry malah mengarahkan tangannya ke bibirku dan mengelusnya. "How about morning kiss first?"
Aku terkekeh. Setelah itu Harry pun melumat bibirku lembut. Kami tidak mungkin melakukan itu sekarang. Kami harus bekerja.
Aku tidak percaya aku sudah melakukan ini bersama Harry. Pria yang awalnya paling kubenci karena sifatnya yang menyebalkan.
»
Aku sekarang sedang membuat panekuk untuk menu sarapan. Yeah, aku hanya bisa membuat panekuk karena bahan masakan mulai habis dan aku belum membelinya. Tapi ini saja sudah cukup. Hanya da aku dan Harry.
Oke, mungkin kalian bertanya apakah aku dan Harry adalah sepasang kekasih sekarang. Jawabannya adalah tidak. Kami belum resmi. Hey, aku juga tidak berharap menjadi kekasihnya. Ya, tidak. Haha.
Saat aku sedang membalikkan panekuk, sebuah tangan tiba-tiba saja melingkar di pinggangku. Ini pasti Harry. Siapa lagi yang ada di apartemen ini? Hanya ada aku dan dia. Setelah itu ia juga menempelkan dagunya di salah satu pundakku. "Kau membuat panekuk?"
Aku memutar bola mataku. Jelas-jelas aku membuat panekuk. "Bukan. Aku membuat cupcakes."
Harry terkekeh lalu melepaskan tangannya dan duduk di atas pantry. "Sassy. Kau sedang datang bulan ya?"
"Tidak dan itu bukan urusanmu." jawabku singkat. Aku sedang tidak mood.
"Aku heran denganmu," katanya "Tadi malam sampai pagi, kau bersikap sangat manis. Sekarang? Kembali menjadi singa."
Aku menghela nafasku. Kuakui perkataannya memang benar. Aku berbalik menghadapnya. "So?"
Dia hanya tersenyum idiot. Dia memang aneh. Aku pun mengabaikannya dan kembali berbalik. Aku kembali membuat panekuk. Setelah panekuk nya selesai, aku memindahkannya ke piring dan berjalan ke meja makan disusul oleh Harry yang berjalan di belakangku. Dia sudah persis seperti bocah lima tahun yang merengek untuk sarapan.
Aku pun duduk bersamanya di meja makan dan mulai memakan panekuk kami. Kami hanya hening saja saat sedang makan. Entahlah, aku malas bicara begitupun dengan dia.
Saat panekuk kami sudah habis, kami pun bersiap untuk berangkat kerja. Hey, kami tidak mandi bersama loh ya. Jangan berpikir yang aneh-aneh.
Saat kami berdua sudah siap, kami berdua keluar apartemen bersama karena kami akan berangkat bersama pagi ini. Ya, walaupun kami tidak membawa kendaraan, dengan jalan kali saja sudah cukup.
Asalakan bersamanya.
Ewh, chessy. "Jam berapa kau pulang?"
Yeah, aku bertanya seperti itu kepada Harry untuk memecahkan suasana. "Lebih awal. Jam enam sore. Kau?"
"Sama sepertimu." jawabku. Lalu tak lama kemudian, kami sudah sampai di depan café dimana tempat aku bekerja. Kami menghentikan langkah kami. Aku menghadap kepada Harry. Harry meraih kedua lenganku dan menatapku intens. Mata hijaunya menguasai mata biruku.
"Jangan lupa makan siang, jangan terlalu lelah, dan--"
Aku memotongnya. "Berlebihan. Aku ingin kerja."
Dia hanya terkekeh. Namun bukannya melepaskan genggaman tangannya, dia malah semakin memperdalam tatapannya sehingga aku pun ikut terjebak dalam tatapannya. Kini satu tangannya berpindah kepada pipiku lalu ia mendekatkan wajahnya kepada wajahku dan melumat bibirku lembut. Aku membalas ciumannya. Ini yang kedua kalinya, styles. Makdsudku kedua kalinya di hari ini.
Setelah ciuman kami terlepas, aku tersenyum kepadanya dan memeluknya. Entahlah, hana saja aku sangat ingin memeluknya saat ini. Saat aku melepaskan pelukanku, aku menatap kaliku dan berbicara, "Siapa aku dimatamu?"
"My love, life, world, and of course my partner in crime."
Dan percayalah, jika ada skala kebahagiaan di dunia ini, mungkin skala kebahagiaanku mencapai level yang paling atas.
»
Yha pendek hehe sorry :)
All the fookin' love
—Nida ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Him And I » Styles [COMPLETED]
Fanfiction[WRITTEN IN INDONESIAN] » Story between crazy girl and annoying boy that loves each other but something tearing them apart. [Direvisi hanya sebagian part saja] 2.02.18 - 27.05.18 © 2018 by s0ciopath